Geliat Zoya Mengembangkan Pasar
Akhir-akhir ini persaingan di bisnis busana muslim atau hijab semakin ketat. Dari hijab yang bermerek sampai yang tanpa merekbanyak kita jumpai. Seperti dari Grup Shafco saja memiliki tiga merek, yaitu pertama Shafira yang menyasar kelas menengah ke atas. Kedua, Zoya, untuk kelas menengah. Ketiga, Mezora untuk menengah ke bawah. Mezora ini umurnya baru dua tahun.
Dalam hasil survei“Indonesia Best Brand Award (IBBA) 2016” yang digelar lembaga riset Mars dan Majalah SWA, Zoya menjadi merek yang terbaik alias jawara nomor satu dibanding merek-merek hijab lainnya seperti Rabbani (juara kedua), Elzata (juara ketiga), dan Zahra (juar keempat). Nah bagaimana upaya Zoya dalam membangun mereknya?
Chandra Rahmad, General Manager Zoya, mengatakan memang saat ini perusahaannya sedang fokus bagaimana merek Zoya lebih dikenal dan kemudian konsumen yang sudah tahu juga tetap loyal. “Dan yang paling penting kami sedang men-grab market lain yang belum pakai zoya untuk memakai zoya,” katanya.
Pada saat Zoya dilahirkan pada tahun 2007, Zoya dikenal dengan produk yang nyaman. Produk dan desainya dibuat sendiri karena ingin berbeda dengan produk lainnya. “Saat ini, kami juga sudah mendapatkan sertifikasi halal. Ini pertama kali brand busana muslim mendapat sertifikat halal dari MUI,” ucapnya bangga.
Merek-merek hijab pun saat ini dipasarkan secara online. Dan pastinya setiap hijab yang beredar di dunia onlinememiliki pasar yang berbeda-beda. Zoya sendiri telah merambah pasar online dan pertumbuhannya cukup signifikan sehingga pihaknya terus mengembangkan bisnis online untuk Zoya.
Justru tantangan Zoya saat ini adalah mengembangan bisnis di ranah offline, yaitu mengembangkan jaringan distribusinya. “Sekarang, kami lagi fokus bagaimana mendristribusikan barang sampai titik yang paling jauh. Itu tantangan kami untuk lebih fokus ke distribusi agar lebih mendekatkan diri pada target market kami,” ujarnya. Hal tersebut perlu dilakukan karena perusahaannya telah melakukan survei internal dengan melibatkan 1200 responden. Nah dari survei itu diketahui bahwa banyak orang yang kenal dengan merek Zoya tapi mereka tidak tahu beli Zoya di mana saja.
Itu sebabnya yang dilakukan manajemen Zoya saat ini adalah fokus untuk menambah toko-toko yang akan tersebar di Jawa tengah dan Jawa Timur, karena kedua wilayah tersebut masih banyak yang belum disentuhnya.
Sejatinya, saat ini Zoya telah melakukan integrasi antara online dan offline. Misalnya ada konsumen yang membeli melalui online di salah satu daerah di Jawa Tengah, namun di sana belum ada tokonya. Nah, yang dilakukan pihak Zoya adalah mencari toko terdekat dengan alamat konsumen. Kemudian mengirim barang tersebut dari toko tersebut. Tujuannya adalah agar ongkos kirim lebih murah, lebih cepat sampai, serta bisa secara tidak langsung memperkenalkan tokonya itu yang berada di wilayah tersebut. “Nantinya kami juga ingin ada ongkos kirim yang satu harga untuk ke wilayah mana pun sama. Namun masih kami kaji saat ini,” ungkapnya.
Saat ditanyakan kenapa lebih fokus ke offline dibanding online? Chandra berpandangan bahwa bisnis online kebijakannya belum seperti di Eropa. Kalau disana, jika barang tidak sesuai dengan tampilan yang ada di web maka barang akan dikembalikan dan ditanggung oleh penjual. Di sini belum ada undang-undangannya. Selain itu, untuk fesyen ini, masih banyak konsumen yang tidak puas hanya melihat warna, desain dan lain-lain secara onlinekarena masih banyak orang yang ingin datang langsung dan menyentuh barangnya seperti apa.
“Offline memang masih jadi mayoritas kami. Namun kami juga punya web, facebook, dan Instagram” katanya. Penjualan Zoya via online pertumbuhannya cukup baik dengan pertumbuhannya diatas 30% karena pengguna internet di Indonesia juga tumbuh.“Di online kami memang belum terlalu fokus untuk mengembangkan brand, walaupun pertumbuhannya sangat signifikan,” ungkapnya.
Berbicara media digital, sekarang ini kompetisinya tidak lagi bicara bagus atau tidak untuk sebuah produk. Tapi jika merek itu semakin kuat, apapun yang dibuat oleh merek tersebut, pasti akan laku. Secara keseluruhan promosi viaonlineakan lebih murah. Namun kalau di online, kontennya harus berganti-ganti agar konsumen tidak bosan.
“Kami juga ada tim khusus, yaitu ada 8 orang. Timnya sendiri ada yang direkrut baru dan ada orang lama. Tapi untuk tim inti masih dipegang karyawan lama karena mereka lebih paham bisnis prosesnya,” katanya. Tim yang solid dan memiliki kompetesi di bidang media digital sangat penting. Dengan tujuan utamanya adalah memberikan informasi yang lengkap, jelas, dan harus menarik. Hal ini agar tidak mendorong konsumen ingin menyentuh barangnya sehingga tidak perlu lagi melihat secara langsung di outlet.
Faktor penting lainnya agar sebuah produk dicari konsumen adalah memberikan pelayanan yang baik sehingga mencipatkan kepuasan pelanggan. Hal tersebut akan menicptakan word of mouth (WOM) yang positif . “Menurut saya, WOM itu strategi yang murah dan powerful,” ucapnya.
Zoya sendiri sudah memiliki ratusan ribu member. Inilah yang dijaga manajemen Zoya agar mereka tidak berpaling ke merek hijab lainnya. Menurutnya, kelebihanmenjadi member Zoya adalah dapat diskon reguler 10%, ada diskon memberyang sedang berulang tahun sebesar 20%. Mereka juga akan mendapatkan informasi terkait produk terbaru, dan produk baru itu selalu ada yang baru setiap minggunya.
Zoya juga memiliki beberapa jenis konsumen, yaitu konsumen retail (konsumen biasa), konsumen yang loyal, dan reselleryang loyal. Zoya juga membuka waralaba (franchise) untuk mengembangkan bisnisnya dengan membuka toko. Para penerima waralaba (franchisee)bisa membuka toko sesuai dengan standar Zoya. Itu sebabnya, Zoya juga sering mengadakan gathering untuk reseller dan mitra franchise sebanyak tiga kali dalam setahun. Hal ini bertujuan untuk melakukan customer engagement.
Saat ini, Zoya memiliki 1900 karyawan termasuk karyawan di toko. Toko milik Zoya ada 74 outlet dan yang waralaba ada 64 outlet. Zoya juga memiliki 2000 reseller yang aktif.
Untuk meningkatkan awareness merek, Zoya juga melakukan promosi above the line (ATL) dan below the line (BTL). “Kami melakukan branding melalui sinetron-sinetron yang hampir setiap bulan kami ada di sinetron,” katanya. Selama Ramadhan, Zoya juga masuk di acara-acara Ramadhan. Ini sangat efektif untuk mengangkat mereknya. Kemudian untuk BTL, Zoya rajin mengadakan mengadakan kegiatan “Hijab Walk and Run”. Aktivitas merek ini dikhususkan untuk muslimah yang berhijab. Seperti di tahun ini, Zoya sudah mengadakannya di Purwokerto, Semarang, Malang, dan Riau.
Bagaimana kinerja Zoya? Diakui Chandra, di tahun 2015, Zoya tidak tumbuh banyak, yaitu tumbuh dibawah 10%. Hal ini dikarenakan dampak ekonomi yang sedang tidak baik. Namun di semester satu tahun ini, Zoya sudah tumbuh di atas 10%. “Hingga akhir tahun ini, kami akan tetap menjaga pertumbuhan kami. Dan di tahun 2017, kami menargetkan pertumbuhan hingga 20%,” ujarnya.
Dede Suryadi
Twitter & IG : @ddsuryadi