Tak Ada Kredit Macet di Modalku, Ini Rahasianya
Ekonomi belum pulih sepenuhnya. Perbankan masih dihantui kenaikan kredit macet. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya pertumbuhan kredit. Tapi, cerita kredit macet tak ada di Modalku, platform peer-to-peer (P2P) lending.
“Hingga saat ini, Modalku telah memfasilitasi pinjaman kepada 65 UKM senilai total Rp 17,6 miliar dan 100% pembayaran tuntas, alias 0% default,” kata Reynold Wijaya, CEO & co-founder Modalku.
Menurut dia, pemberian kredit selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian. Salah satu penyebab terjadinya kredit macet adalah adanya fraud dalam kegiatan bisnis calon debitor. Meski begitu, pelaku financial technology (fintech) seperti Modalku biasanya sudah mampu mendeteksi hal ini. Caranya lewat profile screening, anti-fraud verification, psychometric test, dan lainnya.
Jika terjadi utang buruk, debitor punya dua skema, termasuk program restrukturisasi oleh Modalku atas nama pemberi pinjaman individu, serta adanya lembaga keuangan sebagai pihak ketiga dalam proses penyelesaian perselisihan,” kata dia.
Dia menjelaskan, Modalku menyasar startup dan pelaku UMKM yang memiliki keinginan untuk berkembang. Mereka ini sebenarnya layak mendapat kredit hanya saja belum bankable di mata para pelaku perbankan. Kalangan ini biasanya juga sering bertransaksi di bank.
Dari data yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan, lanjut dia, kebutuhan pembiayaan total mencapai Rp 1.600 triliun setiap tahunnya. Sementara, kapasitas pembiayaan di lembaga jasa keuangan hanya sekitar Rp 660 triliun. Kekurangan (gap) pendanaan ini adalah pasar yang potensial untuk P2P lending seperti Modalku.
“Yang terpenting saat ini adalah kami bisa tumbuh dengan baik serta menjaga kepercayaan lewat kinerja 0% default. Kami sedang build the trust dan the base. Setelah itu, kami akan tumbuh dengan sendirinya. Salah satu value kami adalah transparansi,” kata dia.
Reynold yang lulusan Harvard Business School, mendirikan Modalku dengan bendera PT Mitrausaha Indonesia Grup pada Januari 2016 bersama rekannya, Iwan Kurniawan, seorang mantan konsultan manajemen. Modalku memiliki misi memberdayakan pertumbuhan UMKM. Misi ini diwujudkan, salah satunya dengan menggandeng PT Bank Sinarmas sebagai bank kustodian.
Lewat akses cepat terhadap kredit, Modalku menawarkan bunga 14-20% untuk pinjaman senilai Rp 50 juta hingga Rp 500 juta dengan tenor 3 hingga 12 bulan. Selain dari dana internal, Modalku juga menerima dana dari pemberi pinjaman baik individu maupun lembaga keuangan. Mereka menerima tingkat pengembalian di atas deposito, obligasi ataupun produk investasi di asuransi jiwa.
“Dari setiap kesepakatan, Modalku menarik komisi 3-4% dari pemberi pinjaman, dan 3% dari peminjam. Kami sudah bisa menyetujui pinjaman dalam waktu 24 jam bagi para pelaku bisnis online,” kata dia.
Dengan besarnya pasar di Indonesia, Reynold tak risau dengan ketatnya persaingan di P2P lending. Saat ini, 60% pembiayaan memang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Dengan sinergi satu sama lain, serta dengan lembaga keuangan, misi fintech untuk meningkatkan akses keuangan akan lebih cepat tercapai.
“Kami sangat ketat dan approve tidak terlalu banyak. Kami sangat hati-hati agar pemberi pinjaman untung. Kalau pemberi pinjaman tidak percaya, siapa yang akan memberi dana?” kata dia.
Untuk calon debitor, syarat utamanya adalah warga negara Indonesia, berusia 21 s/d 60 tahun, perusahaan berbentuk PT, CV atau peorangan dengan omzet bisnis minimal Rp 20 juta / bulan, dan bisnis telah beroperasi minimal satu tahun. (Reportase: Jeihan Kahfi Barlian)