Trends zkumparan

Peluang Besar Kerjasama Ekonomi Kreatif Indonesia - Selandia Baru

Dubes RI di Selandia Baru, Tantowi Yahya. Pasar Indonesia begitu besar untuk industri kreatif.***

Banyak peluang di industri kreatif terbuka di Indonesia. Dan Selandia Baru memiliki potensi besar di industri kreatif, salah satunya di industri film. Indonesia pun menawarkan peluang menggiurkan tersebut pada Selandia Baru.

Untuk tujuan itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Wellington, Selandia Baru, Wellington bekerjasama dengan Asean-NZ Busines Council menyelenggarakan seminar ekonomi kreatif dengan menggelar tema: “60 years on-the opportinities in the digital age”, di Wellington.

Tahun ini, hubungan Indonesia dan Selandia Baru memasuki usia ke-60. Hubungan diplomatik kedua negara mulai terjalin pada Juli tahun 1958. Seminar di atas adalah salah satu dari serangkaian program yang telah disiapkan dan sebagian sudah dilaksanakan oleh Kedutaan Besar Selandia Baru di Jakarta dan KBRI di Wellington.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf. Sumbangan ekonomi kreatif terhadap GDP Indonesia merupakan terbesar ketiga di dunia.***

Pemilihan tema ini ada dasarnya. Indonesia dan Selandia Baru memang negara yang mempunyai komitmen tinggi untk menjadikan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung perekonomian negara. Tampil sebagai pembicara: Dubes RI, Tantowi Yahya dan Agung Sentausa, Ketua Komisi Pembiayaan Film Badan Perfilman Indonesia. Pembicara kunci dari pihak Indonesia adalah Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf dan dari Selandia Baru, Hon David Parker, Jaksa Agung merangkap Menteri Perdagangan dan Pengembangan Ekspor.

Hon David Parker, Jaksa Agung merangkap Menteri Perdagangan dan Pengembangan Ekspor Selandia Baru.***

Materi yang disampaikan para pembicara kemudian dibahas oleh 3 panelis yang mewakili berbagai industri kreatif di Selandia Baru. Mengawali seminar, Dubes Tantowi Yahya menyampaikan bahwa Indonesia saat ini bertekad untuk menjadi sebagai salah satu pemain utama ekonomi kreatif dunia. Tekad ini selayaknya dimanfaatkan oleh Selandia Baru untuk mulai menggagas berbagai kerjasama. “Pasar Indonesia yang begitu besar dan keuntungan demografis yang dimiliki Indonesia tentu dapat menjadi daya tarik bagi pengusaha-pengusaha di bidang kreatif di Selandia Baru untuk berinvestasi di Indonesia,” papar Tantowi.

Sekitar 100 orang praktisi ekonomi kreatif dari berbagai kota di Selandia Baru hadir dan mengikuti secara aktif seminar yang baru pertama kali dilaksanakan ini. Dalam paparannya Triawan Munaf menjelaskan bahwa Pemerintah saat ini mempunyai komitmen tinggi untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan besar ekonomi kreatif di dunia sebelum 2030. Ada 16 sub sektor ekonomi terutama kuliner, fashion dan kerajinan yang merupakan 77.6% dari ekonomi kreatif Indonesia dan sub sektor prioritas yakni film, animasi, video, aplikasi dan games serta musik yang didorong oleh Bekraf. Ekonomi kreatif Indonesia menyumbang US$ 66,61 Milyar atau 7,44% dari GDP. “Sumbangan ekonomi kreatif terhadap GDP kami merupakan terbesar ketiga di dunia, hanya kalah oleh Amerika dan Korea Selatan,” jelas Triawan.

Agung Sentausa, Ketua Komisi Pembiayaan Film Badan Perfilman Indonesia. Di industri film, Indonesia antara lain masih membutuhkan 2000 layar bioskop.***

Mewakili industri perfilman, Agung Sentausa menjelaskan bahwa untuk melayani penduduk yang jumlahnya lebih dari 260 juta, layar bioskop di Indonesia baru berjumlah sekitar 1400. Dibutuhkan 2000 layar lagi untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Sejak 2016 melalui Perpres no 44, Pemerintah Indonesia telah mencabut usaha bioskop dan film dari daftar negatif investasi. “Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh Selandia Baru,” ungkap Agung.

Merespon data dan harapan Indonesia tersebut, para panelis dan khususnya Menteri David Parker menjelaskan, Selandia Baru membuka peluang sebesar-besarnya bagi Indonesia untuk menjajajaki berbagai kerjasama di ekonomi/industri kreatif. Kemajuan Selandia Baru di industri perfilman lewat film-film box office seperti Lord of the Rings, Hobbit, Iron Man, Avatar, King Kong dll. dapat dikolaborasikan dengan keinginan kita untuk melahirkan film-film box office dengan teknogi dan animasi kelas dunia yang beredar secara global.

Sekitar 100 orang praktisi ekonomi kreatif dari berbagai kota di Selandia Baru hadir dan mengikuti secara aktif seminar yang baru pertama kali dilaksanakan di Selandia Baru.***

Triawan secara eksplisit juga menyebutkan kehebatan Selandia Baru dalam menjadikan museum sebagai daya tarik pariwisata lewat kecanggihan teknologinya dapat dijadikan contoh kongkret bagi Indonesia. “Saya bermimpi museum diorama di Monas dapat menjadi museum modern dan hidup seperti Galipoli di Museum Te Papa Wellington,” ujar Triawan.

Dengan kunjungan Bekraf dan dukungan KBRI di Wellington, semoga kerja sama Indonesia – Selandia Baru di industri kreatif dapat lekas terwujud.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved