Lima Sekawan Besarkan Jam Tangan Lokal Berkualitas Global
Jean Tora Thosan, 29 tahun, adalah penggemar jam tangan lokal berkualitas premium. Pilihannya jatuh pada NAM Watch, merek jam tangan lokal berkualitas global. Dia kesengsem pada jam tangan ini karena merupakan merek lokal yang penampilannya simpel dan elegan, dengan kualitas mesin yang sangat bagus. Jean membeli jam tangan NAM Watch seri Mahameru yang dinilainya mengusung konsep automatic movement. ”Saya meyakini brand lokal yang menggunakan movement seperti ini hanya NAM Watch ajadeh,” kata Jean.
Mahameru yang dimaksud Jean adalah varian model jam tangan yang dirilis NAM Watch di tahun 2017. Manajemen NAM Watch mengklaim, Mahameru merupakan jam tangan seri automatic yang pertama diproduksi merek lokal. Mahameru pun membetot minat konsumen domestik hingga luar negeri. Sekitar 85% dari jumlah total pembeli Mahameru berasal dari mancanegara, seperti Amerika Serikat, sejumlah negara di kawasan Eropa, Korea Selatan, dan Jepang.
Harga jam tangan yang mengusung konsep automatic classic itu berkisar Rp 1 juta-3 juta per unit, lebih rendah dibandingkan jam tangan sejenis yang rata-rata dibanderol lebih dari Rp 10-an juta. Harga yang kompetitif serta material yang berkualitas ini menarik minat Jean untuk membeli Mahameru. “Harga jam tangan NAM Watch cukup bersaing karena sesuai dengan kualitas yang ditawarkan,” kata Jean.
NAM Watch memberikan layanan pascajual dan garansi mesin dua tahun, serta gratis mengganti baterai selama lima tahun. Jam tangan ini terbuat dari bahan berkualitas seperti stainless steel yang anti-alergi. Rata-rata harganya Rp 999 ribu-3,1 juta. Varian modelnya diberi nama yang berbau Indonesia, seperti jenis batik atau motif kain ulos. Sebut saja, Toba, Mahameru, Losari, dan Krakatoa.
Mahameru adalah portofolio unggulan yang dijadikan etalase oleh PT Naga Abadi Manufaktur, produsen NAM Watch, ketika menghimpun pendanaan senilai US$ 30.018 dari Kickstarter di awal 2018. Aliran dana itu merupakan bentuk kepercayaan investor yang terhimpun di Kickstarter, platform crowdfunding di AS.
Sebelumnya, NAM Watch, seperti disampaikan oleh Akbari J. Faisal, Direktur Pelaksana dan salah satu pendiri Naga Abadi Manufaktur (produsen NAM Watch), mendapat dana US$ 15 ribu dari Kickstarter di tahun 2015. Inilah tonggak awal Akbari dkk. menekuni bisnis jam tangan. Hingga kini, mereka berhasil menjual ribuan unit jam tangan setiap tahun. Pendiri NAM Watch hanya dua orang, Akbari bersama seorang sahabatnya. Seiring dengan perkembangan bisnisnya, pemilik saham NAM Watch bertambah menjadi lima orang.
Akbari mengisahkan, ide mendirikan NAM Watch bermula di tahun 2010. Ketika itu, ia mengamati, jam tangan merek luar negeri yang diluncurkan di Indonesia mendapat sambutan hangat konsumen. Hal itu memantik jiwa kewirausahaannya. Ia memutuskan menggeluti bisnis jam tangan. “Ketika memutuskan untuk membangun bisnis ini, saya bersama rekan-rekan sangat buta mengenai industri jam ini. Perlahan-lahan kami pelajari dan di tahun 2014, kami mulai mempekerjakan desainer jam tangan. Setelah itu, kami mulai mencari produsen di China, dan mendapatkannya di alibaba.com,” tuturnya. NAM dipilih sebagai nama merek, yang terinspirasi dari kata “enam” yang menyimbolkan aktivitas masyarakat, yang dimulai dari pukul 6 pagi dan berakhir pada pukul 6 petang.
Selanjutnya, setelah menemukan vendor di situs e–commerce itu, Akbari menghadapi kendala permodalan, lantaran pemesanan jam tangan itu harus banyak jumlahnya. Saat itu, ia baru saja merampungkan kuliahnya di Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia. “Saya beserta rekan tidak memiliki modal, namun harus memproduksi langsung dalam skala besar, yaitu minimal order 500 pieces. Akhirnya, waktu itu kami mendapatkan platform crowdfunding, Kickstarter. Konsepnya, jika ingin membuat sebuah produk, kami harus melakukan presentasi untuk menjabarkan kelebihan produk, fitur-fiturnya, kepada investor di komunitas Kickstarter tersebut,” Akbari menerangkan.
Kegigihan mereka diapresiasi. Investor di Kickstarter meminati konsep Akbari dkk. Dana senilai US$ 15 ribu atau sekitar Rp 180 juta mengalir dari rekening investor ke NAM Watch. Mereka pun bergegas memproduksi 500 unit jam tangan. Sebanyak 150 unit dikirim ke investor, sisanya dijual ke konsumen, antara lain influencer dan teman-temannya, serta dipasarkan di media sosial, e-commerce, dan situs namwatches.co. Respons pasar menggembirakan. Untuk strategi penjualan ke luar negeri, Akbari menyebutkan NAM Watch sekali dalam setahun merilis seri terbaru yang diunggah di situs Kickstarter. “Kami sudah pernah mengirim ke Amerika, Asia, Eropa, dan Afrika,” ujarnya.
Untuk mengapresiasi minat pembeli, NAM Watch meningkatkan kapasitas produksi. Target di tahun 2019 adalah memproduksi 5 ribu unit, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebanyak 700 unit. “Untuk penjualannya, 150-200 unit per bulan. Selain dijual di pasar ritel, kami melayani segmen business to business (B2B). Ada perusahaan yang membuat jamnya di kami, namun memakai brand yang beda. Saat ini kami sudah melayani beberapa klien, namun kontribusi penjualan B2B masih kecil,” ungkapnya.
Akbari optimistis omset NAM Watch bakal melonjak seiring dengan tren bergairahnya konsumen dan produsen jam tangan lokal dalam beberapa tahun terakhir. “Setiap tahun kami melahirkan empat kali produk baru, karena salah satu bentuk inovasi kami yaitu terus mengeluarkan produk baru. Kami targetkan omset tumbuh 20%, atau mencapai Rp 6 miliar di tahun ini,” ia memerinci. Target konsumen mereka adalah pria usia 21-35 tahun. Rencananya, NAM Watch hendak merilis jam tangan seri diving di tahun 2020. Untuk meyakinkan konsumen, Akbari bersama 10 pegawainya berupaya mengedukasi mereka mengenai kualitas dan merek jam tangan lokal. (*)
Sri Niken Handayani & Vicky Rachman; Riset: Armiadi Murdiansyah