OECD : Ekonomi Global Makin 'Gelap'
Prospek ekonomi global tampaknya semakin menuju dunia kegelapan. Berdasarkan data terbaru Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang berbasis di Paris, terjadi penurunan ekonomi drastis di semua negara kecuali Jepang.
Berdasarkan Composite Leading Indicator (CLI) yang dimiliki OECD, setidaknya 33 negara mengalami penurunan hingga lima kali pada Agustus 2011. ini menjadi semacam sinyal perlambatan aktivitas ekonomi. Hanya Jerman, Rusia dan Amerika Serikat yang mampu menjaga nilai rata-rata CLI yaitu 100. Jepang, di lain pihak, merupakan satu-satunya negara yang tidak mengalami kejatuhan ekonomi dengan nilai CLI 102,5 hingga 102,6.
“Untuk semua negara, kecuali Jepang, variabel CLI menunjukkan terjadinya perlambatan kegiatan ekonomi, bahkan cenderung menurun, dalam jangka panjang,” tulis OECD dalam keterangan pers. CLI milik OECD dirancang untuk mengantisipasi titik balik dalam aktivitas ekonomi terhadap tren atau perubahan dalam indikator yang cenderung mendahuui titik balik dalam kegiatan ekonomi sekitar enam belum.
Konsensus ini semacam ‘cermin’ yang menunjukkan bahwa sebagian besar negara Barat sedang tertatih-tatih di ambang resesi karena berjuang membayar utang yang mempengaruhi inflasi. Sebelumnya, Bank Dunia menyebutkan bahwa ekonomi global berada di zona berbahaya. Prediksi yang sangat ‘kejam’ itu menyoroti ketakutan yang diderita pembuat kebijakan global atas krisis utang Eropa.
Selain itu, muncul pula kekhawatiran investor soal keuangan publik dan reformasi ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang. Apalagi, beberapa negara kini meminta Cina menjadi pemangku tanggung jawab global seiring makin kuatnya ekonomi mereka. Cina harus mencari penyelesaian masalah ekonomi global. Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao sempat menyerukan ajakan kepada negara-negara berkembang untuk mengambil tanggung jawab terkait kebijakan moneter dan kebijakan fiskal sebagai cara menanggulangi krisis Eropa yang terus meluas.
Negara-negara Eropa tampaknya menolak kenyataan bahwa mereka harus bertanggung jawab bersama, Jepang membutuhkan reformasi ekonomi dan sosial, serta Amerika Serikat dihantui masalah politik yang menyangkut upaya pengurangan defisit anggaran. Krisis Eropa mencapai titik yang mengharuskan pemimpin politik memutuskan masa depan blok euro.