Kiat Achilles 'Know Your Customer' Memimpin Pasar Ban
Kebutuhan ban akan terus ada seiring pertumbuhan industri otomotif dunia. Bahkan, saat industri kendaraan bermotor sedang stagnan, kebutuhan ban tetap ada untuk mengganti ban yang telah “habis” seiring pemakaian. PT Multistrada Arah Sarana Tbk, produsen ban Achilles dan Corsa, punya strategi jitu untuk meningkatkan ekspor maupun penjualan domestik.
“Tantangan terbesar adalah meyakinkan partner di luar negeri kualitas brand asal Indonesia ini tidak kalah dengan produk luar. Setelah melewati fase itu akan lebih mudah. Pelajaran paling berharga di dunia ekspor adalah mengetahui siapa customer kami,” kata Cindyanto K. Tjong, Deputy Director Multistrada.
Untuk meningkatkan brand awareness dan brand equity, lanjut dia, perseroan menggandeng tim top Eropa, yakni Manchester United (Premiere League) dan Paris Saint Germain (League 1). Hasilnya, perusahaan mampu menjaga pasar ekspor. Dalam tiga tahun terakhir, mereka fokus di beberapa negara di Eropa, khususnya Eropa Barat. Hampir semua negara yang menjadi tujuan ekspor, tetap mencatat kenaikan penjualan.
“Terakhir, 5,2 juta ban. Ini mengalami kenaikan dibanding 5-6 tahun lalu dengan penjualan 3 juta ban tiap tahunnya. Posisi kami terkuat saat ini, di Amerika, Eropa, Jepang, Australia, dan Selandia Baru. Untuk pasar Indonesia, market share kami sekitar 15-16%,” kata dia
Untuk menekan dampak buruk krisis ekonomi global, lanjut dia, Multistrada berusaha mencari kanal penjualan baru. Misalnya, langsung datang ke costumer yang mempunyai toko bukan melalui penjualan wholesale. Dengan melalui ritel, daya saing produk akan tetap terjaga. Branding lewat klub bola, PSG, juga mampu menjangkau lebih banyak pasar dan penjualan akan terangkat.
Beberapa negara kami menggunakan sub brand. Hal ini terjadi di Jepang ketika produk yang kami jual memiliki nama yang sama dengan produk setempat. Karakter orang Indonesia, ketika satu pintu tertutup kami mencari jalan lain yang lebih baik. Seperti di Jepang, kami menggunakan brand “ATR” agar dapat masuk ke sana.
“Pasar saat ini sangat kompetitif. Kami harus mampu mengantisipasi market karena pabrik otomotif mengalami penurunan penjualan. Ada tren beberapa market utama ban itu mengecil. Kami harus melakukan penyesuaian dengan model bisnis yang ada,” kata dia.
Dia menambahkan, perseroan juga membutuhkan dukungan pemerintah untuk melobi beberapa negara yang menerapkan hambatan tarif. Jika tidak begitu, produk yang berkualitas tidak akan bisa bersaing karena harus membayar tarif yang tinggi saat memasuki suatu negara. Tarif tinggi akan membuat harga jual tidak kompetitif. Beberapa negara telah melakukan hal serupa, yakni G2G lobi agar produk bisa bersaing. (Reportase: M Nurhadi Pratomo)