Corporate Action

Genjot Diversifikasi Bisnis, Intraco Penta Akuisisi Pembangkit Listrik di Batam

Genjot Diversifikasi Bisnis, Intraco Penta Akuisisi Pembangkit Listrik di Batam

PT Intraco Penta Tbk (INTA), emiten alat-alat berat, menggenjot diversifikasi bisnis seiring dengan disetujuinya pembelian saham PT TJK Power (TJK) melalui mekanisme right issue. Perseroan membeli saham TJK sebesar 30% dari PT Petra Unggul Sejahtera (PUS). Nilai akuisisi ini mencapai Rp 337,5 miliar. TJK adalah perusahaan penyedia tenaga listrik swasta berbahan bakar batu bara berkapasitas 2×65 MW di Batam. Pembangkit listrik ini akan memasok listrik bagi PLN Batam selama 30 tahun mendatang sejak pembangkit itu beroperasi pada 2012. PLN Batam mengempit saham TJK sebanyak 10% selaku off taker (pembeli) listrik dari PLTU TJK Batam.

Sumber dana pembelian saham TJK itu berasal dari kas internal yang nilainya sekitar Rp 100 miliar dan sisanya diharapkan dari perolehan dana right issue. Petrus Halim, CEO Intraco Penta, mengemukakan akuisi saham TJK itu disetujui oleh pemegang saham dan menjadi tonggak penting bagi perusahaan untuk memperkuat portofolio usaha di sektor energi. Lantas, jika rencana akuisisi dan pelaksanaan right issue berjalan mulus maka INTA berpotensi meraih pendapatan dari TJK di tahun 2017. Pertumbuhan pendapatan INTA di akhir tahun ini sekitar 20% dibandingkan tahun lalu, kontributor utama terhadap pertumbuhan pendapatan ini tentu saja berasal dari lini usaha alat-alat berat. Pendapatan INTA pada 2016 senilai Rp 1,5 triliun turun tipis dari Rp 1,3 triliun di tahun 2015.

Petrus Halim, CEO PT Intraco Penta Tbk (kedua dari kiri) bersama direksi dan komisaris.

Sekadar kilas balik, INTA baru-baru ini terjun ke bisnis energi guna memitigasi risiko yang diakibatkan melemahnya penjualan alat-alat berat dalam beberapa tahun terakhir ini.Intraco Penta di tahun 2015 mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Bengkulu. INTA beraliansi dengan Power Construction Corporation of China untuk mendirikan perusahaan patungan bernama PT Tenaga Listrik Bengkulu, yang mengelola PLTU berkapasitas 2×100 megawatt (MW) di Bengkulu.”Target operasionalnya di tahun 2020,” ujar Fred Lopez Manibog, Direktur Keuangan INTA di Jakarta. Kebutuhan batubara PLTU ini mencapai 1 juta ton per tahun. Intraco Penta melalui anak usahanya yakni PT Inti Daya Perkasa memiliki 30% saham di TLB dan Power Construction Corporation of China menggenggam saham sebesar 70%.

Konstruksi PLTU Bengkulu dilakukan pada Oktober 2016. Perseroan menghimpun pendanaan senilai US$ 270 juta dari bank di China. INTA berpeluang memperoleh guaranteed revenue yang recurring selama 25 tahun sebesar US$ 2,46 miliar saat PLTU Bengkulu ini beroperasi di tahun 2020. Selain pembangkit listrik, perusahaan yang didirikan oleh Halex Halim ini menambah lini bisnis ke sektor manufaktur, INTA memproduksi alat cetakan (moulding) untuk tiang beton dalam proyek light rapid transit (LRT) jalur Cibubur-Cawang serta Bekasi-Cawang. Proyek ini pesanan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. “Masih terus berjalan proyek ini,” sebut Petrus. Saham INTA pada Senin,(8/5/2017), naik 4,73% menjadi Rp 354 dari Rp 338 di perdagangan sebelumnya. Intraco Penta melakukan diversifikasi bisnis guna mencapai visi di tahun 2020 sebagai perusahaan yang membangun perekonomian lokal (Local Economic Developer). (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved