Isu Sustainability, Kunci Astra Agro Lestari Gaet Investor
Astra Agro Lestari, anak usaha PT Astra Internasional yang berfokus pada bidang perkebunan, mencatatkan kenaikannya laba per tahun 2017 sebesar 0,2% atau Rp2,01 triliun.
Kenaikan ini dipicu oleh peningatan produktivitas di kebun inti dan plasma, termasuk produksi dari petani mitra. Selain itu, penjualan perusahaan di bidang Crude Palm Oil (CPO) dan Tandan Buah Segar (TBS) juga mengalami peningkatan sebesar 22,5% yoy atau menjadi Rp17,30 triliun dari tahun 2016 lalu.
Vice President Director PT Astra Agro Lestari Tbk, Joko Supriyono, mengatakan, peningkatan performa bisnis perusahaan merupakan salah satu faktor terpenting untuk menggaet calon investor, selain sejalan dengan isu-isu sustainability di bidang agrikultur, khususnya kelapa sawit. “Produk kami adalah corporate brand, yang terpenting adalah bagaimana memperbaiki core bisnis perusahaan. Kedua adalah memenuhi ekspektasi stakeholder dan investor,” ujarnya saat dijumpai SWA Online di acara penghargaan brand value beberapa waktu lalu.
Sebagai perusahaan perkebunan, Astra Agro melihat bahwa perbaikan core bisnis perusahaan merupakan keharusan. Karena menurutnya, performance bisnis yang baik akan membuat perusahaan dilirik oleh stakeholder dan investor. “Karena faktor itu yang menentukan, apakah saham kami layak dibeli atau tidak,” kata Joko.
Kedua, dia menjabarkan, calon investor juga akan memperhatikan kepentingan isu global. Berubahnya platform pembangunan global dari Millennium Development Goals/MDGs (2000-2015) menjadi Sustainable Development Goals/SDGs (2015-2030). Membuat semua elemen industri dituntut untuk in line dengan isu keberlanjutan, terutama kelapa sawit. “Semakin perusahaan kelapa sawit in line dengan isu global atau menunjukan kontribusinya ke masyarakat, maka brand perusahaan akan baik. Maka selain performa bisnis, andil kita dalam isu sustainability juga penting,” kata dia menegaskan.
Ada tiga dimensi yang terkandung dalam isu sustainability, yakni economic sustainability, social sustainability, dan environment sustainability. Joko menjelaskan, ketiga dimensi tersebut sudah tertuang di dalam policy perusahaan dan telah menjadi pegangan dasar dalam melalukan aktivitas produksi sawit.
Dia mencontohkan bagaimana Astra agro terlibat dalam peningkatan pendidikan dan kesehatan di wilayah sekitar kebun. “Selain memberikan program pendidikan dan kesehatan, kami juga care dengan masalah pekerja, isu green house emission, human rights, yang semuanya masuk dalam program sustainability. Program tersebut kami jalankan secara rutin dan dikomunikasikan kepada investor dan publik,” jelasnya.
Adapun tantangan yang dihadapi oleh industri sawit, menurut Joko, ialah masih berkutat pada fluktuasi harga pasar dan isu keberlanjutan dalam industri. Namun, menurutnya hal itu bisa diatasi jika sebuah perusahaan dapat menjadi the best product yang berbasis reputasi bisnis yang baik. “Tantangan industri komoditas adalah fluktuasi pasar, cara mengatasinya adalah tetap mempertahankan competitiveness. Menjadi the best dalam industri adalah penting, sehingga ketika dalam situasi se fluktuatif apapun kita masih bisa fight dan kompetitif. Kemudian isu sustainability, harus terus kita improve,” dia menguraikan.
Ke depan, Astra Agro Lestari yang mengelola perkebunan seluas 290.961 hektar ini berfokus pada peningkatan produktivitas melalui insentifikasi dan penambahan jumlah partnership dengan para petani. Namun, Joko tidak memberikan jumlah angka petani mitra dan target yang akan dicapai kemudian sebagai perbandingan. “Kami akan bekerjasama dengan petani agar jumlah produktivitas kebunnya mennigkat. Kongkritnya dengan penyuluhan, peningkatan infrastruktur, dan perbaikan kelembagaan, serta perbaikan budidaya,” ujarnya menutup penjelasan.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id