Menteri Pariwisata Arief Yahya mengungkapkan, jumlah kunjungan wisman periode Januari hingga Oktober 2018 secara komulatif 13.240.827 orang atau tumbuh 11,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 11.830.738 orang.

“Target 17 juta wisman tahun ini meleset, kemungkinan terbesar tercapai 16 juta wisman. Meski target wisman tak tercapai, untuk target devisa diproyeksikan mencapai US$ 17,6 miliar dengan perhitungan capaian 16 juta wisman dikalikan rata-rata pengeluaran per kunjungan (Avarage Spending per Arrival/ASPA) US$ 1.100/wisman,” jelasnya.

Tantangan terbesar yang dihadapi yakni adanya musibah gempa bumi di Lombok pada 29 Juli 2018 (tak berdampak terhadap kunjungan wisman) disusul gempa 7 SR pada 5 Agustus 2018 terjadi cancelation besar-besaran lebih dari 70%.Padahal sebelumnya ia optimis target tahun ini tercapai karena pada Juni dan Juli 2018 kunjungan wisman sudah sampai 1,5 juta per bulan (kali 12 bulan menjadi 18 juta).

Demi tercapainya target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2019. Ia telah memiliki program prioritas yang akan dilaksanakan di tahun 2019. Untuk bidang pengembangan destinasi pariwisata, Menpar mencanangkan top-10 program strategis 2019 yakni pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP); pengembangan 5.000 homestay, peningkatan aksesibilitas (sarana prasarana) di 10 DPP serta peningkatan investasi dan pembiayaan pariwisata sebesar US$ 2.500 juta; penerapan sustainable tourism development (STD) di 16 destinasi.

Selain itu, pihaknya akan fokud pengembangan 10 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, pengembangan nomadic tourism di 10 DPP serta perintisan destinasi pariwisata di sekitar 10 DPP.

Untuk strategi pemasaran pariwisata, Menpar Arief akan menerapkan ‘3 jurus jitu raih 20 juta wisman’ atau dikenalkan sebagai super extra ordinary yang mencakup tiga program yaitu border tourism, tourism hub, dan low cost terminal (LCT).

“Program super extra ordinary ini akan menjadi senjata pamungkas dalam mewujudkan target akhir 20 juta wisman tahun depan,” ungkapnya.

Editor: Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id