Adhi Setyo Santoso
Menjalankan dua peran sekaligus sebagai profesional dan pengusaha tidaklah mudah. Namun, Adhi Setyo Santoso berhasil melakoni kedua pekerjaannya itu dengan baik. Sebagai profesional, Adhi dikenal sebagai dosen Business Administration serta Direktur Biro Kewirausahaan & Inkubator Bisnis President University, Cikarang, Jawa Barat.
Perjalanan kariernya sebagai akademisi diawali dengan menjadi anggota riset di Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB). Kemudian, saat kuliah MBA di Korea Selatan, Adhi turut mengajar di Universitas Terbuka melalui metode pembelajaran jarak jauh. Saat itu mahasiswanya mayoritas TKI yang sedang bekerja di Kor-Sel.
Sekembalinya ke Indonesia, Adhi mengajar di SBM ITB dan turut berkontribusi dalam mengembangkan program MBAin Creative and Cultural Entrepreneurship (MBA-CCE). Setelah menikah, dia pindah ke Jakarta dan mulai mengajar di Podomoro University. Kemudian, dia bergabung dengan President University tahun 2016 hingga sekarang. Pada 2018, dia juga sempat bekerja di Inggris sebagai visiting researcher di University of Gloucestershire, Inggris.
Di kancah bisnis, Adhi memiliki perusahaan yang membidangi pengembangan infrastruktur teknologi informasi dan aplikasi mobile bernama PT Biline Aplikasi Digital. Dia menjalankan perusahaan ini bersama teman-teman kampusnya ketika kuliah di ITB dan di Kor-Sel. Sampai saat ini, lima tahun sudah dia menjadi CEO perusahaan tersebut dan membantu perusahaan lokal, multinasional, serta global untuk membangun infrastruktur digitalnya.
“Tugas utama saya di President University adalah mendukung visi universitas untuk menciptakan 25 persen lulusan menjadi entrepreneur. Program-program saya melingkupi pendidikan kewirausahaan di kelas dan luar kelas melalui inkubator bisnis bernama SetSail,” ungkap pria 31 tahun yang kini menempuh pendidikan doktor (S-3) di Universitas Indonesia dengan fokus penelitian Open Innovation in Digital Platform ini.
Untuk mencapai target itu, infrastruktur pendukung yang telah disiapkan: co-working space, digital business and technology experimentation lab, program mentorship bersama para praktisi yang relevan, funding, pinjaman, serta berbagai dukungan kegiatan kewirausahaan lainnya, bekerjasama dengan berbagai pihak terkait.
Adhi mengaku tertarik bergabung dengan President University karena karakteristik universitas tersebut cukup berbeda dengan beberapa universitas tempat dia bekerja sebelumnya. “Di President University, sifatnya global environment melalui metode pengajaran dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di seluruh mata kuliah. Saat ini, President University juga satu-satunya di Indonesia yang memiliki presentase mahasiswa asing terbanyak,” katanya.
Selain itu, menurut lulusan S-1 Teknik Telekomunikasi ITB ini, President University berkaitan erat dengan dunia industri. Karena berada di jantung kawasan industri Jababeka yang terbesar di Asia Tenggara, dukungan dunia industri terhadap universitas untuk memberikan knowledge juga sangat besar.
“Di President University, saya banyak melakukan hal baru yang saya sendiri bahkan universitas ini belum pernah melakukan sebelumnya,” kata Adhi. Dia mencontohkan, kini dirinya menjadi koordinator program hibah dari Erasmus (Uni Eropa) bernama Growing Indonesia-Triangular Approach (GITA) senilai hampir 1 juta euro untuk membentuk entrepreneurial university di tujuh universitas di Indonesia.
Prestasi lain yang dia torehkan bersama tim adalah menginisiasi International Conference on Family Business and Entrepreneurship (ICFBE) yang mempertemukan para praktisi bisnis keluarga dengan akademisi yang berasal dari 15 negara lebih di dunia yang memiliki penelitian pada bidang tersebut. Konferensi tahunan ini telah sukses berjalan pada 2017 dan 2018. Saat ini sedang mempersiapkan ICFBE yang ketiga.
“Melakukan hal-hal baru yang minim benchmark pada organisasi ini mengajarkan kepada saya menjadi pribadi yang adaptif dan agile,” ungkap Adhi. Hal yang akan dia lakukan dalam waktu dekat adalah meluncurkan program konsentrasi Digital Business and Technology pada program studi Business Administration karena sudah menjadi kebutuhan primer bagi setiap institusi. (*)
Eva M.Rahayu/Chandra Maulana