PhaseDev: Diperkuat Programmer Berprestasi Internasional
Jangan matikan komputer ini, sampai kertas pengumuman ini dicabut.” Demikian bunyi peringatan yang menempel pada sebuah layar LCD Apple 21. Tentunya, tulisan di kertas karton putih itu bukan tanpa maksud. Ada sebuah proses pemrograman aplikasi yang sedang berjalan, sehingga PC harus dalam posisi on. Sementara itu, belasan programmer dan web designer tampak serius memelototi layar monitor PC masing-masing. Di meja mereka, tergeletak beberapa gadget seperti iPad, Galaxy Tab, ataupun BlackBerry, dengan kabel data terhubung ke PC. Kendati mereka serius mengerjakan tugas masing-masing, atmosfer kerja terlihat cukup fun. Tata ruangan yang terbuka (tanpa sekat kubikel), gaya pakaian kasual, dan kadang-kadang canda menyelingi keseriusan mereka.
Begitulah gambaran yang tampak suatu hari di kantor PT Phase Solusindo (PhaseDev) – perusahaan pembuat mobile app – yang berlokasi di Jl. K.S. Tubun 83. Nama PhaseDev boleh jadi masih terdengar asing. Maklum, perusahaan ini baru berdiri Februari 2010. Meski baru lahir PhaseDev tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi bila melihat latar belakang orang-orang yang menjadi motor di belakangnya. PhaseDev didirikan trio Wenas Agusetiawan, Jeffry Anthony dan Dimas Surya.
Mungkin ada di antara Anda yang masih ingat kasus pembobolan Data Storage Institute dan sistem keamanan SingTel (Singapura) oleh orang Indonesia. Nah, Wenas itulah orangnya. Ketika itu, Wenas baru berusia 16 tahun. Maklum, sejak usia 12 tahun, Wenas sudah fasih dengan aneka bahasa pemrograman seperti Pascal, Basic dan C. Karena ulahnya tersebut, ia dijatuhi denda Rp 75 juta oleh pengadilan Singapura. “Peristiwa itu membuat saya kapok hacking,” ujar Wenas yang lantas menempuh studi di British Columbia Institute of Technology, Vancouver Kanada. Wenas juga pernah bekerja di Google. Di kalangan pelaku TI underground, nama Wenas cukup disegani. Pemuda asal Malang ini dikenal dengan inisial HC (Hantu Crew). Lalu, kalau Anda penyuka sajian berita di Lintasberita.com, Wenas ini pula pencipta website-nya.
Ketika di Kanada, Wenas bertemu dengan Jeffry Anthony, yang kemudian menjadi kolega bisnis di PhaseDev. Toh, ketika pulang ke Indonesia, Wenas sendirian membidani lahirnya Lintasberita.com. “Saya bangun itu dari 0 hingga punya 8 ribu user,” katanya mengklaim dengan bangga. Namun, karena perbedaan visi dengan investor, ia pun hengkang.
Sementara itu, Jeffry sempat bekerja di Nexon, pemain besar bisnis online game dunia. Jeffry juga pernah mampir di perusahaan infrastruktur telekomunikasi Ericsson. Namun, alumni SMUK 1 BPK Penabur Jakarta ini memilih kembali ke Indonesia meski sempat ditawari pekerjaan di Electronic Arts Canada, salah satu game publisher terbesar.
Di Jakarta keduanya bertemu kembali. Kongsi ini diperkuat Dimas Surya, pendiri situs lelang swinde.com saat berusia 18 tahun (yang akhirnya tutup pada 30 Maret 2010). Mereka bertiga mendirikan PhaseDev pada Februari 2010. Pembagian jabatan dan wewenang pun ditetapkan: Wenas sebagai CEO, Jeffry sebagai CTO dan Dimas sebagai CFO. “Modalnya waktu itu sih kira-kira Rp 500 juta. Ketika itu, umur kami masih 20-an, tapi kami punya misi besar,” ungkap Dimas.
Menurut Dimas, awalnya PhaseDev hanya memiliki lima programmer dan seorang desainer. Toh, dalam waktu satu tahun telah berkembang dan memiliki total karyawan tetap sebanyak 20 programmer dan lima desainer.
Dimas menyebutkan, keistimewaan PhaseDev terletak pada kemampuan dan pengetahuan teknologi serta reputasi para pendiri dan programmer-nya. “Programmer PhaseDev rata-rata memiliki prestasi di bidang programming,” ujar Dimas, yang memperoleh titel Sarjana Ekonomi dari Universitas Pelita Harapan dengan magna cum laude. Dicontohkannya, ada programmer PhaseDev yang berhasil memperoleh gelar juara di ajang International Scientific Olympiade on Mathematics. Ada pula yang memenangi International Collegiate Programming Contest. “Hampir 80% programmer kami kontestan acara-acara seperti itu,” ujarnya bangga. Untuk mengimbanginya, Wenas mengaku PhaseDev menggaji mereka rata-rata di atas perusahaan pengembang lokal lainnya.
Melihat kemampuan dan reputasi anggota krunya, tak mengherankan, di usia belianya PhaseDev bisa langsung mendapat klien kakap. Sebut saja Bank Mega. Bank milik konglomerat Chairul Tanjung ini meminta PhaseDev membuatkan software layanan manajemen, yakni berupa Virtual Account Management System, yang bisa dioperasikan dalam aneka platform (multiplatform).
Produk baru andalan PhaseDev adalah WayangForce.com, yakni semacam sistem berbasis Web untuk membaca majalah atau buku secara digital. Jadi, mirip iTunes-nya Apple Inc. Menariknya, WayangForce memungkinkan pengunduh membaca konten di mana pun dan kapan pun dengan gadget apa pun. “WayangForce bisa diakses dari website, iPad, ataupun handset berbasis Android,” kata Dimas dengan bangga. Tak hanya itu, WayangForce juga mampu mengompresi data hingga 45% dari ukuran file sebenarnya. Misalnya, komik setebal 300 halaman, di situs WayangForce hanya berukuran sekitar 18 megabyte. “Kompresi itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan pasar Indonesia,” katanya. Alasannya, kecepatan akses Internet di Indonesia belum secepat negara maju. “Dengan ukuran rata-rata 20 MB, akan mempermudah download-nya,” tambah Wenas.
Model bisnis WayangForce adalah revenue sharing dengan para publisher (penerbit majalah atau buku dan komik). Jadi, keuntungan didapat dari harga tiap download. Sayangnya, Wenas enggan berbicara persentase pembagiannya. Beberapa media yang telah menggunakan jasa WayangForce seperti Majalah Gadget, Game Station, MacWorld, Kiddo, Animonster dan Cinemags. Kabarnya pula, salah satu grup penerbit terbesar di Indonesia akan memasukkan konten 25 majalahnya ke WayangForce.
Ke depan, WayangForce juga hendak menampilkan iklan dan berita secara interaktif. Misalnya, tayangan iklan di majalah bisa dimainkan dalam bentuk video. “Kami ingin menjadikan WayangForce sebagai rujukan publisher dan pembacanya di Asia,” ujar Wenas.
Tak hanya itu. Kini, selain menjadi outsourced developer perusahaan game kelas dunia – ia tidak menyebut namanya – PhaseDev juga tengah mengembangkan aplikasi untuk BlackBerry dan iPhone/iPad. “Kami masih punya mimpi besar. Start kami sangat terlambat, tapi kami yakin mampu finish lebih dulu,” kata Wenas optimistis.
A. Mohammad B.S. & Sigit A. Nugroho
Riset: Evi Maulidyyah Amanayati