Agresif Garap Properti dan Ritel, Trans Corp Raih Kredit IFC Rp3,85 Triliun
International Finance Corporation (IFC) memberikan kredit senilai US$ 275 juta atau Rp 3,85 triliun (kurs Rp 14.000) kepada PT Trans Corpora (Trans Corp), anak usaha CT Corp. Fasilitas ini diberikan untuk mendukung pengembangan bisnis Trans Corp di sektor ritel, pariwisata, dan properti di seluruh Indonesia.
Chairul Tanjung, Chairman CT Corp, mengungkapkan, investasi IFC ini akan digunakan untuk mendukung pengembangan gerai ritel Trans Corp di 25 kota sampai dengan tahun 2025. Investasi ini akan mendorong pengembangan jaringan ritel modern di Indonesia dalam rangka memperluas akses konsumen terhadap produk-produk yang berkualitas.
“Saya berharap ini dapat mendorong pengembangan jaringan distribusi lokal, dengan melibatkan lebih banyak lagi pemasok lokal dan usaha kecil menengah (UKM),” ujarnya.
Selain itu, ekspansi Trans Corp di sektor ritel ini diharapkan dapat menciptakan lebih dari 30.000 lapangan kerja baru di Indonesia. Melalui sektor ini, Trans Corp bekerja sama dengan lebih dari 6.000 pemasok – di mana hampir 70 persennya adalah UKM. Secara tidak langsung diperkirakan sekitar 23.000 lapangan kerja akan tercipta di sektor pertanian dan distribusi.
“Dukungan IFC ini akan membantu kami mengembangkan usaha dan menghadirkan produk dan layanan yang inovatif kepada para konsumen sekaligus berinvestasi pada masa depan mereka dengan menerapkan praktek bisnis yang lebih berkesinambungan,” ungkapnya.
Sejalan dengan prioritas strategis Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan sektor pariwisata, yang didukung oleh pinjaman Bank Dunia senilai US$300 juta, fasilitas pinjaman IFC ini juga akan digunakan untuk membantu Trans Corp mengembangkan usahanya di sektor pariwisata. Melalui kerja sama dengan Accor, Trans Corp berencana membangun 30 hotel baru dengan hampir 6.000 kamar di seluruh Indonesia.
Trans Corp juga sedang membangun lebih dari 10.000 unit apartemen dengan harga yang terjangkau di berbagai lokasi guna memenuhi kebutuhan tempat tinggal masyarakat kelas menengah sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi defisit hunian yang tengah dihadapi Indonesia. Pihaknya juga berkomitmen untuk mengimplementasikan konsep bangunan yang ramah lingkungan – bernilai sedikitnya US$ 275 juta – yang memenuhi standar EDGE (Excellence in Design for Greater Efficiencies) dari IFC.
“Sebagaimana kita ketahui, bangunan dan gedung di Indonesia adalah pengguna energi terbesar ketiga yang diperkirakan mengonsumsi sekitar 27% dari total konsumsi energi nasional. Jika tidak dikelola dengan baik, konsumsi energi dari gedung dan bangunan tersebut berpotensi meningkat hingga mencapai 39% dari total energi pada tahun 2030,” jelasnya.
Nena Stoiljkovic, Regional Vice President IFC untuk Asia & Pasifik, menjelaskan, paket pembiayaan ini bertujuan untuk memaksimalkan pengembangan sektor swasta guna mendukung salah satu tujuan utama IFC yaitu menciptakan lapangan kerja. “Dengan mendorong inovasi dan investasi dari sektor swasta, Indonesia dapat memacu pertumbuhan ekonomi melalui berbagai macam proyek yang berkesinambungan,” tuturnya.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id