Gebrakan BTN untuk Masuk 5 Besar Papan Atas
Mimpi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN untuk masuk 5 besar bank nasional dari sisi aset segera akan terealisasi di akhir tahun ini. Padahal tahun 2013, Bank BTN tercatat menjadi bank dengan aset terbesar ke-10 di Indonesia. Seiring dengan kinerja bisnis yang positif, perseroan mampu melejit ke posisi 6 pada akhir 2016.
Kini bank yang dikomandani Maryono sejak Desember 2012 kinerjanya kian moncreng dan kini Bank BTN memiliki aset sekitar Rp 233 triliun, hingga akhir tahun ini ditargekan Rp 253 triliun.
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menduduki peringkat pertama dengan aset Rp964 triliun. Diikuti oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk di posisi kedua dengan aset Rp 918,1 triliun, PT Bank Central Asia Tbk beraset Rp 662,6 triliun, serta PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dengan aset Rp 564,8 triliun.
Meskipun masih kurang Rp 20 triliun, Menurut Maryono, Direktur Utama BTN, tetap optimis target tersebut akan tercapai. “Bila ingin tambah Rp 20 triliun itu sangat mungkin. Karena konsentrasi BTN pada rumah subsidi dan menguasai market share 97 persen, itu bisa mengangkat Rp 20 triliun. Apalagi bila mengingat backlog-nya sekitar 11 juta unit, dengan asumsi harga rumah Rp 100 juta per unit, maka nilainya mencapai Rp 1.100 triliun.
Berbagai langkah dilakukan BTN untuk mencapai target 5 besar. Menurut Maryono, untuk masuk Top Five di Indonesia, BTN terus menjaga komitmen sebagai intregerator Program Sejuta Rumah, melakukan transformasi digital, peningkatan produktivitas, pengetatan GCG hingga menggelar aksi anorganik.
Pertumbuhan kredit dan pembiayaan dijaga sekitar 18% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sedangkan pengumpulan dana pihak ketiga (DPK), ditargetkan tumbuh pada kisaran 22%-24% yoy di tahun ini.
Selain itu, dalam memacu peningkatan penyaluran kredit dan pembiayaan, BTN pun turut andil dalam meningkatkan ketersediaan rumah. Berbagai aksi dilakukan, mulai dari menciptakan pengembang handal dan bisnis properti berkelanjutan lewat Housing Finance Center (HFC), hingga kredit konstruksi.
Jadi, BTN pun tak hanya menyalurkan kredit untuk pemilikan rumah, tapi juga pinjaman untuk kebutuhan rumah tangga (home financing). Perseroan juga menyalurkan kredit pemilikan apartemen (KPA) dan kredit konsumsi lainnya.
Untuk meningkatkan perolehan DPK, Bank BTN pun membidik segmen emerging affluent. Kelompok masyarakat yang memiliki penghasilan berkisar Rp 7 juta-Rp 30 juta ini dibidik BTN sebagai sumber pendanaan sekaligus debitur pinjaman. Bank BTN juga berupaya menghimpun DPK dari berbagai nasabah potensial dalam rantai bisnis di segmen usaha kecil dan menengah (UKM), komersial, dan korporasi.
Cara lain yang dilakukan, untuk menjadi 5 besar, tahun ini BTN melanjutkan proses transformasi digital yang telah dilakukan sejak tahun 2015. Bank BTN pun terus memoles kinerja bisnis, infrastruktur, dan sumber daya manusia.
Dari segi bisnis, Bank BTN juga meningkatkan produktivitas cabang serta mengoptimalkan sales service model. Dari sisi SDM, BTN merampingkan struktur cabang, meningkatkan budaya risiko, serta menciptakan organisasi yang berfokus pada segmen nasabah. Kemudian, di sisi infrastruktur, perseroan memoles infrastruktur teknologi informasi (IT) yang solid, meningkatkan digitalisasi proses bisnis, serta mengintegrasikan governance, risk, and compliance (GRC) dengan four eyes principles.
Untuk meningkatan kinerja bisnis tersebut, BTN juga menjadi integrator Program Sejuta Rumah milik Pemerintahan Joko Widodo. Adapun, sebagai integrator program tersebut, Bank BTN tercatat telah menyalurkan kredit untuk 302.231 unit rumah pada periode Januari-April 2017. Rinciannya, BTN telah menyalurkan KPR untuk 61.496 unit rumah dan memberikan kredit konstruksi untuk 240.735 unit rumah.
Hingga April 2017, BTN juga telah mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 18% yoy menjadi Rp 170,45 triliun. Pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata industri perbankan nasional sebesar 9,3% yoy per April 2017. Begitu juga DPK BTN, tumbuh 21,82% yoy atau naik dari Rp129,29 triliun pada April 2016 menjadi Rp157,52 triliun di bulan yang sama tahun ini.
Ke depan, dalam lima tahun mendatang, BTN mencanangkan target jangka panjangnya untuk masuk ke kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 4, dan diperkirakan modal inti di atas Rp 30 triliun. Selain itu, tahun 2020 aplikasi digital banking digunakan secara masif.
Diakui Maryono, selama periode 2015-2020, BTN menargetkan berkontribusi dalam penyediaan rumah sekitar 3,5 juta unit atau 87,5% dari 4 juta unit yang merupakan total target Program Sejuta Rumah.