Nurul Komaril, Antara UKM dan Pameran Berkonsep di Mal
Jika dulu pameran di mal hanya sebatas diplay produk dagangan secara sederhana–bahkan sampai saat inipun masih ada yang demikian–maka Nurul Komaril justru memilih pendekatan yang berbeda. Dengan pengalaman marketingnya di Sempati Air dan Santika Hotel, ia memilih strategi pameran berkonsep.
Tepat sepuluh tahun silam, Nurul memutuskan membangun bisnis event organizer (EO) yang khusus menggelar pameran di mal-mal. Dengan merek Relief Indonesia, ia mengusung pameran berkonsep. Boleh dibilang, Relief Indonesia adalah EO pertama yang mengusung pameran berkonsep di mal.
Lantas, konsep apa yang ditawarkan Relief Indonesia? Dijelaskan wanita kelahiran Jakarta 9 Agustus 1971 itu, pameran yang ditawarkan Relief Indonesia tak sekadar memajang produk UKM (Usaha Kecil Menengah) di ruang pamer mal. “Kami menawarkan pameran dengan tema-tema tertentu. Misalnya, tema Art and Craft, Hobby, Men of the Street, Eksotika Ramadhan, Jakarta Leather Week, dan sebagainya. Tentu saja, produk-produk yang kami pamerkan akan diseleksi sekaligus disesuaikan dengan tema tersebut,” terangnya.
Lebih jauh Nurul menjelaskan, selain produk yang diselaraskan, desain dan dekorasi di ruang pamer mal pun disesuaikan dengan tema yang sedang diusung. Bahkan, ia tak segan-segan menggelar sejumlah aktivitas sepanjang pameran. Antara lain, dengan menggelar fashion show dari produk fesyen yang dipamerkan peserta pameran.
Strategi lainnya, yang membuat konsep pameran Relief Indonesia sangat diminati berbagai mal besar maupun anyar di Jakarta adalah upaya Nurul untuk melakukan kustomisasi. “Konsep dan tema yang saya hadirkan di setiap pameran selalu saya custom sesuai dengan image, standard, dan kebutuhan masing-masing mal. Sebab, setiap mal tentu memiliki image, standard, dan kebutuhan yang berbeda. Bahkan, saya berani berinvestasi mendatangkan produk pameran dari luar kota demi menyesuaikan tema pameran dan image yang ingin dibangun mal,” yakinnya.
Hasilnya? Hampir semua mal besar di Jakarta telah mempercayakan pamerannya kepada Relief Indonesia. Sebut saja, Gandaria City, Kota Kasablanka, Lippo Mall, dan Menteng Huis–sebagai markas Relief Indonesia. Sejatinya, kepercayaan besar yang diberikan oleh mitra mal itulah yang membuat Relief Indonesia menjadi Word of Mouth (WOM) di antara para pengelola mal.
Diungkapkan Nurul, saat ini Relief Indonesia selalu menggelar 40 sampai 55 kali pameran dalam setahun. Adapun setiap pameran, Relief Indonesia menghadirkan 20 hingga 40 stand yang berasal dari para pelaku bisnis UKM. Selain itu, diklaim pehobby membaca itu, transaksi yang tercipta dari penyelenggaraan pameran selama tiga minggu hingga sebulan juga tercatat signifikan.
Meski telah sukses membesarkan bisnis Relief Indonesia, dalam setiap pamerannya Nurul selalu melakukan Corporate Social Responsibility (CSR). Di antaranya, dalam bentuk menggandeng anak-anak muda dan para pelaku bisnis UKM baru yang terbatas modal sekaligus memiliki produk yang unik. “Saya akan mengajak mereka untuk mempromosikan dan memasarkan produk mereka di pameran yang kami selenggarakan secara gratis,” tuturnya.
Apa yang dilakukan Nurul, diakuinya, lantaran ia ingin menjadi bagian dalam membangun bangsa Indonesia serta bermanfaat bagi banyak orang. Oleh karena itu, ketika Yogyakarta dilanda gempa, ia mengajak beberapa pelaku bisnis UKM di sana yang terimbas gempa untuk menjadi peserta pameran Relief Indonesia secara gratis. (Dwi Wulandari)