Waktunya Operator Seluler Genjot Pendapatan dari IoT dan Big Data
Lembaga riset e-Marketer melaporkan, pengguna aktif ponsel pintar (smartphone) di Indonesia akan tumbuh dari 55 juta orang pada tahun 2015 menjadi 100 juta orang tahun 2018 ini. Lalu riset WeAreSocial yang bekerja sama dengan Hootsuite dalam Global Digital Report tahun 2018 menunjukkan data pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 132 juta orang, atau hampir separuh penduduk Indonesia. Dan sekitar 60% dari angka pengguna internet tersebut mengaksesnya dari ponsel pintar.
Ericsson, perusahaan penyedia jaringan asal Swedia, menyebut LTE akan lebih dominan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pertumbuhan jumlah pelanggan LTE di Indonesia pun pesat, semula hanya 10% dari total pengguna internet, Ericsson memprediksi pada 2022 akan mencapai 65%. Hal ini tentu didorong oleh tersedianya ponsel pintar 4G yang makin terjangkau.
Meningkatnya pengguna ponsel pintar 4G sejatinya peluang baru bagi operator seluler. Terutama menyangkut potensi untuk berkembang lebih jauh menjadi kegunaan baru sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan Indonesia yang lebih digital. Seperti aplikasi terkait perangkat terhubung Internet of Things atau IoT dan Big Data, sehingga mendorong perubahan positif yang terjadi pada kehidupan masyarakat.
Menurut kajian Indonesia IoT Forum, potensi IoT terhadap peningkatan produktifitas di Indonesia pada 2022, diperkirakan mencapai Rp 444 triliun, dengan 400 juta sensor (perangkat) yang saling terhubung. Jumlah itu akan terus meningkat hingga sekitarRp 1.700 triliun pada 2025.
Dari 400 juta perangkat terhubung itu, sektor manufaktur mengambil porsi 16%, diikuti sektor kesehatan 15%, asuransi 11%, perbankan dan sekuritas 10%, ritel dan perdagangan besar 8%. Sedangkan sisa mencakup layanan komputasi, pemerintah, transportasi, dan lain-lain.
Ronni Nurmal, VP Network Solutions Ericsson Indonesia, menjelaskan, pihaknya memprediksi bahwa LTE akan menjadi lebih dominan di seluruh dunia sepanjang 2018. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Pada 2016, hanya ada 10% jumlah pelanggan LTE di Tanah Air. Seperti aplikasi terkait perangkat terhubung IoT dan Big Data, sehingga mendorong perubahan positif yang terjadi pada kehidupan masyarakat.
“Ericsson sudah siap, kami sudah buat aplikasi untuk Asean Games tahun lalu. Selama wadah kita ciptakan ide akan muncul, Ericsson memiliki IoT accelerator. Chipset dapat kita peroleh dari partner,” kata Ronni di Selular Congress 2018 di Le Meridien Hotel di Jakarta.
Sementara itu, Rio Novrianto, GM IoT Business Operations & Analytics Telkomsel, menuturkan, dari sisi operator, penyedia jaringan dan penyedia konten, akan berbagi pengalaman dan best practice bagaimana IoT dan big data dapat digunakan untuk memecahkan berbagai solusi. Baik menyangkut kebijakan publik dan pemerintahan, dalam upaya membangun smart city, maupun industri secara umum demi mendorong produktifitas sekaligus efisiensi.
“Aplikasi dan device mendominasi IoT, Telkomsel ingin menjadi smart enablers dan IoT sangat berhubungan dengan teknologi,” imbuh Rio. Telkomsel membuka diri untuk kerjasama dengan penyedia perangkat (device). “Telkomsel fokus IoT B2B. Setelah itu kami akan merambah consumer. Telkomsel mastikan semua berkolaborasi untuk membangun ekosistem baik pemerintah, swasta, retail menjadi masa depan dari IoT,” katanya.
www.swa.co.id