Pentingnya Pendidikan Finansial Sejak SMA
Kekhawatiran akan kesempatan berkarier setelah lulus kuliah merupakan hal yang pasti dirasakan oleh semua mahasiswa, tak terkecuali perguruan tinggi yang menaungi. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan bahwa setiap tahunnya lebih dari 1,2 juta orang yang masuk ke dunia kerja. Alhasil, peluang usaha harus bisa terbuka untuk memfasilitasi mereka.
Tahun 2019, pemerintah menargetkan ada 10 juta lapangan kerja yang tersedia. Namun untuk mencapai target ini, Menteri Ketenagakerjaan RI, M. Hanif Dhakiri, mengatakan bahwa pemerintah harus mampu mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia. Apalagi Indonesia harus siap dengan revolusi industri 4.0.
Terkait peluang karier pasca lulus kuliah, tiga mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis saat mengunjungi kantor pusat iMoney di Kuala Lumpur, Malaysia pada Agustus 2019, mengungkapkan pandangannya. Adapun tiga orang mahasiswa UI yang dimaksud adalah Larasati Chandra Githa Purnamaningrum, Jusuf King Sihotang, dan Asyifa Isvari. Mereka sepakat beropini bahwa sebenarnya banyak kesempatan dan peluang di masa yang akan datang. Terlepas dari tantangan atau kekhawatiran mereka, pada dasarnya mereka optimistis dengan kondisi kariernya setelah lulus nanti.
Asyifa dari Ilmu Ekonomi angkatan 2018 menambahkan,”Jika yang dimaksud adalah peluang finansial, saya belum bisa menjawab dengan tepat tanpa mengetahui prospek pekerjaan beberapa tahun ke depan”.
Di sisi lain, sebagai mahasiswa dari universitas ternama, mereka juga mengakui bahwa masyarakat memberikan harapan yang besar atas mereka. Terutama tentang kontribusi mereka ke negara nantinya. Larasati dari jurusan Manajemen angkatan 2017 mengakui bahwa pandangan masyarakat ini membuatnya merasa sedikit terbebani. Namun, ia pun mengatakan bahwa walaupun di masa depan dia tidak memiliki jabatan dengan wewenang besar, tapi pastinya dia akan memberikan kontribusi pada masyarakat.
Namun, Jusuf dan Asyifa mengatakan bahwa harapan masyarakat yang tinggi pada mereka ini, merupakan sebuah tantangan dan kesempatan. Hal ini juga memicu mereka untuk lebih giat belajar agar kelak bisa memberikan kontribusi lebih pada masyarakat. Beban secara moral dan intelektual ini pastinya bukan hanya miliki para mahasiswa UI. Semua mahasiswa memiliki tanggungjawab dan beban ini. Baik itu untuk membantu keluarganya, komunitas, dan kalau memiliki jabatan lebih tinggi, maka kontribusi ini harus bisa dirasakan masyarakat lebih luas.
Jadi, apapun pekerjaan dan berapapun penghasilan yang akan mereka terima, mereka mengaku akan berusaha agar bisa bertahan pada persaingan karier nantinya. Sekaligus, agar bisa memberikan kontribusi lebih pada masyarakat.
Apa kata mereka tentang pendidikan finansial? Jusuf dari Manajemen Keuangan angkatan 2016 mengatakan, bahwa setiap mahasiswa harus mengetahui setidaknya basic knowledge in financial terlepas dari apapun jurusannya. Asyifa dan Laras membenarkan hal itu. Pengetahuan dasar mengenai keuangan penting diajarkan di sekolah atau perguruan tinggi. Bahkan Asyifa berharap pendidikan finansial bisa didapatkan saat seseorang masih di jenjang SMA.
Asyifa mengaku kebingungan menentukan produk keuangan yang tepat. “Saat ini, begitu banyak informasi yang tersedia di internet khususnya melalui iklan pada media sosial mengenai berbagai produk finansial. “Secara pribadi, saya pun kesulitan menentukan produk mana yang paling baik,” kata dia.
Dyah Ikhsanti, Content Manager AturDuit, mengungkapkan, ketidaktahuan mengenai pengelolaan kuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, mengakibatkan seseorang akan kebingungan ketika harus mengelola penghasilan sendiri. Akhirnya, mereka tidak memiliki produk finansial yang dibutuhkan, seperti tabungan berjangka atau asuransi.
Pendidikan finansial juga bisa membantu saat mahasiswa baru harus tinggal sendiri dan mengelola uang kiriman orang tua. Tentu tidak berlebihan jika mereka melihat bahwa kurang pengetahuan tentang finansial menjadikan masih banyak orang yang tidak paham bagaimana mengelola uangnya. Hal ini bisa dibuktikan dengan data dari hasil survey Otoritas Jasa Keuangan di mana inklusi keuangan 68,9% ada di area kota.
“Kondisi ini terjadi karena fasilitas keuangan formal yang sulit dijangkau, serta kepercayaan masyarakat pada lembaga keuangan formal masih rendah. Ketidakpercayaan ini juga merupakan akibat dari pengetahuan finansial masyarakat yang masih rendah,” jelas Dyah.
www.swa.co.id