Diana Jaffar Mengawali Bisnis Hanada Skincare dengan Modal Rp500 Juta
Skincare tidak hanya membuat wajah menjadi glowing. Potensi bisnisnya pun membuat ‘glowing’ pundi-pundi pelaku bisnis tersebut. Tak pelak banyak orang yang kepincut terjun ke bisnis skincare. Apalagi, saat ini tidak susah untuk menggeluti bisnis skincare. Banyak pabrik yang menawarkan kerja sama ‘maklon’ untuk membuat produk skincare. Mulai modal Rp30 juta hingga ratusan juta, Anda pun langsung bisa bergerilya memasarkan produk skincare dengan brand yang Anda sukai.
Tren bisnis itu setidaknya tergambar dalam suasana pameran Cosmobeaute Indonesia 2019 di JCC Senayan, pada 17-19 Oktober 2019 lalu. Pameran produk kecantikan itu dihadiri oleh para beautypreneur dan konsumen dengan antusias untuk melihat tren kosmetik yang ada di dunia saat ini.
Untuk pertama kalinya, Cosmobeaute Indonesia 2019 menghadirkan Beauty Experimental Zone yang berkolaborasi dengan PT Nose herbalindo, produsen OEM (Original Equipment Manufacturing) maklon kosmetik yang berada di Jakarta. “Nose Herbalindo memperlihatkan secara live bagaimana cara pembuatan toner dengan bunga alami yaitu mawar dan marigold. Tak hanya itu, pengunjung yang datang dapat membawa pulang toner tersebut,” ujar Direktur PT Nose Herbalindo, Yoda Nova.
Melalui Nose Herbalindo, beberapa local brand telah booming di dunia skincare produk kosmetik buatan negeri kita Indonesia. Ada sekitar 200 klien Nose yang memproduksi skincare, seperti Hanada, Somethinc, Innertrue, Maska, Evershine, Everwhite, Msglow. Begitu pula skincare yang dimiliki oleh para selebriti seperti Buza milik Bunga Zainal, SA Natural milik Shandy Aulia, Keyglow milik Sarah Salsabila, Ashanty, dan masih banyak lagi. “Semua brand kosmetik lokal tersebut kelahirannya dibantu oleh Nose Herbalindo yang berkomitmen memiliki dan mewujudkan nilai ‘High End, High Value, dan High Quality’ dalam setiap produk pelanggannya,” Yoda menegaskan.
Dalam kesempatan itu Diana Jaffar, beautypreneur yang juga menjadi klien Nose hadir menjelaskan kiprah bisnisnya bekerja sama dengan Nose Hebalindo. “Saya memulai usaha skincare baru pada Agustus 2019 dengan modal sekitar Rp500 juta. Sebelumnya saya pernah bekerja di perusahaan akuntan publik dan Citibank Indonesia,” ujar Diana yang lulusan S2 Akuntansi dari University of Oregon Eugene, Oregon, Amerika Serikat.
Setelah beberapa tahun menjadi karyarwan, tahun ini Diana memutuskan untuk menjadi entrepreneur dengan mengibarkan bendera Hanada Skincare. “Produk Hanada hasil maklon dari Nose Herbalindo. Harga produknya kami pasarkan Rp95.000 – 219.000 per piece,” ujar Diana yang juga menjadi Direktur Utama Hanada Skincare. Hanada sudah memiliki sejumlah varian produk andalan yang best selelr, yakni body serum, micellar gel, ever young serum, glow serum serta brighten up body serum.
Target market Hanada adalah perempuan usia 18-40 tahun. Latar belakangnya wanita-wanita lulus kuliah, baru kerja, serta ibu rumah tangga. Untuk pemasaran produk Hanada sudah bisa diperoleh di Shopee, Tokopedia, hingga Instagram Hanada.
Menurut wanita kelahiran Jakarta tahun 1979 ini, produksi awal Hanada mulai dari 2.000 pieces. Tidak dinyana respons pasar positif, sehingga Handa berhasil menjual hingga 8.000 pieces. Kini, tiap bula, Hanada bisa menjual 100 .000 pieces. Pembelinya 70% masih berasal dari Pulau Jawa, sisanya 30% dari Sumatera dan Kalimantan.
Seperti kita ketahui, peluang bisnis di bidang ini masih sangat besar, mengingat jumlah pasar di Indonesia yang menggiurkan yakni 267 juta jiwa, dengan demografi populasi wanita mencapai 130 juta jiwa dan sekitar 68 % nya merupakan usia wanita produktif. Sementara itu, data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) 2018 mencatat, perkembangan industri kosmetik nasional mengalami kenaikan pertumbuhan 20% atau empat kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017. Fakta ini tentunya menggiurkan. Namun, menjadi beautypreneur sukses, apalagi dengan brand sendiri, tidak semudah berjualan kacang goreng. Butuh kiat-kiat khusus agar brand dan produk bisa diterima pasar dengan baik. Dari nol menjadi luar biasa.
Mery, owner brand kosmetik everShine bercerita mengapa memilih menggunakan jasa perusahaan maklon kosmetik untuk membuatkan produk kosmetik dan membesarkan brand everShine yang dibangunnya. “Saya pilih jasa maklon kosmetik karena tak ingin mengeluarkan investasi besar membeli peralatan pabrik untuk memproduksi produk kosmetik,” ujarnya. Pilihan tepat jatuh pada Nose Herbalindo. “Di sini, saya dibantu untuk mematangkan konsep kosmetik/skincare dan brand EverShine. Saya juga diberi kesempatan untuk memilih formula dari ekstrak tanaman apa yang digunakan dan saya memilih ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) karena belum ada yang menggunakan. Sementara 18 kandungan asam aminonya sangat baik untuk kulit dan membantu menyamarkan noda hitam di wajah, merawat kulit yang berjerawat, mengatasi peradangan akibat jerawat, membantu memperbaiki jaringan kulit yang rusak, menghilangkan kerutan halus di kulit, mencerahkan sekaligus melembabkan kulit,” jelas Mery. Kandungan vitamin C pada Moringa juga lebih banyak dari jeruk, dan baik untuk kulit sebagai antioksidan pencegah sel kulit rusak.
Hal senada diungkapkan Irvyn Wongso, owner brand Innertrue. “Innertrue memilih menggunakan formula mosseltech dari ekstrak tumbuhan lumut yang mampu membuat kulit menjadi mudah beradaptasi. Selain itu, formula mosseltech mengandung zat anti blue ligth yang memancarkan radiasi, contohnya sinar handphone,” jelas Irvyn.
Sementara brand Maska, menggunakan formula dari daun pegagan (Centella asiatica) yang dapat meningkatkan produksi kolagen kulit sehingga kulit menjadi kencang tanpa kerutan. Yoda menegaskan, bagi pebisnis pemula, memang sebaiknya menggunakan jasa perusahaan maklon kosmetik yang terpercaya untuk memproduksi kosmetiknya. “Jasa maklon membuat beautypreneur tak perlu mengeluarkan investasi untuk membangun pabrik kosmetik. Ini karena semua produk diproduksi oleh perusahaan maklon,” terang Yoda.
Di Nose Hetbalindi, kata Yoda, mulai dari urusan produk kosmetik dan skincare, pemilihan nama brand yang menarik, hingga proses manufaktur kosmetik dari hulu hingga hilir, mulai dari research & development, formulasi bahan baku, quality control, pengemasan, izin BPOM, sertifikasi halal MUI, dan paten, hingga distribusi dan pemasaran produk kosmetik brand dibantu.
Untuk produksi awal, saran Yoda, tak perlu memproduksi dalam kategori dan jumlah banyak yang membutuhkan investasi besar. Untuk awal bisa produk perawatan standar lebih dulu, seperti rangkaian perawatan kulit antara lain cleansing milk, toner, day cream, dan night cream. Atau bisa juga hanya body lotion dan masker wajah saja. Bila memilih kosmetik kategori dekoratif bisa memilih bedak saja atau lisptik saja, dengan jumlah minimal produksi 5 ribu pieces, Setelah tanggapan pasar bagus, produksi bisa ditingkatkan lebih banyak lagi.
www.swa.co.id