Listed Articles

Laba Bersih Bank OCBC NISP Anjlok 26,37%

Laba Bersih Bank OCBC NISP Anjlok 26,37%

Nampaknya tidak semua bank menikmati peningkatan laba bersih di tahun 2010. Bank OCBC NISP salah satunya. Laba bersih bank hasil merger Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia itu anjlok 26,37% dari Rp 436 miliar di tahun 2009, menjadi Rp 321 miliar di tahun 2010. Parwati Surjaudaja, Presdir, OCBC NISP, mengatakan, penyebabnya pada proses merger kedua bank tersebut yang efektif berlaku pada 1 Januari 2011. “Penurunan laba bersih tahun 2010, lebih diakibatkan oleh timbulnya beban non operasional dari proses penggabungan antara Bank OCBC NISP dengan Bank OCBC Indonesia.” ujarnya.

Meski demikian data yang disodorkan manajemen OCBC NISP memang mendukung hal tersebut. Beban operasional OCBC NISP mencapai Rp 1,4 triliun di tahun 2010 alias naik 7,6% dari Rp 1,37 triliun di tahun 2009. Hal yang sama juga terjadi di pos beban operasional dan non-operasional yang di tahun 2010 ini bank tersebut harus mengelurkan biaya beban bukan operasional sebesar Rp 178 miliar. Padahal, di tahun 2009 mereka masih mengantongi pendapatan non operasional.

Meski demikian Bank OCBC NISP berhasil membukukan pertumbuhan aset sebesar 20,0% dari Rp 37,1 triliun menjadi Rp 44,5 triliun. Pertumbuhan aset Bank OCBC NISP terutama didorong oleh kenaikan penyaluran kredit sebesar 27,7% dari Rp 21,9 triliun menjadi Rp 28,0 triliun pada akhir tahun 2010. Peningkatan fungsi intermediasi Bank OCBC NISP ini didorong oleh pengembangan bisnis dan pembenahan proses internal yang terus dilakukan secara berkesinambungan.

Sementara dari sisi dana pihak ketiga, Bank OCBC NISP juga mencatatkan kenaikan sebesar 18,7%, dari Rp 30,2 triliun menjadi Rp 35,9 triliun pada akhir tahun 2010. Total dana pihak ketiga terdiri atas giro, tabungan dan deposito masing-masing sebesar 18,7%, 40,9% dan 40,4%,

”Berkat dukungan para stakeholder, Bank OCBC NISP berhasil membukukan pertumbuhan yang baik dari sisi aset, kredit, maupun dana pihak ketiga pada tahun 2010. Kami tetap konsisten menjalankan fungsi intermediasi yang disertai dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan risiko. Hal ini ditunjukkan walaupun dengan kenaikan Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 78,0% pada tahun 2010 dari 72,4% pada tahun 2009 tetap diikuti oleh turunnya rasio Non Performing Loan (NPL) bruto menjadi sebesar 2,0% pada akhir tahun 2010 dari 3,2% pada tahun 2009,” ujar Parwati. Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) per 31 Desember 2010 juga berada pada posisi yang baik yaitu mencapai 16,0%, jauh diatas ketentuan minimal Bank Indonesia sebesar 8,0%.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved