Lima Sekawan 24 Tahun Mengembangkan BSI
Nama Bina Sarana Informatika (BSI) sudah cukup dikenal di dunia Indonesia. Maklum, lembaga pendidikan ini sudah 24 tahun berkiprah. Dan sosok di balik BSI adalah lima orang sebagai pendirinya, yakni Naba Aji Notoseputro, Herman P., Efriadi, Surachman, dan Sigit.
Lima sekawan ini merintis BSI dari nol. Mereka memulai usaha dari sebuah lembaga kursus komputer saat mereka masih kuliah. Siapa sangka, kini BSI menjelma sebaga perguruan tinggi. Tahun 1994, BSI telah mendirikan Akademi Manajemen Informatika dan Komputer. Tahun 2001-2002, BSI membangun Akademi Sekretaris dan Manajeman, kemudian Akademi Bahasa Asing tahun 2002-2003. Tahun 2007, dibangun Akademi Pariwisata dan tahun 2008 Akademi Manajemen Kuangan.
Latar belakang Naba dkk mendirikan BSI adalah pemikiran bahwa kebutuhan orang kuliah untuk membangun relasi. Keilmuan yang pasti didapat dari kita belajar di sebuah lembaga, berjalan beriringan dengan relasi yang terbentuk. Dan, kala itu insting mereka mengatakan kalau peluang bisnis kursus komputer lebih menjanjikan. Sebab, waktu itu masih banyak orang yang belum tahu tentang dunia komputer. Bermodal optimisme untuk bisa berkembang di masa depan, mereka akhirnya menjadikannya perguruan tinggi.
Perjalanan membesarkan BSI dihadapkan dengan belum percayanya masyarakat atas lembaga ini. Sarana prasarana yang belum lengkap juga menjadi kendali, namun mereka tak patah arang. “Sambil berjalannya waktu, kami coba penuhi kekurangan yang ada. Tahun 1990, kami meminjam modal ke bank untuk kepentingan pengembangan cikal bakal BSI ini. Merasakan jatuh bangun, terlebih saat krisis moneter di tahun 1998 juga kami rasakan,” kenang Naba.
Naba mengungkapkan, positioning BSI cukup sederhana. “Dari sisi harga BSI berada di kelas menengah, tidak low end dan tidak high end. Uang kuliah kami sedang saja, kisaran Rp 5-6 juta ,” tambahnya. Bagi Naba, visi BSI: agar lebih banyak lagi anak-anak Indonesia bisa merasakan kuliah agar pandai. Menurutnya, di Indonesia untuk mengubah status sosial seseorang paling cepat melalui pendidikan. BSI berusaha ikut memajukan Indonesia dari aspek pendidikan.
BSI juga memberikan beasiswa melalui tiga sumber. Pertama, dari pemerintah, seperti bidik misi, PPA. Kedua, beasiswa dari beberapa perusahaan besar. Ketiga, beasiswa dari yayasan BSI sendiri. “Di BSI kami memberikan beasiswa bukan yang memiliki IP tinggi, tapi yang memiliki talenta. Misal, juara SEA Games, atlet wushu, atau juara renang provinsi. Talentanya di situ, tidak semua orang bisa,” ungkapnya. BSI sangat menghargai talenta anak muda Indonesia. Setiap tahunnya, BSI memberikan 500 beasiswa pada mahasiswa baru dari berbagai macam talenta dan akademik.
Keunggulan BSI dan daya saingnya dari sisi Information Technology (IT). Proses belajar mengajar melalui bahan ajar online. Mahasiswa menggunakan laptop berbasis e-learning dan ujian dilakukan paperless. Hal ini telah dilakukan sejak 5-6 tahun yang lalu. Semua informasi dapat diakses melalui website resmi BSI. Saat ini mahasiswa dapat melakukan komunikasi dengan dosen dan kampus secara mobile, cukup dengan smartphone untuk kebutuhan perkuliahan. Mahasiswa juga dapat belajar melalui Youtube BSI dan mengunduh bahan ajarnya.
Aplikasi baru akan dikembangkan bernama BSI e-learning yang berbasis Android. Melalui aplikasi ini nantinya penerimaan mahasiswa baru melalui smartphone dan akan dikembangan untuk mobile akademik. “Ini merupakan bagian dari kreativitas menghadapi perubahan zaman. Kamiberusaha tidak alegi dalam manajemen perubahan. Ada perubahan apa di sekitar kita, kita langsung cepet mengantisipasinya. Jangan sampai ketinggalan dengan perubahan,” ungkap pria lulusan Institut Pertanian Bogor, ini.
Seiring berkembangnya teknologi ICT, BSI mengembangkan pendidikan jarak jauh. Tidak membangun gedung, namun infrasturktur ICT untuk menunjang pendidikan jarak jauh seperti e-learning. “Jadi anak di Papua, bisa belajar di BSI tanpa ke Jakarta. Kami sedang menuju proses pengurusan izin lisensi menyelenggarakan pendidikan jarak jauh. Saat ini yang sudah punya baru Universitas Terbuka. Infrastruktur kami sudah siap, tinggal implementasi. Nantinya seluruh Indonesia bisa kuliah di BSI tanpa harus ke kampus pusat,: ujarnya berharap.
Cita cita mulia BSI untuk mencerdaskan anak muda Indonesia dari sisi IT menjadi konsentrasi seiring menjalankan bisnis pendidikan ini. BSI memiliki benchmark dari segi keilmuan dan pengelolaan. “Kalau keilmuan sudah pasti universitas negeri yang di Indonesia cukup bagus. Sedangkan dari sisi pengelolaan, benchmark BSI adalah Curtin University di Australia. Mereka ada di Melbourne, Gold Coast, Sydney. Mereka berjauhan, tapi bisa menjadi satu kampus yang sama,” jelasnya.
BSI ingin menjadi salah satu pilihan untuk calon-calon mahasiswa di Indonesia untuk tempat kuliah IT. Ciri khas BSI ini menjadi core dalam pendidikan yang diberikan. BSI memiliki fakultas perawat yang mengedepankan teknologi komputer dan fakultas perhotelan yang ditunjang oleh IT bagus. Ini semua dibuat karena semua di dunia telah berbasis IT.
Reportase: Nisrina Salma
www.swa.co.id