Praise Dukung Pengolahan Sampah dengan Ekonomi Sirkular
Penanganan sampah telah menjadi tantangan di Indonesia seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga dan kegiatan di sektor bisnis. Tahun ini, Indonesia menghasilkan 67 juta ton sampah, jumlah tersebut lebih tinggi dari rata-rata 64 juta ton per tahun dengan komposisi sampah organik (70%), sampah plastik yang sumber utamanya berasal dari kemasan makan minuman, kemasan consumer goods, kantong belanja dan pembungkus barang lainnya (20%) dan sampah industri lainnya seperti kaca, metal, karet (10%).
Melihat dampak lingkungan dan sosial yang terjadi akibat sampah, pemerintah menargetkan untuk melakukan 30% pengurangan sampah dan 70% penanganan sampah pada 2025. Namun, saat ini kebijakan pengolahan sampah TPS3R yang dicanangkan oleh pemerintah masih mengalami kendala karena belum sepenuhnya menjalankan mekanisme pemilahan sampah sejak dari sumbernya dengan melibatkan semua pihak.
Menurut Sinta Kaniawati, perwakilan PRAISE, untuk mendukung target penanganan sampah pemerintah, sektor swasta melalui Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment atau Asosiasi Kemasan dan Daur Ulang Untuk Lingkungan Berkelanjutan di Indonesia (PRAISE) mendorong pemerintah untuk mengimplementasikan sistem penanganan sampah yang efektif dengan melibatkan Extended Stakeholder Responsibility (ESR) dengan menggunakan sistem ekonomi silkular yang meningkatkan keterlibatan komunitas untuk pemilahan sampah, serta memanfaatkan sampah kemasan yang bisa digunakan kembali (reuse) oleh industry.
Metode ekonomi sirkular bisa memungkinkan sampah kemasan memiliki daya guna dan nilai ekonomis. Berdasarkan laporan dari Ellen MacArthur, tanpa pemahaman ekonomi sirkular, 95% nilai ekonomis bahan kemasan termasuk plastik sekali pakai akan hilang. Sebaliknya dengan landasan ekonomi sirkular, 53% sampah contohnya di Eropa bisa di daur ulang dan menghasilkan uang. Namun, ekonomi sirkular akan bisa berjalan baik dengan menggunakan pedekatan Extended Stakeholer Responsibility yang mendorong kolaborasi semua pihak baik itu rumah tangga, komunitas, pemerintah dan swasta.
Di Indonesia, usaha daur ulang adalah salah satu wujud sirkular ekonomi secara bertanggung jawab. Namun, usaha daur ulang tersebut akan mengalami kendala tanpa proses pemilihan sampah yang benar. PRAISE yang merupakan gabungan dari enam perusahaan di Indonesia yaitu Coca Cola, Danone, Indofood, Nestle, Tetra Pak dan Unilever telah menginisiasikan program Bali Bersih.
Tujuan program Bali Bersih adalah membangun program komunitas yang berkelanjutan dalam rangka membantu lingkungan dan perkotaan mengatasi permasalahan sampah kemasan yang mereka hadapi melalui ekonomi sirkular. Dalam melaksanakan program ini, salah satunya PRAISE bekerjasama dengan Mckinsey.org menginisiasikan program Desa Kedas di Bali sebagai proyek percontohan Bali Bersih. Sejalan dengan visi dan misi PRAISE, proyek Desa Kedas bertujuan untuk mendemonstrasikan sistem daur ulang yang memiliki nilai ekonomi dari material yang saat ini disebut sampah, menjadi sistem yang berkelanjutan yang bisa mendatangkan kesempatan ekonomi bagi komunitas.
Solusi bagi persoalan sampah di Indonesia dapat dimulai dari perbaikan sistem pengangkutan sampah dan pengembangan pasar daur ulang. Bahan daur ulang yang sudah dikumpulkan perlu sebanyak mungkin kembali digunakan untuk tujuan produktif – plastik, sampah organik, dan bahan lainnya yang memiliki nilai jual.
“Itulah sebabnya kami membentuk Desa Kedas, yang merupakan kolaborasi antara program PRAISE Bali Bersih dan program global McKinsey.org, Rethinking Recycling. Kami percaya bahwa pemberdayaan masyarakat, pemerintah yang inovatif dan komitmen dari para perusahaan, dapat bersama-sama membangun sistem pengelolaan sampah dan daur ulang yang benar-benar berjalan optimal. Selain itu, hal ini dapat menjadi langkah transformatif bagi begitu banyak orang yang bekerja di bawah bayang ekonomi pasar daur ulang.” Kata Shannon Bouton, Global Executive Director Sustainable Communities at McKinsey.org
Terkait dengan harapan terhadap program Desa Kedas, Shannon mengatakan, agar dapat merancang solusi yang tepat untuk masyarakat Indonesia. Dengan demikian, pihaknya dapat memecahkan banyak masalah lingkungan yang disebabkan oleh sampah – di mana dalam waktu yang sama menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dan membangun masa depan yang lebih bersih dan lebih makmur untuk masyarakat Indonesia.I Gusti Made Gede, Ketua BPD Desa Sanur Kauh, menjelaskan, sebelum mengikuti program Desa Kedas, sistem TPS3R yang ada belum berjalan dengan baik. Operasional TPS3R sangat terhambat dan secara ekonomi tidak stabil. Setelah enam bulan program ini berjalan, saat ini semakin banyak warga yang memilah sampah dari rumah.
TPS3R di Sanur Kauh telah secara konsisten mendatangkan keuntungan bukan hanya secara ekonomi namun juga memiliki sistem kerja yang baik dan para pekerja yang terlatih. Made terkesan akan perhatian program ini terhadap para petugas kebersihan dan pengangkut sampah, sekarang mereka memiliki seragam, perlengkapan kerja, pelatihan soft skill, serta gaji yang memadai. “Saya berharap program ini dapat selalu berkembang dan semakin banyak warga dan komunitas yang turut serta menjalankan program ini,” ujar Made.
Melalui Bali Bersih program, PRAISE telah membuktikan bahwa pengolahan sampah akan berhasil dengan menggunakan sistem ekonomi sirkular apabila: pertama, aa keterlibatan dari Extended Stakeholder Responsibility. Kedua, ada perubahan perilaku terkait 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang dapat tercapai belalui edukasi berkelanjutan. Ketiga, ada keterlibatan pemerintah baik melalui peraturan ataupun penyediaan sarana dan prasarana.
www.swa.co.id