Kontribusi DBS dalam Pengelolaan Sampah
Masalah sampah menjadi isu yang perlu mendapatkan perhatian secara serius. Apalagi di area perkotaan. Jakarta merupakan salah satu kota yang menghasilkan 6.000 ton sampah per hari. Menjadi sebuah ironi ketika banyaknya jumlah sampah tidak dibarengi dengan kesadaran untuk bertanggung jawab. Pada tahun 2015, BPS menyatakan 76% sampah di Indonesia tidak dipilah dengan tepat. alhasil dampak buruknya terhadap lingkungan makin bertambah.
Dalam mencari solusi penyelesaian masalah sampah, Bank DBS turut melakukan kontribusi. Tidak hanya dalam pengelolaan sesaat, DBS Indonesia turut berkontribusi dengan membuat microsite mengenai gerakan Jakarta bebas sampah. Gerakan ini berupa petisi yang memungkinkan pengikutnya menyumbangkan Rp 1.000 untuk masalah penanggulangan sampah oleh waste4change, salah satu socialpreneur yang bergerak di bidang penanganan sampah.
Tidak hanya itu, DBS juga menjadi salah satu korporasi yang mengelola sampahnya dengan baik. Untuk itulah DBS Indonesia secara rutin melakukan edukasi terhadap karyawannya tentang pentingnya mengelola sampah melalui program AKABIS yang dicanangkan oleh waste4change. Tujuannya adalah agar ke depannya karyawan DBS Indonesia yang sudah teredukasi bisa menularkan pengalaman mereka guna membantu program jakarta bebas sampah.
AKABIS sendiri merupakan program khusus yang dimiliki oleh waste4change yang mengajak masyarakat, komunitas serta organisasi untuk bersama sama menjadi edukator persampahan. Nantinya alumni dari program ini diharapkan menjadi relawan bijak sampah setelah mereka belajar dan terjun langsung dalam proses pemilahan sampah. Mona Monika, Group Head Strategic Marketing dan Komunikasi Bank DBS Indonesia mengungkapkan bahwa langkah ini merupakan langkah yang tepat dan sejalan dengan prinsip perusahaannya untuk menciptakan kualitas hidup lebih baik.
“Ini sesuai dengan kampanye brand kami yang bertemakan live more. kami ingin mengajak masyarakat agar bisa menciptakan kualitas hidup yang lebih baik dengan diimbangi oleh aksi nyata. Oleh itu kami melibatkan karyawan kami untuk menjadi agen perubahan bagi lingkungan terdekatnya,” ujar Mona.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bijaksana Junerosano, CEO dari Waste4change. Menurut pria yang akrab di panggil Sano ini, perilaku baik dapat ditularkan di lingkungan sekitarnya guna menyelesaikan masalah sampah yang tidak kunjung usai.
“Saya berharap semua peserta dapat memahami tentang isu persampahan. Ini harus dimulai dari diri sendiri dan sistemnya ketok tular. saya paham jika mengubah kebiasaan tidak mudah. Oleh sebab itu, di tahap pertama yakni kesadaran memang diperlukan,” tambah Sano.
Tahun ini, DBS Indonesia memang sedang gencar melakukan CSR dengan memilih social enterprise sebagai target mereka. Tujuannya menumbuhkan social enterpreneur ini sebagai salah satu penopang ekonomi yang sekaligus membereskan masalah sosial yang terjadi.
Waste4change sendiri merupakan salah satu Social Enterpreneur yang terpilih menjadi binaan mereka.DBS juga membuka kesempatan bagi Social Enterprise lain agar dapat bergabung dengan mereka untuk bersama menyelesaikan permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. (EVA)