Ubah Sampah Menjadi Uang dengan Kepul
Sampah memang menjadi masalah utama yang dihadapi seluruh kota di Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI menyebutkan, produksi sampah nasional mencapai sekitar 65,8 juta ton per tahunnya dan 16 persennya adalah sampah plastik.
Berangkat dari kegelisahan tersebut, Afrizal bersama dua temannya yakni Abdul Latif Nasution dan Dendy Herlambang mencari solusi untuk mengatasi sampah yang selalu menjadi masalah besar bagi Kota Medan. Upaya tersebut mereka lakukan dengan membuat sebuah website dan aplikasi pengelolaan sampah yang diberi nama Kepul.
Founder Kepul, Afrizal Yusuf Rangkuti mengatakan, Kepul adalah aplikasi dan website yang menghubungkan antara masyarakat dengan pengepul. “Aplikasi ini awalnya didesain seperti aplikasi transportasi online, tetapi bukan menjemput penumpang melainkan menjemput sampah. Kami ingin mengedukasi masyarakat untuk lebih peduli pada sampah bahwa tidak semua sampah harus dibuang, tetapi juga bisa diubah menjadi rupiah,” ujarnya.
Cara kerja Kepul yaitu pengguna yang memiliki sampah daur ulang memasukkan nomor telepon, alamat, dan jenis sampah yang akan dijual. Selanjutnya sistem secara otomatis akan memberikan notifikasi pada tim Kepul. Lalu, tim Kepul akan menyampaikannya pada pengepul terdekat.
Pengepul kemudian menimbang berat dan melakukan penghitungan harga sesuai dengan jenis sampah, seperti kardus bekas Rp 1.000/kg, plastik kresek Rp 600/kg, kaleng Rp 700/kg, besi tua bekas Rp 1.800/kg, aki Rp 10.000/kg, dan sebagainya. Melalui website Kepul atau versi aplikasi mobile, pengguna dapat melihat daftar barang bekas yang bisa dijual beserta harganya.
Mengusung tagline “Ubah Sampah Menjadi Uang”, Kepul diperkenalkan pertama kali pada 11 Maret 2018 dalam bentuk website. Baru lah pada Oktober 2018 lalu Kepul meluncurkannya dalam bentuk aplikasi mobile. Soal modal, Afrizal mengaku diperolehnya dari hasil berbagai lomba yang diikuti timnya. Sementara untuk saat ini, Kepul telah menerima investasi personal. Soal nilai, Afrizal mengungkapkan, “Cukup lah untuk membangun pengolahan sampah plastik,” katanya.
Sebelum bekerjasama dengan pengepul, pria lulusan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara ini mengungkapkan, sempat menampung sampah di rumah kontrakannya. Bahkan, ketika itu ia merangkap menjadi driver. “Dulu sempat jemput ratusan kilo sampah, terkumpul lah sekian ton. Namun, yang punya kontrakan komplain. Akhirnya, kita pakai jasa pengepul dan sekarang sampahnya semua ada di pengepul. Kami hanya perantara,” katanya.
Meski demikian, Afrizal mengaku tidak mudah memperkenalkan aplikasi Kepul pada masyarakat. Terutama pada pengepul, sebab mereka masih memiliki keterbatasan terhadapan teknologi. Oleh karena itu, sistem yang dibangun saat ini masih menggunakan admin sebagai penghubung antara pengguna dengan pengepul.
“Awalnya aplikasi tersebut seperti transportasi online, ketika ada pesanan langsung di tangkap oleh pengepul jadi realtime. Tetapi, kasusunya disini kan driver atau pengepulnya masih awam dengan teknologi. Mereka punya hp yang hanya bisa sms dan telepon, jadi kita murni hanya membantu,” kata pria kelahiran Gunung Tua, 09 Agustus 1994 ini.
Saat pertama kali diperkenalkan pun sebagian besar pengguna adalah mahasiswa, padahal target pasarnya adalah semua lapisan masyarakat khususnya para pelaku yang mengumpulkan dan memilah sampah seperti warung, kafe, ibu rumah tangga, dan sekolah-sekolah atau instansi pemerintah.
Afrizal menambahkan, dalam menjalankan Kepul ini ia dihadapkan dengan berbagai macam tantangan terutama dari lingkungan. “Karena belum akuisisi market, belum banyak yang tahu Kepul sehingga banyak tekanan sosial. Kerjaan saya ini dianggap orang lain bukan kerjaan, lingkungan saya, orang tua saya masih bertanya sudah kerja dimana, padahal jelas-jelas saya sudah kerja di Kepul,” tuturnya.
Sementara itu, sampai saat ini sudah ada lima pengepul yang aktif melayani pengguna. Perlahan aplikasi ini pun mulai dikenal oleh masyarakat Medan. Mereka sudah memiliki lebih dari 100 pengguna aplikasi dengan 1200 transaksi, serta pelanggan tetap sekitar 10-11 warung.
Dalam waktu dekat ini, Kepul akan menjalin kerjasama dengan beberapa kecamatan di Kota Medan seperti Kecamatan Medan Baru, Medan Selayang, Johor, Tembung, Sunggal, dan Medan Kota. “Kecamatan tersebut akan menjadi percontohan, dan disitu lah seluruh masyarakatnya akan memakai aplikasi Kepul. Jadi transaksi terbanyak Kepul disitu,” ujar Afriza.
Kini dengan didukung 7 orang, Kepul menargetkan untuk memiliki pabrik cacah plastik, kemudian dilanjut dengan pabrik pengolahan biji plastik yang rencananya akan dibangun tahun 2020 nanti.
kepul
www.swa.co.id