Andre Sanyoto, Misi Menjaga Merek Premium Piaggio
Vespa telah lama hadir di Indonesia. Dengan dukungan sejarah yang panjang, teknologi Italia, serta nama yang sudah sangat familiar, PT Piaggio Indonesia (PID) ingin menegaskan eksistensinya sebagai pemain utama di segmen skuter premium Indonesia.
Setengah tahun di PID, Andre Sanyoto mengusung misi menjaga deretan produk Piaggio sebagai merek premium di Indonesia. Lelaki usia 38 tahun ini optimistis mampu menunaikan tugas yang diemban sejak setengah tahun lalu.
Perusahaan asal Italia ini melakukan sederet langkah brilian untuk mempertahankan mereknya sebagai merek premium. Seperti, meluncurkan produk baru di segmen motor besar yakni Motoguzzi dan Aprilia di kelas motor racing.
Sebelumnya, mereka telah meluncurkan skuter terbarunya yakni Piaggio Liberty, Piaggio Medley, dan dua dari varian Vespa yaitu Primavera yang klasik dan Sprint yang sporty. Teranyar, PID baru saja membuka dealer premium di Tunjungan Plaza 5, Surabaya.
“Saya melihat brand Piaggio sebelum memutuskan bergabung. Seperti brand-brand lain yang saya pegang sebelunya, merek ini lebih ke consumer driven. Jadi, lifestyle juga menjadi prioritas selain tentu saja sisi fungsionalnya,” kata pria pemilik gelar S1 Manajemen dari University of Maryland ini.
Andre merasa petualangannya di dunia otomotif akan sama menantangnya dengan sektor Fast Moving Consumer Goods (FMCG) yang digeluti sebelumnya. Unilever menjadi tempatnya menimba banyak ilmu pemasaran selepas pulang dari Swedia pada krisis ekonomi 1997 silam.
Ia diberi tugas mengembangkan merek minuman yakni teh Sariwangi untuk yang lokal dan merek internasional, Lipton Iced Tea. Tiga tahun meniti karier di perusahaan multinasional tersebut, pria yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di Eropa ini hijrah ke Wyeth-Nestle dan memegang merek susu premium, S-26.
“Saya 8 tahun di Wyeth-Nestle. Setelah itu, saya ke PT Aje untuk mengembangkan produk minuman ringan. Yang fenomenal adalah Big Cola. Dari bukan siapa-siapa, kami berhasil menguasai 35% pasar, nomor dua terbesar setelah Coca-Cola,” katanya.
Pengetahuan dan pengalaman bapak dua anak ini benar-benar diuji di perusahaan asal Peru. Mereka kalah segalanya dari pemimpin pasar, Coca-Cola. Namun, perlahan mereka mampu merebut pasar minuman bersoda berkat strategi beriklan dengan masif untuk meningkatkan brand awareness dan promosi langsung ke jaringan penjualan.
“Ya, kayak startup, jadi capeknya luar biasa. Hanya reward-nya luar biasa. Sense of accomplishment aja. Secara sistem, prosedur, harus terus di-develop. Di Aje 1,5 tahun sebelum bergabung ke Piaggio Indonesia,” kata dia.
Andre mengusung misi menjaga premiumisasi merek Piaggio, Vespa, Moto Guzzi dan Aprilia yang berada di bawah PID. Perseroan fokus berpromosi lewat kanal digital untuk meningkatkan awareness. Pada saat bersamaan, touch point dijaga agar tidak mengalami eksposur berlebih sehingga mengikis ekuitas merek.
Menurut dia, tantangan terbesar mereka adalah meningkatkan penjualan di tengah situasi ekonomi yang belum kondusif. Pasar kendaraan bermotor roda dua masih terkoreksi seiring perlambatan ekonomi. Ia bersyukur penjualan PID masih bertahan di teritori positif, tidak seperti merek mainstream yang mengalami penurunan.
“Tapi, saya tidak bisa memberi angkanya. Produk kami membawa message yakni tampilan yang cantik, teknologi Italia yang kuat, nyaman, meskipun mobilitas tinggi. Produk juga harus relevan dengan market yang berubah-ubah,” ujar dia.