Formula Ilmiah Kesuksesan
Judul : Barking Up the Wrong Tree
Penulis : Eric Barker
Penerbit : HarperOne, 2017
Judul : 320 halaman
Oleh: Edison Lestari
Apa yang sebenarnya menghasilkan kesuksesan? Inilah pertanyaan yang ingin dijawab penulis buku ini. Untuk menjawabnya, dia memakai hasil riset ilmiah serta studi kasus nyata untuk melihat faktor pembeda manusia yang luar biasa sukses dengan yang biasa-biasa saja.
Karen Arnold dari Boston College mengikuti karier dan kehidupan dari 81 lulusan terbaik SMA di Amerika Serikat. Dalam perjalanannya, hampir semuanya sukses: 60% meraih gelar master dan 90% berada di jalur profesional yang 40%-nya berada di pekerjaan dengan gaji tertinggi. Namun, tak satu pun dari mereka yang mengubah dunia ataupun menjadi pemimpin dunia. “Lulusan terbaik biasanya tidak akan menjadi visioner, tetapi mereka akan menetap dalam sistem –bukan mengubah sistem.” Buku ini memberikan penjelasan bahwa di sekolah yang dibutuhkan adalah generalis yang meraih nilai tinggi di semua bidang, sementara yang dibutuhkan dalam karier adalah satu keahlian yang mendalam.
Gautam Mukunda, salah seorang profesor Harvard, mengemukakan dua tipe pemimpin: filtered dan unfiltered. Pemimpin filtered adalah pemimpin yang tumbuh melalui jalur yang resmi, sementara pemimpin unfiltered tumbuh melalui kesempatan (misalnya, wakil presiden yang menjadi presiden). Pemimpin unfiltered dapat menjadi impactful karena mempunyai kemampuan unik yang membedakan mereka. Kualitas itu dapat saja negatif, tetapi dalam konteks tertentu menjadi positif. Mukunda menyebut kualitas ini sebagai intensifier dan inilah faktor yang dapat mengubah kelemahan kita menjadi kekuatan. Bagaimana memanfaatkan Leadership Filtration Theory ini untuk mencapai kesuksesan? Pertama, ketahui dirimu dalam arti ketahui apakah kita termasuk tipe filtered leader atau unfiltered leader dan manfaatkan itu menjadi kekuatan. Kedua, pilih “kolam” yang tepat, yakni pilih lingkungan dan konteks yang sesuai. Kita sukses karena kita berada dalam lingkungan di mana bias, talenta, dan kemampuan kita aligned dengan apa yang dibutuhkan untuk sukses dalam lingkungan tersebut. Bila Anda termasuk tipe unfiltered, buat jalan Anda sendiri. Manfaatkan intensifier yang membuat diri Anda unik.
Riset Adam Grant, profesor terkemuka dari Wharton, menemukan, orang yang memberi (giver) berada di level atas dan juga level bawah dari tangga kesuksesan. Pembeda giver yang sukses dan yang tidak adalah batasan. Giver yang sukses mempunyai batasan sehingga membantu orang lain tidak menghambat pertumbuhan mereka. Seratus jam per tahun tampaknya menjadi batasan untuk memberi. Bab ini juga menasihati, kita tidak seharusnya cemburu atas kemajuan orang lain. Kehidupan bukan zero-sum game. Kemenangan orang lain bukan berarti kekalahan kita. Jangan pernah pikirkan apa yang dilakukan orang lain, tetapi khawatirkan apa yang kita lakukan.
Mengacu pada Navy SEAL dan penelitian Martin Seligman, sikap bukanlah genetika tetapi berasal dari cerita yang kita ceritakan kepada diri sendiri. Orang optimistis akan menceritakan kepada dirinya bahwa kegagalan bersifat sementara, memiliki penyebab tertentu dan tidak bersifat universal, serta bukan kesalahan mereka. Penelitian ini sejalan dengan pemikiran Victor Frankl, survivor kamp Nazi, yang mengatakan bahwa manusia yang mengetahui “why” dirinya akan mampu menahan “how” apa pun. Dengan perkataan lain, kita membutuhkan meaning yang berasal dari cerita yang kita ceritakan kepada diri sendiri. Memiliki cerita tentang arti hidup akan membantu kita di saat susah. Banyak manusia yang merasa tidak bahagia walaupun kelihatan begitu sukses, karena dia melihat kesuksesan dirinya tidak selaras dengan visinya akan dirinya. Hal ini berarti kita harus memikirkan “nilai CV kita” dan juga “nilai pidato kematian kita”. Bab ini menceritakan bagaimana seorang pendaki gunung yang mengalami kesulitan mencoba bertahan hidup dan sukses. Yang dia lakukan adalah hanya berpikir pada milestone berikutnya. Bila dia berhasil melalui glacier berikutnya dalam 20 menit, dia akan senang. Bila tidak, dia akan merasa sedih sekaligus termotivasi lagi. Singkat kata: set the goal, check the watch, keep playing, and get to the next marker in time!
Dalam mencapai tujuan kita, buku ini menyarankan memakai model WOOP: wish, outcome, obstacle, and plan. Apa yang menjadi wish kita? Outcome seperti apa yang kita harapkan? Obstacle apa yang akan kita temui? Plan apa yang akan kita siapkan?
Kunci kesuksesan yang lain adalah network yang kita miliki. Riset MIT membuktikan, pegawai IBM yang lebih well-connected memiliki kinerja yang lebih baik. Secara rata-rata, setiap kontak surat elektronik akan memberikan US$ 948 dalam pendapatan. Dalam hal kepribadian, riset Adam Grant menyimpulkan, kepribadian mana (ekstrover atau introver) yang akan lebih sukses dalam memimpin tergantung pada siapa yang mereka pimpin. Apabila pekerjanya pasif, pemimpin ekstrover yang akan bersinar. Demikian pula sebaliknya.
Majalah Fortune pada 2011 menobatkan Adam Rifkin sebagai networker terbaik di Silicon Valley. Menariknya, Adam berkepribadian introver. Apa rahasianya? Sederhana: dia cuma berusaha menjadi teman bagi semua orang di Silicon Valley. Aturan dasar dalam pertemanan sangat sederhana: socially optimistic – anggap orang lain menyukai kita. Riset juga membuktikan, apa yang membuat pertemanan bertahan adalah keep in touch secara berkala. Lakukan check-in secara berkala. Selain teman, hal penting untuk dimiliki dalam networking adalah mentor. Riset dalam buku Smartcuts menunjukan, startup yang memiliki mentor berhasil mendapatkan dana tujuh kali lipat lebih banyak daripada yang tidak. Selain mentor, hal yang harus dimiliki adalah coach. Atul Gawande, profesor di Harvard Medical School dan ahli bedah legendaris, masih mencari coach untuk mengurangi kesalahan kecilnya. Salah satu ahli bedah terhebat masih membutuhkan coach agar dirinya menjadi lebih baik lagi!
Kunci sukses berikutnya adalah kepercayaan diri. Orang yang overconfident memiliki kesempatan lebih besar untuk dipromosikan daripada orang yang menyelesaikan lebih banyak. Hanya dengan berbicara di depan dan berbicara lebih banyak, orang akan menganggap kita sebagai pemimpin. Orang sukses juga acapkali bersifat delusional. Mereka melihat masa lalu mereka sebagai validasi akan diri mereka sehingga meningkatkan rasa optimisme terhadap masa depan yang selanjutnya meningkatkan kemungkinan mereka untuk sukses.
Pada saat bersamaan, kita harus menyadari Dunning-Krueger effect, yaitu fenomena orang yang paling tidak berpengalaman justru merasa paling percaya diri karena mereka tidak memiliki pengalaman untuk menilai betapa sulitnya hal tersebut.
Buku ini menyarankan kita untuk memiliki self-compassion. Kita tidak seharusnya melihat kehidupan kita lebih dari sebagaimana mestinya dan tidak seharusnya selalu membuktikan diri. Kita harus selalu belajar tetapi tidak merasa buruk akan diri sendiri di saat gagal. Bila kita memang selalu merasa percaya diri, kita juga harus punya empati dan berpikiran terbuka.
Apakah sukses selalu membutuhkan kerja keras? Ahli kinerja puncak Dean Keith Simonton menyatakan demikian, “Orang yang ingin sukses harus mengorganisasi kehidupannya dalam satu hal. Mereka harus menjadi megalomaniak akan tujuan mereka. Mereka harus mulai lebih awal, bekerja terus-menerus, dan tidak pernah menyerah. Sukses bukan untuk orang yang malas, menunda ataupun moody.” Walaupun demikian, kita harus bekerja keras untuk hal yang tepat. Robert Shields menulis diary sepanjang 37,5 juta kata. Hal ini tidak membuatnya menjadi kaya ataupun masuk Guiness Book sama sekali.
Ambisi merupakan indikator kesuksesan dan motivasi akan memprediksi kesuksesan lebih daripada otak, kemampuan, dan gaji. Gabungkan dengan jutaan jam kerja keras dan Anda pasti akan sukses. Beruntungnya, Wall Street Journal melaporkan, pekerjaan yang menantang dan berarti akan membuat kita bahagia dan memiliki makna hidup.
Kita acapkali berpikiran untuk mengatur urutan dalam kehidupan: saya bekerja keras saat ini untuk pekerjaan yang tidak saya sukai demi uang, saya akan memanfaatkan uang tersebut untuk keluarga, dan kemudian saya akan melakukan hal yang saya sukai. Kenyataannya tidak pernah seperti demikian. Kita tidak akan pernah bisa mengatur urutannya. “We are always getting ready to live, but never living.” Kenyataannya, kita harus membuat keputusan. Keputusan itu harus berasal dari kita. Kalau tidak, di saat kita meninggal, kita akan mengalami penyesalan terbesar, yaitu tidak memiliki keberanian menjalani kehidupan yang kita mau dan sebaliknya kita menjalanin kehidupan yang diatur orang lain. Kita harus hidup dengan memakai empat matriks sebagai pengukur kesuksesan hidup: happiness, achievement, significance, dan legacy.
Terakhir, pastikan memiliki rencana dalam hidup Anda. Riset Robert Epstein terhadap 30.000 orang di 30 negara menemukan, metode paling efektif untuk mengurangi stres adalah memiliki rencana. Rencana memberikan kita kontrol dan perasaan memiliki kontrol. Riset London School of Economics terhadap 357 CEO di India menunjukkan korelasi antara bagaimana CEO memanfaatkan waktu mereka dan pengaruhnya terhadap keuntungan. Semua keuntungan berbanding lurus dengan waktu yang dipakai yang melibatkan karyawan dan waktu yang dihabiskan menyimpang dari rencana tidak akan memberikan keuntungan sama sekali.
Tuliskan juga semua rencana kita. Riset Roy Baumeister menunjukkan bahwa menuliskan tujuan akan membantu kita mencapai tujuan dan membantu otak kita untuk berhenti berpikir di saat sudah seharusnya beristirahat.
Buku ini ditutup dengan kisah Martin Pistorius yang mengalami kematian otak sejak umur 12 tahun tetapi berhasil pulih dan menikah di usia 33 tahun. Ketika diwawancara BBC bagaimana caranya, dia mengatakan, “Sukses akan memicu sukses berikutnya. Ketika saya mencapai sesuatu, saya terpacu untuk mencoba lebih keras lagi. Hal ini mengembangkan persepsi saya akan apa yang mungkin.”
Buku ini menyimpulkan bahwa yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan adalah alignment. Sukses bukanlah hasil dari satu kualitas. Sukses adalah menyelaraskan antara siapa diri kita dan siapa yang kita inginkan. Keahlian yang tepat di peran yang tepat. Manusia yang baik dikelilingi manusia yang baik. Cerita yang menghubungkan diri kita dengan dunia sehingga memicu kita berjalan terus. Network membantu kita dan pekerjaan memanfaatkan kekuatan kepribadian kita. Tingkat kepercayaan diri memicu kita untuk terus berkarya dan belajar serta memaafkan diri di saat mengalami kegagalan. Ciptakan keseimbangan antara happiness, achievement, significance, dan legacy sehingga kita memiliki kehidupan yang menyeluruh dan hidup tanpa mengalami penyesalan.
Sungguh sebuah buku luar biasa dan memberikan perpektif baru untuk memahami kunci kesuksesan. Gaya penulisan dan ceritanya sangat mengalir, tetapi penuh hikmah. Tak mengherankan, buku ini merupakan Wall Street Journal Best-Seller pada 2017.
Sukses untuk Anda di tahun 2018 ini!