Youngster Inc. Siapa Dia

Ryan Andika Sidarto

Ryan Andika Sidarto

Satu lagi diaspora Indonesia mengharumkan nama bangsa di mancanegara. Dia adalah Ryan Andika Sidarto. Di usianya yang 25 tahun, Ryan sudah menduduki posisi penting: Manajer Pengembangan Bisnis Nasional Unilever Kamboja dan Laos. Eksekutif ini tercatat menjadi anggota termuda dalam tim kepemimpinan Unilever Kamboja dan Laos.

Ryan Andika Sidarto

Dengan posisinya itu, Ryan bertanggung jawab memimpin grup pengembangan bisnis di dua negara, yaitu Kamboja dan Laos. Tugasnya, antara lain, membuat strategi penjualan dan distribusi, berekspansi ke daerah pedesaan, melakukan distribusi, mengimplementasikan sistem teknologi informasi, menganalisis data, serta melakukan capability building & sales operations.

Garis besar pekerjaannya adalah membangun enabler untuk mencapai target di masa depan. Ibarat pabrik, kapasitas produksi di masa depan tergantung pada infrastruktur yang dibangun sekarang. Proyek pertamanya, mendesain dan menerapkan struktur organisasi plus roadmap untuk mencapai target tahun 2020. Berikutnya, struktur organisasi yang kuat harus didukung sumber daya manusia dan kapabilitas yang kuat pula. Kebetulan di negara seperti Kamboja dan Laos, ekonominya berkembang pesat dan talenta sangat langka. Akibatnya, banyak perusahaan lain yang masuk dan berebut talenta yang ada.

Strategi yang dilancarkan Ryan untuk membangun tim yang kuat dan loyal adalah merekrut fresh gradute. Akselerasi kapabilitas talenta ini tidak hanya dilakukan lewat pelatihan, tetapi juga capability building program secara holistik, termasuk mendatangkan kolega dari Indonesia, Thailand, atau India untuk memantau beberapa proyek dan mengirim key talents untuk eksplorasi ke luar negeri.

“Kalau dari segi personal, strateginya keep engagement dengan one on one sessions, mentoring, dan team building. Ini sangat penting untuk membentuk budaya perusahaan. Saat ini turnover karyawan menurun drastis menjadi single digit, dan jumlah karyawan tumbuh dari 70 sampai 150 orang. Padahal, saat saya masuk Unilever Kamboja dan Laos, turnover karyawan di atas 50%. Sekarang, tim saya bertambah, dari tiga karywan menjadi 20 karyawan,” ujar lulusan Jurusan Teknik Elektro Cal Poly State University, Amerika Serikat ini menerangkan.

Ryan juga merombak struktur pendapatan dan insentif distributor untuk mengalihkan perhatian para distributor dari pola pikir “trading” menjadi “market development”. Hasil proyek ini win-win karena cost saving-nya cukup signifkan untuk Unilever, dan memotivasi distributor untuk lebih agresif di pasar.

Tantangan terbesar yang dihadapi adalah perbedaan kultur dan bahasa Kamboja dan Laos. Ditambah lagi, situasi market maturity dan organisasi di kedua negara ini berbeda. Jadi, program yang efektif di Kamboja belum tentu bisa diimplementasikan di Laos, begitu pun sebaliknya. Untuk membuat perubahan di setiap negara, terkadang seperti kerja dua kali, bahkan gaya kepemimpinan harus disesuaikan: directive di Kamboja atau consultative di Laos.

“Tantangan unik ini menjadi leadership lessons yang sangat berharga untuk saya, karena jadi terbiasa menyesuaikan diri dan berpikir dari sudut pandang stakeholder dari kultur yang berbeda. Mengubah sistem dan proses suatu organisasi mudah, yang sulit adalah mengubah perilaku dan mindset manusianya,” Ryan menegaskan.

Rencana ke depan Ryan adalah mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya, lalu kembali dan membangun karier di Indonesia. “Saya bercita-cita memberi manfaat positif dan warisan di Indonesia, baik untuk perusahaan maupun orang-orangnya,” ujar pehobi traveling, berinvestasi, membaca, berenang, dan fotografi ini, yang senantiasa pulang ke Indonesia 3-4 kali dalam setahun.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved