Ryokan Abad ke-21 Itu Kini Ada di Bali
Wall Street Journal (WSJ) Magazine tahun lalu menyebut resort di bawah brand Hoshinoya sebagai Ryokan Abad ke-21. Ryokan merupakan penginapan dengan fasilitas dan bangunan berarsitektur Jepang. Penginapan jenis ini menyediakan kamar bergaya Jepang yang berlantaikan tatami. Pada Rabu (25/1) bertempat di Fairmont Hotel, Jakarta, Daisuke Sato, Executive Marketing Director Hoshino Resorts—manajemen hotel yang membawahi merek Hoshinoya—datang ke Jakarta untuk memperkenalkan Hoshinoya Resort pertama yang dibuka di luar Jepang. Resort yang berlokasi di dataran tinggi Ubud itu sudah beroperasi sejak 20 Januari tahun ini.
Agaknya memang tidak berlebihan bahwa Hoshinoya disebut sebagai ryokan abad ke-21. Di Jepang, dikenal sebagai jaringan resort mewah yang menyuguhkan budaya asal di mana lokasi resort tersebut dengan sangat kental. Bukan saja bangunan, juga penyambutan, juga makanannya. Menurut Sato, resort ini menawarkan tema “the search of essence”. Meski begitu, tiap lokasi Hoshinoya menawarkan konsep berbeda, ada konsep glamping, namun “rasa Jepang” itu sangat terasa di tiap resortnya.
Hoshinoya baru saja dinobatkan sebagai The Best Besort 2017 dari Conte Nast Traveler. Dan menurut Sato, Hoshinoya Tokyo yang dibuka pada Juni 216 adalah satu-satunya hotel mewah di Tokyo yang benar-benar menyuguhkan suasana sebenarnya Jepang. “Seperti memasuki rumah di Jepang, tamu buka sepatu sebelum masuk resort tersebut,” imbuhnya.
Melihat potensi Bali, agaknya Hoshino sebagai grup bisnis hotel besar di Jepang, tidak mau kehilangan momen. “Kami sangat hati-hati dalam memilih lokasi, mengedepankan kultur dan kekhasan Hoshinoya. Hoshinoya akan menjadi yang terbaik dan menarik bagi tamu dunia di Bali. Kami bahagia akhirnya bisa membuka Hoshinoya di Bali,” ujar Yoshiharu Hoshino, CEO Hoshino Resorts dalam video sambutan yang ditayangkan saat konferensi pers.
Saat ini, di bawah Hoshino Resorts, mengelola 37 resort termasuk yang ada di Bali. Mulai tahun ini pihaknya siap ekspansi resort, bukan saja di Asia juga Eropa. “Bali adalah brand dunia untuk pariwisata, kami harus ambil peran di sini,” tutur Sato. Hoshino Resorts sudah berdiri sejak 1914 sebagai pengelola hot spring resort. Kala itu di Nagano, tempat berkumpulnya diplomat dan politikus serta budayawan. “Kami membangun, mendanai dan mengelola sendiri resort di bawah Hoshino, fokus pada pengelolaan inilah yang membuat kami besar. Saat ini total omset Hoshano Resorts s44.1 miliar Yen atau setara dengan Rp 5,1 triliun,” ungkapnya.
Selain Hoshinoya, ada dua konsep hotel dan resort dibawah Hoshino Resorts yaitu KAI dan Risonare. KAI merupakan penginapan ala Jepang dengan pemandian air panas plus hidangan, seni dan budaya daerah setempat. Sedang Risonare merupakan konsep hotel ala barat dan desain modern.
Mari Takada, Diplomat Bidang Ekonomi pada Kedutaan Besar Jepang di Indonesia (Economic Minister Embassy of Japan in Indonesia) yang hadir dalam acara kemarin, menuturkan, Hoshinoya merupakan merek kebanggaan Jepang. “Bersyukur membuka resort keenam yang merupakan resort pertama di luar Jepang di Bali. Hoshinoya memperkenalkan keramahan ala Jepang, semoga ini bisa makin berkontribusi dan mempererat hubungan Indonesia-Jepang,” ujarnya.
Hideki Tomioka, Executive Director Japan National Tourism Organization Jakarta Office menambahkan Jepang memiliki kultur yang unik, ia melihat dengan dibukanya Hoshinoya Resort di Bali merupakan kesempatan besar mengambil peran di pulau yang merupakan brand besar pariwisata dunia itu. “Manajemen Hoshino sangat dikenal di Jepang. Saya ingat sepuluh tahun lalu mereka membuka resort mewah saat Jepang sedang krisis ekonomi, mereka berkembang pesat hingga kini,” katanya.
Strategi Hoshino Memangkan Pasar
Menurut Sato, pengelolaan hotel ala barat, setiap staf memiliki tanggung jawab sesuai posisinya. Ini berbeda dengan yang dilakukan manajemennya. Hoshino Resorts menjalankan multi task system di Hoshinoya. Jadi setiap staf bisa bekerja di semua posisi. “Tidak umum memang, dari pagi hingga sore staf bekerja, dia bisa jadi resepsionis, cleaning service, room service, dan peran lain di hotel. Ini membuat para staf punya informasi yang sama sehingga tercapai kepuasan yang tinggi. Ternyata sistem ini bisa dijalankan juga di resort kami di Bali,” jelasnya sambil menyebut ada 60 staf di Bali.
Strategi kedua, Japanese Ryokan Method, yaitu melayani para tamu memberikan komitmen dan layanan melebihi yang diharapkan tamu. Dari 60 staf hanya 3 saja yang orang Jepang, selebihnya asli penduduk Bali. Sistem ini terbukti sangat efektif kata Sato, bahkan sejak resort itu dibuka sudah full booked.
Untuk tahap pertama pihakna baru membuka 10 vila dari 30 vila yang ada dan seiring waktu 10 resort dibuka setiap bulan untuk disewa. Mereka yang menginap pun merupakan tamu-tamu langganan Hoshinoya Resort yang berasal dari dari Taiwan, Jepang dan negara lain. “Target akupansi kami sebenarnya 60 persen pada awalnya, tapi kami yakin dengan respon di awal ini, ke depan akan capai 80 persen. Kami berharap akan banyak orang Indonesia yang menginap,” ujar sambil mengatakan harga sewanya mulai dari US$ 700 per malam per unit.
Editor : Eva Martha Rahayu