Listed Articles

Montecristo, Band Besutan 'Pria Berdasi'

Montecristo, Band Besutan 'Pria Berdasi'

Kian hari kian banyak eksekutif yang menjadi musisi dadakan dengan berani ikut ambil bagian di industri musik tanah air. Salah satunya adalah band Motecristo. Mengusung aliran musik progressive rock, Montecristo yang digawangi empat ‘pria berdasi’ ini optimis nge-band tidak sekadar hobi.

Band yang hadir pada 2007 itu terdiri dari Eric Martoyo (Direktur PT Sumbermitra Agungjaya) selaku vokalis, Rustam Effendy (Manajer PT Indokomas Buana Perkasa-Cegelec) sebagai gitaris, Alivin Anggakusuma (Penasihat IT di Ernst and Young) sebagai gitaris, Haposan Pangaribuan (Account Manager Moratel) sebagai bassis, Fadhi Indra sebagai pianis dan Keda Panjaitan sebagai drummer.

Montecristo merupakan sebuah nama yang diambil dari sebuah merek cerutu premium dari luar negeri. Terbentuknya Montecristo berawal dari ketidaksengajaan. Tidak ada rencana sebelumnya untuk membentuk sebuah group band secara permanen. Namun karena sering latihan musik bersama, akhirnya terbentuklah Montecristo.

Cerita dimulai pada bulan Januari 2006, ketika Rustam bertemu Eric di sebuah konser Dream Theater di Singapura. Sejak pertemuan tersebut, Rustam dan Eric berbagi minat yang sama dalam musik. Mereka sering bertemu hanya untuk nongkrong di acara komunitas musik dan mendiskusikan banyak hal yang berhubungan dengan musik.

Sekitar Maret 2007, Rustam mengusulkan kepada Eric tentang pembentukan sebuah band dan Eric pun setuju dengan ide itu. Rustam kemudian meminta Fadhil dan Haposan, teman lamanya untuk bergabung dengan band. Tanpa pikir panjang, Fadhil dan Haposan sepakat untuk bergabung.

Mereka pun masih mencari dua pemain alat lagi yakni untuk posisi drumer dan pemain gitar kedua. Rustam teringat temannya,- Arie Indrakusuma, dan memintanya untuk bergabung dengan grup. Arie setuju dan mengambil Angga adiknya untuk mengisi posisi kosong bagian gitar kedua. Sejak itu, mereka mulai berlatih dan memainkan lagu-lagu dari Journey, Whitesnake, dan Queen untuk didengarkan di stasiun radio.

Setelah pertunjukan, Angga yang masih kuliah di kota lain, kembali fokus pada tesisnya. Sementara Arie, karena dalam perspektif yang berbeda dengan anggota lain, digantikan oleh Keda Panjaitan. Musik mereka berbicara tentang banyak aspek seperti politik, cinta situasi ekonomi, dan keilahian.

Montecristo terbentuk dari “ide” dan “dana” independen. Singkatnya, tak ada sponsor , tak ada pihak yang mendanai. Dari hulu ke hilir dikerjakan dan didanai secara swadaya. Karena demi menyalurkan passion, uang tak jadi masalah bagi mereka asal mampu menghasilkan karya yang original dan bagus.

Ketertarikan personil Montecristo dalam bermusik ternyata sudah ada sejak kecil. Mereka menyadari bahwa ada “hal” lain yang menjadi interest dalam diri setiap personil. Musik adalah “hal” yang menjadi interest bagi mereka. Eric misalnya, ia mulai belajar main alat musik sejak duduk dibangku sekolah dasar. Dari situlah kecintaan Erik dengan musik makin tak terbendung. Ia mengenal progressive rock saat kuliah. Dengan serta merta keinginan serta minat Erik akan musik khususnya progressive rock semakin tinggi. ““It’s not about business, tapi ini adalah penyaluran passion kami,” ujarnya.

Sebagai bukti keseriusan mereka, para personil Montecristo tak segan menghabiskan waktu hanya untuk proses rekaman dan menyempurnaan lirik. Untuk proses mixing pengerjaannya berlangsung selama 3,5 bulan yang dibantu oleh Yockie Suryo Prayogo. Mereka pun harus rela bermalam didapur rekaman guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Montecristo juga merivisi berkali-kali lirik yang padahal sudah hampir jadi. Karena sudah disepakati diawal, kalau mau membuat rekaman harus sempurna, maka proses merevisi tak jarang terjadi berkali-kali.

Sehingga kalau ada ide yang lebih bagus, maka materi harus diganti atau disempurnakan, tanpa khawatir limit budget. Untuk proses mastering dilakukan di Sydney, Australia, yang waktu itu sangat menguras tenaga personil karena mesti berjibaku selama 19 jam nonstop mengerjakannya. “Kami tak perlu khawatir limit budget asalkan materi kami bagus dan sempurna,” kata Eric menambahkan.

Montecristo juga tak tanggung-tanggung meminta bantuan lima editor dari luar negeri dalam proses pengeditan bahasa dalam album tersebut. Montecristo tak mau kecolongan dan dicap band yang “amburadul” dalam berbahasa Inggris. Maklum saja, semua lagu yang dialbum pertama mereka berbahasa inggris.

Di album tersebut terdapat 9 lagu antara lain Ancentral Land, About us, A romance of serendipity, Garden of hope, Celebration of birth, In touch with you, Crash, Forbidden Song, dan Clean. (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved