Listed Articles

Soeryanto, Maestro Dekorasi Pernikahan

Oleh Admin
Soeryanto, Maestro Dekorasi Pernikahan

Susana Tjandra, anak pemilik Grup Ateja, tak bisa menyembunyikan kegembiraan dan kebanggaannya ketika melangsungkan pesta pernikahannya dengan Samuel Rusli 18 Oktober lalu di Hotel Mulia, Jakarta. “Saya surprised banget melihat hasil karya dekorasi yang klasik, elegan dan sesuai dengan keinginan saya,” ujarnya dengan sumringah. Dekorasi pelaminan yang menghadirkan nuansa Eropa klasik itu, memang tak kelihatan biasa. Tak heran, bukan hanya para tamu yang terkesima, tapi juga pasangan pengantin yang memesan jasa dekorasi ini.

Itulah salah satu karya Soeryanto, maestro dekorasi pernikahan kelas atas yang biasa dipakai jasanya di hotel berbintang lima. Bagi pria kelahiran Malang, 3 Februari 1953 ini, dunia dekorasi bukanlah hal baru. Ia mulai mengenal seni dekorasi ketika duduk di bangku SMP (tahun 1966). “Dari kecil saya memang suka dekorasi,” ujar Soeryanto, yang sehari-hari disapa Syu. Kala itu, Syu lebih banyak menimba ilmu dekorasi di Toko Oen — toko yang punya ruangan biasa digunakan untuk pesta pernikahan — di Malang. “Sejak di bangku SMP saya telah membantu mendekorasi di toko itu,” ujarnya. “Mulanya sih hanya ikut-ikutan.”

Setamat SMA, Syu merantau ke Jakarta melanjutkan studi di Fakultas Seni Rupa Universitas Trisakti. Namun, ia mengaku kecewa lantaran tidak mendapat banyak pengetahuan tentang dekorasi. Maklum, yang diajarkan pengetahuan interior rumah dan mebel yang kurang dia sukai. “Ilmu dekorasinya malah sama sekali tidak ada,” katanya mengenang.

Ketika hijrah dari Malang ke Jakarta (1972), Syu sebenarnya sudah melihat bahwa di Jakarta pun belum ada yang mengenal wedding decoration yang sesungguhnya. Karena penasaran, ia sempat mendatangi pesta yang diadakan Liem Sioe Liong, orang terkaya Indonesia saat itu, yang menyelenggarakan pernikahan anaknya di Hotel Borobudur. Ia heran melihat pekerjaan yang seadanya. “Dekorasinya hanya terbuat dari papan dan rangkaian bunga-bunga di belakang pengantin. Kok seperti ini dekorasinya, padahal di hotel lagi,” ujarnya. Toh, pemandangan serupa ternyata ditemui lagi ketika kakaknya menikah di Hotel Horison, Jakarta.

Ketika ada teman kuliahnya ingin menikah, Syu menawarkan mendekorasi pelaminan. Menurutnya, meskipun dekorasinya kecil-kecilan, orang sudah memberikan apresiasi. Ia memang tidak memulainya di hotel bintang lima (yang biasanya dipakai untuk pesta pernikahan adalah Hotel Borobudur dan Hotel Hilton). Melainkan, dari gedung pernikahan dengan kelas di bawahnya, seperti Panti Perwira dan Gedung Vincentius. “Saya mulai dari situ,” katanya mengenang.

Dari tempat seperti itulah Syu berkenalan dengan Prayudi (almarhum), desainer gaun pengantin ternama. Prayudi menilai bahwa dekorasi yang ia ciptakan bagus, hanya saja terlalu banyak bermain warna. Sang desainer kemudian menyarankan agar Syu menggunakan dua warna saja, sehingga tidak terkesan ramai.

Perkenalan ini juga membawa berkah lain. Syu diperkenalkan Prayudi ke beberapa koleganya. Salah satunya, pemilik Grup Barsome yang kebetulan ingin mantu. “Itu pertama kali saya mendekorasi di hotel bintang lima,” kata Syu sambil menyebutkan bahwa kala itu ia masih kuliah tingkat satu.

Diakui Syu, dekorasi pernikahan yang dibuatnya ketika itu belum mengusung tema tertentu. Ia hanya meneruskan pola dekorasi yang sempat ditekuni di Malang, dengan ciri menggunakan banyak pilar berwarna putih-kuning dan cukup banyak mengandalkan bunga kertas.

Syu enggan menyebutkan nilai order pertamanya di Jakarta itu. “Yang jelas tidak besar,” ujar Syu, yang dalam pengerjaannya hanya dibantu 8 teman seindekosannya.

Order kedua datang dari Muryani Budiman pemeran film Carmila, salah satu artis film cukup beken saat itu. Pernikahan sang bintang film ini juga dilaksanakan di Hotel Borobudur. “Dari situlah saya mulai dikenal sebagai dekorator,” Syu berujar.

Awalnya, bunga-bunga kertas masih mendominasi karya dekorasinya. Sejak 1974, Syu beralih menggunakan bunga plastik, plus sedikit bunga asli seperti gladiol dan sedap malam. “Berbeda dari sekarang, pengadaan bunga bukan lagi masalah. Selain bunga lokal banyak, bunga impor pun lebih murah harganya,” tutur Syu.

Kiprah Syu sebagai dekorator kian menanjak. Namun, ia mengaku agak membatasi diri dalam menerima order. Pertimbangannya, waktu untuk menggarap pekerjaan dekorasi amat terbatas, sekitar 18 jam. Maklum, ballroom hotel biasanya baru bisa digarap setelah pukul 24.00. “Kalau terlalu banyak menerima order, hasilnya bisa tidak maksimal,” Syu memberi alasan.

Dari segi tenaga SDM-nya, saat ini Syu memiliki 200-an orang, yang umumnya tenaga paruh waktu yang dibayar berdasarkan pekerjaan. Maklum, order dekorasi biasanya untuk hari Sabtu atau Minggu, sehingga tenaga pelaksananya tidak bekerja tiap hari. “Saya bayar ketengan, tergantung ada-tidaknya pekerjaan,” Syu menjelaskan. Ditambahkan Syu, kendati tenaga paruh waktu, mereka tidak boleh bekerja di perusahaan dekorator lain. Bagaimana mengetahui hal ini? “Sangat gampang, saya punya telinga, pasti akan terdengar, karena pemain wedding decoration kan itu-itu saja,” ucap Syu yakin, dan menurutnya lain soal kalau mereka hanya membantu keluarga atau tetangga.

Seberapa besar tim yang hendak diturunkan menggarap satu proyek, Syu mesti melihat dulu seberapa rumit dan besar pekerjaannya. Bila tidak terlalu rumit, yang diturunkan 20-30 orang. Kalau lebih rumit akan diperbanyak, mengingat waktunya sangat terbatas.

Syu menyebutkan, dari 200 tenaga dekoratornya, hanya 10 orang yang diandalkan sebagai tenaga ahli atau asisten. “Dari pekerjaan mereka sehari-hari, bisa terlihat siapa yang menonjol dan yang berbakat,” kata Syu mengenai caranya menyeleksi. Meskipun punya asisten, Syu mengaku masih harus turun ke lapangan. Alasannya, pekerjaaan mendekorasi tidak mudah kontrolnya. “Ini juga bagian dari hobi,” ujarnya.

Cukup banyak pengusaha level atas yang memercayai Syu untuk mendekor pelaminan ketika menyelenggarakan pesta pernikahan putra-putrinya. Di antaranya Ciputra, Martha Tilaar, Sudwikatmono, dan Hendra Arifin (pemilik Hoka-Hoka Bento). Rezeki juga datang dari kalangan pejabat ataupun selebriti Indonesia.

Syu mengaku tidak melancarkan promosi khusus guna menggaet para klien kakap itu. “Umumnya dari mulut ke mulut,” kata Syu, yang enggan jika diajak mengisi event semacam wedding exhibition. Alasan keengganannya, pengunjung belum tentu mengorder, sebaliknya bisa saja hasil karyanya dicontek dekorator lain.

Selain Syu, beberapa nama dekorator acara pernikahan kelas atas lainnya antara lain Hadiprana (konon saat ini tidak aktif lagi), Rumah Kampung, Saci Muladi, dan Hendra Decoration. Syu tidak menyangkal bila kalangan konsumen sudah memosisikan ia sebagai pemain di segmen pelanggan kelas atas. “Umumnya, setiap pemain punya pasar sendiri,” ucapnya.

Dikatakan Syu, ia tidak punya patokan menentukan harga, lantaran semua order tergantung pada kerumitan pekerjaan. “Tarif paling murah sekitar Rp 10 juta,” kata Syu, yang untuk proyek relatif murah masih turun tangan. Proyek ini masih diterima demi menjaga hubungan dengan para relasi bisnisnya.

Menurut Syu, yang paling sering diterima Rp 50-60 juta per order. Ia menambahkan, ada juga order kategori besar yang bisa mencapai Rp 300 juta, yang dalam setahun tidak lebih dari lima kali. Dalam menangani order, biaya terbesar justru buat mendatangkan bunga asli, malah ada yang memesan pemasok bunga sendiri.

Yang menarik, Syu pernah diisukan mendapat order senilai Rp 2,5 miliar, untuk menciptakan dekorasi bernuansa Venezia di sebuah convention hall, lengkap dengan gondolanya. Ternyata, setelah dikonfirmasi langsung ke Syu, nilainya hanya Rp 850 juta, dan itu pun untuk empat event.

Sampai saat ini, Syu mengaku terpaksa harus menolak order, karena waktunya berbenturan dengan klien yang lain. Dalam sebulan rata-rata 5-6 order. “Jumlahnya tidak banyak, tapi gede-gede semua,” ujar Syu seraya menambahkan, untuk tahun 2005 sudah ada yang memesan.

Menghadapi klien, tentu banyak suka-dukanya, tetapi klien besar Syu umumnya malah tidak cerewet. Salah satu pengalaman menarik, ketika mendekorasi pelaminan pernikahan klien di Hilton. Jasa dekorasinya hanya Rp 40 juta, tapi kliennya itu amat fanatik bunga impor, sehingga rela mendatangkan bunga impor dengan biaya sekitar Rp 200 juta.

Syu mengaku tak khawatir jika ada dekorator lain yang meniru karya dekorasinya. Alasannya, orang berduit akan tetap memilih yang terbaik. Ia sendiri lebih senang bila ide berasal dari klien, sehingga timnya tinggal mengembangkan saja, arahnya bernuansa gemerlap, romantis, ataukah megah.

Yang menarik, Syu mengaku agak sulit merumuskan kekuatan gaya dekorasinya. “Yang pasti, kerapian, kesesuaian — baik ukuran maupun warna — merupakan unsur yang saya tonjolkan,” paparnya. “Selain itu saya bisa mewujudkan keinginan klien. Mereka ngomong sedikit, saya sudah bisa merealisasikan,” ungkap Syu.

Kelebihan ini diakui Elly Kasim, salah satu mitranya yang lebih berorientasi pada dekorasi adat Minang, Tapanuli dan Melayu. Di mata Elly yang menjadi mitra sejak 1990, Syu punya kelebihan mampu menangkap keinginan mitra dan kliennya, bahkan mampu memberikan nilai lebih. Dalam pandangan Elly, meskipun banyak yang meniru gaya Syu, karakternya tetap bisa dibedakan. “Ciri Syu, kerapiannya terlihat, sebab hingga titik terakhir Syu mengawasi pekerjaan anak buahnya,” Elly menerangkan.

Soal tarif Syu yang mahal, menurut Elly, “Itu image yang sulit diubah.” Selama ini, untuk membuat taman, biasanya ia membayar Rp 5-10 juta. “Kalau pekerjaannya besar, Syu sendiri yang nego dengan klien,” kata Elly.

Agung Haryono, pemilik Agung Decorator — yang pernah 10 tahun menjadi anak buah Soeryanto — menyebutkan, mantan bosnya itu punya ciri khas yang tidak dimiliki dekorator lain. Dalam hal desain misalnya, Syu terus berupaya membuat terobosan baru.

Yang jelas, dengan jam terbang yang tinggi, Syu mengaku tak khawatir idenya dicontek pihak lain. Malah, menurutnya, dalam setengah tahun terakhir ini, ia siap mengeluarkan karya terbarunya. “Kalau mau dicontek silakan, asal mampu. Sebab, model yang dikeluarkan rumit dan sulit ditiru,” paparnya yakin. Gaya khas yang belakangan diusung Syu adalah memindahkan nuansa kota-kota favorit di belahan dunia ke sebuah pesta pernikahan di ballroom hotel berbintang.

Rencana ke depan? “Saya tidak muluk-muluk, bisa berjalan seperti sekarang sudah bagus,” jawab Syu, yang yakin bahwasanya jasa dekorasi semakin banyak dibutuhkan orang. “Untungnya, sampai saat ini karya dekorasi saya masih diminati.”

Riset: Siti Sumariyati.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved