Lahan karier Riadi Sugihtani ternyata tak sejalan dengan latar belakang pendidikannya. Mengawali karier di PT Unilever Indonesia sebagai staf pengembangan produk formulasi sampo, pasta gigi dan lotion, perjalanan karier sarjana kimia lulusan Institut Teknologi Bandung ini malah menggiringnya ke dunia pemasaran. Di raksasa toiletris ini, karier awalnya di dunia pemasaran dimulai sebagai Manajer Merek Breeze. Di tangannya, Breeze yang saat itu pamor dan pasarnya sedang turun, kembali menggeliat. Dua tahun berselang ia didapuk menjadi Manajer Merek Senior Sampo Organic dan Clear. Masih di Unilever tetapi di Cina, kariernya makin moncer. Ia sempat menduduki posisi Direktur Pengembangan Merek Oral Care, Direktur Greater Asia Oral Care Innovation Center, sebelum kemudian ia melirik dunia telekomunikasi.

Kelahiran Bandung berperawakan tinggi besar ini bergabung dengan Nokia Indonesia pada 2008, dengan posisi Direktur Pemasaran. “Makin banyak hal baru, makin membuat saya semangat. Ini tanggung jawab sekaligus pembelajaran lebih buat saya,” ujar sulung dari dua bersaudara, yang selang dua tahun hijrah ke Huawei. “Ini perusahaan (Huawei) seperti baby, perlu banyak pengasuhan sehingga jika tumbuh besar nanti akan jadi anak yang berkualitas,” ujar Riadi yang didapuk menjadi Direktur Pemasaran. Bukan hanya handset yang dia tangani, tetapi juga modem, komputer tablet dan video konferensi.

Walau belum genap setahun menjalankan tugasnya, Riadi mampu membangkitkan nama Huawei sehingga bisa mem-brand storm masyarakat. Sebagai contoh, ia mampu mengantarkan sukses ponsel Huawei G6220 sehingga dari sisi penjualan tipe ini yang paling laris. Ia juga berhasil membawa modem Huawei sebagai modem yang paling laku dan nomor satu di pasar hingga sekarang. Pehobi gym ini berhasil pula memperkenalkan komputer tablet pertama Huawei Ideos dan laku keras. “Ke depan, saya ingin menjadi konsultan pemasaran,” kata ayah dari Jed R. Sugihtani (7 tahun) dan Jax R. Sugihtani (dua tahun) ini.

Henni T. Soelaeman