Cara Gojek Menavigasi di Era VUCA
Era volatility, uncertainty, complexity, ambiguity (VUCA) dan era disruptif yang terjadi saat ini harus dipahami betul oleh perusahaan. Pasalnya, terdapat perubahan besar dalam aspek perilaku kerja para talenta unggulan yang mempengaruhi kemampuan kompetisi perusahaan. “Dulunya, mesin, modal dan kondisi geografi menjadi sebuah keunggulan, maka sekarang karyawan yang bertalentalah yang menjadi keunggulan perusahaan. Talenta yang dulunya hanya berperan kecil terhadap keberhasilan bisnis, sekarang menjadi penentu perubahan,” demikian ungkap Monica Oudang, Direktur Human Recruitment Gojek ketika diwawancara di kantornya di Kemang, Jakarta Selatan.
Karena berbagai perubahan itulah perusahaan, bahkan yang sangat inovatif seperti Gojek sekalipun, wajib peka dan adaptif terhadap perubahan. Gojek pun telah menyiapkan sejumlah strategi dalam mengelola sumber daya manusianya yang bertujuan untuk menarik orang-orang terbaik di industrinya dan mempertahankannya.
Perusahaan yang diperkirakan memiliki seperempat juta mitra pengemudi itu sendiri memandang, kini tidak cukup lagi karakter biasa untuk menghadapi VUCA. Setidaknya, terdapat sejumlah aspek yang harus dimiliki talent agar bisa bersaing yaitu kompetensi dan karakter atau behaviour. “Yang disebut dengan behaviour, karakter adalah 89 persen penentu keberhasilan. Maka faktornya bukan hanya kompetensi lagi, tapi ke depannya 89 persen karakter, ini yang kita bantu bangun,” Monica menguraikan.
Keunggulan karakter itu, di antaranya ketangguhan sikap mental karyawan, kemampuan berkolaborasi serta sikap pembelajar. Ketiga hal tersebut sangat diperlukan agar mampu bekerja sama dengan berbagai pihak dengan beragam sikap serta beradaptasi dan berinovasi di bawah tekanan seberat apapun. Untuk itu, Gojek merilis Leadership Training Program untuk karyawannya demi membangun sikap mental yang unggul. “Yang diperlukan untuk bisa bertahan di era VUCA ini adalah orang-orang yang mampu menghasilkan sesuatu dalam kondisi yang tak memungkinkan. Karena pada dasarnya, manusia bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya saat tertekan dan merasa terancam,” jelas Monica.
Gojek sebagai perusahaan inovatif yang terbukti telah mendisrupsi industri transportasi pun ingin terus beradaptasi dengan perubahan. Karena itu, sejumlah strategi pun telah disusun oleh perusahaan yang berkantor pusat di Blok M, Jakarta Selatan tersebut dalam pengelolaan SDM-nya.
Pertama, Gojek memecah visi dan misi perusahaan ke dalam target jangka pendek yang jelas dan menantang. “Pencapaian target-target jangka pendek yang spesifik dan menantang secara psikologis akan menguatkan mental diri dan tim kami, yang itu sangat dibutuhkan dalam situasi VUCA saat ini,” jelas Monica.
Kedua, Gojek harus adaptif terhadap perubahan yang terjadi. Karena itu, rantai pengambilan keputusan yang panjang pun kerap dipotong. Tak jarang, anggota tim yang memiliki kemampuan adaptif tinggi diberi kewenangan lebih demi mencapai hasil di atas rata-rata.
Tak ketinggalan, Gojek menggunakan teknologi big data untuk memperkirakan bentuk masa depan dari pergerakan karyawan yang memungkinkan perusahaan untuk merencanakan talent dan skill yang dibutuhkan . Selain itu aplikasi talent analytics yang digunakan mampu menyediakan data yang akurat pada bentuk kontrak pegawai secara historis untuk mengurangi risiko perjanjian kontrak yang sia sia.
Tak ketinggalan, perusahaan yang pada Mei kemarin dikabarkan mendapat guyuran investasi senilai US$ 1,2 miliar atau Rp 16 triliun dari Tencent, China itu pun menciptakan atmosfir kerja dan kantor yang nyaman. Di antaranya dengan menerapkan jam dan lokasi kerja yang fleksibel, menyediakan makanan yang sehat di kantin, serta menyediakan arena bermain di kantor demi melepaskan penat pekerjaan. Kenikmatan itu pun ditambah lagi dengan sarana dan kelas olah raga di kantor gojek seperti Go Gym, Go Yoga, Go MMA serta kelas zumba hingga dance hip hop.
Di kantor Gojek pun terdapat Go Chill, ruangan bekerja yang nyaman lengkap dengan sofa empuk. Selain itu, terdapat pula Go Learn, sebuah studio besar layaknya mini bioskop lengkap dengan layar besar dan deretan bangku. Lebih menakjubkan lagi, Gojek bahkan menyediakan kamar tidur untuk karyawan yang lelah bekerja, lengkap tiga buah ranjang dan selimutnya, dengan membedakan kamar antara karyawan pria dan wanitanya. Plus terdapat pula kamar mandi lengkap dengan shower dan loker yang bisa dipakai untuk mandi sungguhan, tidak hanya sekadar untuk urusan ke belakang pada lazimnya.
Hasil dari berbagai strategi Gojek dalam mengelola talenta pun dipandang Monica cukup baik. Meski tidak menyebutkan angka, namun Monica memaparkan, sejauh ini, karyawan yang direkrut mampu berinovasi dengan baik dan cukup loyal dengan perusahaan. (Reportase: Akbar Keimas)
Strategi Gojek mengelola talent di era Vuca
1. Merilis Leadership Training Program untuk membangun sikap mental karyawan.
2. Memecah visi dan misi perusahaan ke dalam target jangka pendek yang jelas dan menantang.
3. Memotong rantai pengambilan keputusan bagi karyawan berperforma tinggi.
4. Menggunakan teknologi big data untuk membantu menyusun strategi SDM.
5. Menerapkan jam dan lokasi kerja yang fleksibel.
6. Menciptakan atmosfir kerja dan kantor yang nyaman dengan menyediakan makanan sehat di kantin, arena bermain, sarana dan kelas olah raga, ruang kerja santai, studio belajar, kamar tidur, kamar mandi, ruang menyusui, perpustakaan dan lain sebagainya.