Rinny

Rinny

Bekerja di industri yang didominasi kaum pria tak membuat Rinny merasa terkucilkan. Konsultan senior di Accenture ini amat yakin, profesionalisme seseorang dinilai dari kinerja dan hasil yang diberikan, bukan dari status gender. Tak mengherankan, ia pun tak ragu memasuki dunia konsultan di industri pertambangan.

Pencapaian tertinggi Rinny adalah ketika memimpin proyek perbaikan bisnis di perusahaan tambang terbesar kedua di dunia yang berlokasi di daerah terpencil di Papua. “Tantangan terbesar saya di proyek ini adalah bagaimana mengubah paradigma karyawan tambang, dari level eksekutif sampai pekerja lapangan, terhadap efisiensi dan peningkatan produktivitas individu. Juga, bagaimana berkomunikasi dan bekerja sama secara efektif dengan klien di industri yang didominasi kaum pria,” ujar dara kelahiran Padang 4 Juni 1982 ini.

Perjalanan karier perempuan bernama singkat itu bisa dibilang mulus. Selulus dari Teknik Industri Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Universitas Nagoya Jepang, Rinny mulai bekerja di Accenture sebagai analis. Dua tahun kemudian ia dipromosikan menjadi konsultan. Kliennya perusahaan multinasional dan papan atas di Indonesia.

Di balik perawakannya yang kecil, tersimpan segepok prestasi. Juli lalu, bersama rekannya, Rinny mendapat penghargaan sebagai Runner-up Entrepreneurship Delegation. Kemenangan ini membawanya bertemu dan berdiskusi langsung dengan Eric Schmidt, Chairman Google, di Bali. Ia juga termasuk salah satu pemenang Young Caring Professional Award yang diselenggarakan Grup Martha Tilaar. Kesibukan lain, pehobi berat membaca buku manajemen dan bisnis ini menjadi dosen tamu mata kuliah Human Capital di UGM.

Eka Merdekawati K.S./Eddy Dwinanto Iskandar

# Tag