Economic Issues

CORE Indonesia: Pemerintah Belum Bisa Atasi Masalah Pengangguran

CORE Indonesia: Pemerintah Belum Bisa Atasi Masalah Pengangguran

Tahun ini pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya 5% sedikit lebih balk dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 4,79%. Konsumsi swasta masih menjadi pendorong utama pertumbuhan. Masih lemahnya daya beli masyarakat, terutama menengah bawah dan masih tingginya suku bunga kredit konsumsi membuat pertumbuhan konsumsi relatif stagnan. Di sektor pertanian yang menyumbang 32% tenaga kerja domestik, nilai tukar petani (NTP) per November 2010 berada di angka 101,31. Jumlah itu turun dibanding Januari 2016 yang mencapai 102,55. Sementara itu, upah rill buruh (informal) juga merosot, dari Rp 37.372 pada Januari 2016 menjadi Rp 37.142 per November 2016.

Diskusi CORE Indonesia bertajuk Refleksi Ekonomi 2016 di Jakarta, (20/12).

Diskusi CORE Indonesia bertajuk Refleksi Ekonomi 2016 di Jakarta, (20/12).

Dari sisi belanja pemerintah, rendahnya penerimaan negara dan penyerapan yang kurang optimal di awal tahun membuat pertumbuhan konsumsi pemerintah lebih lambat dari tahun sebelumnya. Sementara investasi tetap bruto, terutama investasi swasta, masih tertekan akibat melemahnya permintaan domestik dan global. Namun demikian, investasi pemerintah termasuk BUMN, masih cukup tinggi sejalan dengan meningkatnya alokasi anggaran untuk belanja infrastruktur.

Di saat yang sama, kegiatan ekspor juga belum begitu menggembirakan dengan realisasi ekspor barang sepanjang Januari-November 2016 masih mengalami kontraksi -5,6% (yoy).

Hal serupa terjadi pada impor barang yang mana 11 bulan terakhir terkontraksi -5,9% dibanding periode yang sama tahun 2015. Meski demikian, tren ekspor mulai menunjukkan perbaikan memasuki triwulan terakhir tahun ini. Nilai ekspor bulan Oktober dan November mulai meningkat dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, masing-masing sebesar 4,6% dan 21,34%. Hal ini terjadi sejalan dengan mulai membaiknya harga komoditas di pasar dunia, terutama batubara dan kelapa sawit, serta pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS di bulan November paska kemenangan Donald Trump. “Impor masih cenderung mengikuti tren tahun-tahun sebelumnya, sehingga dalam dua bulan terakhir terjadi pelebaran surplus perdagangan,” ujar Mohammad Faisal, Direktur CORE Indonesia.

Faisal menambahkan bahwa salah satu persoalan ekonomi yang belum cukup berhasil ditangani pemerintah adalah masih tingginya angka pengangguran dan masih rendahnya kualitas penyerapan tenaga kerja. Tingkat pengangguran terbuka per Agustus 2016 memang mengalami penurunan menjadi 5,61%, lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 6,18 %. Meski demikian, jumlah angkatan kerja yang masuk dalam kategori setengah pengangguran masih cukup tinggi yakni sebanyak 8,97 juta orang atau 7,6% dari penduduk yang bekerja. Belum lagi jumlah pekerja paruh waktu masih cukup besar, yakni sebesar 23,3 juta orang atau 19,6% dari jumlah penduduk yang bekerja.

Penyerapan tenaga kerja tahun ini masih didominasi oleh sektor-sektor yang memiliki tingkat produktivitas yang relatif rendah. Sektor tersebut adalah sektor jasa kemasyarakatan sebanyak 1,5 juta orang (42%); sektor perdagangan sebanyak 1 juta orang (28%); dan sektor transportasi sebanyak 0,5 juta orang (14%). Sementara sektor industri manufaktur yang selama ini memiliki tingkat produktivitas yang tinggi hanya menyumbang 8% dari total penyerapan tenaga kerja tahun ini.

Tingkat kemiskinan tahun ini juga turun dari 11,22 persen pada Maret tahun 2015, menjadi 10,86 persen pada Maret 2016. Hanya saja tingkat penurunan ini masih relatif kecil karena dalam setahun penduduk miskin hanya turun 580 ribu orang, dimana penurunan di pedesaan jauh lebih lambat dibandingkan dengan penduduk miskin perkotaan. Padahal, di saat yang sama, anggaran kemiskinan mengalami peningkatan cukup tinggi dari Rp172 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp214 triliun di tahun 2016.

“Ini menunjukkan bahwa program-program kemiskinan yang selama ini dijalankan pemerintah masih kurang efektif dalam menanggulangi kemiskinan. Selain itu, meski secara total jumlah penduduk miskin berkurang, tapi tingkat kedalaman dan keparahan di golongan penduduk miskin malah meningkat,” kata Faisal.

Indeks kedalaman kemiskinan pada bulan Maret 2016 sebesar 1,94, meningkat dari bulan September 2015 yang mencapai 1,84. Demikian pula indeks keparahan kemiskinan, meningkat dari 0,51 pada bulan September 2015 menjadi 0,52 pada bulan Maret 2016.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved