Antam; Perkuat Platform Bisnis dengan Tingkatkan Cadangan Hingga Jalankan E-commerce
Sebagai perusahaan pertambangan yang menghasilkan produk emas, nikel, bauksit, dan alumina, untuk memperkuat platform bisnisnya, PT Antam Tbk. punya perhatian besar terhadap penggunaan sumber daya energi untuk produksi, selain meningkatkan cadangan yang dimilikinya. Dimas Wikan Pramudhito, Direktur Keuangan Antam, mengatakan, untuk nikel, cadangan sementara yang dimiliki Antam sebesar 438 juta ton, 14% dari cadangan nikel nasional. Cadangan bauksit sebesar 39 juta ton, merepresentasikan 11% dari cadangan nasional.
Untuk emas, Antam memiliki cadangan 19 ton. Walaupun persentasenya hanya 1%, di Indonesia Antam adalah penentu harga (price determinator). Mengapa bisa? “Karena, Antam satu-satunya perusahaan penghasil emas yang memiliki akreditasi dan sertifikasi dari London Bullion Market Association (LBMA),” kata Dimas Wikan.
Penurunan biaya dilakukan Antam untuk meningkatkan daya saing. “Kami paham betul, dalam menjalankan bisnis ini, komponen terbesar biayanya adalah penggunaan energi. Makanya, fokus kami di konservasi, efisiensi energi, dan inovasi teknologi, “ ungkap Dimas Wikan. Menurutnya, komponen (biaya) energi ini mencapai 40% di dalam harga pokok penjualan.
Cara yang ditempuh untuk efisiensi energi tersebut, yaitu dengan melakukan pembauran penggunaan sumber energi. Antam menggunakan PLTU batu bara dengan kekuatan 23 megawatt dan pembangkit tenaga diesel dengan kapasitas 8 megawatt. Ini telah dilakukan retrofit, sehingga Antam dapat menggunakan marital-oil ataupun gas.
“Pada prinsipnya kami melakukan pengetesan dan pengecekan dalam rangka efisiensi. Ini dilakukan secara rutin untuk mesin-mesin produksi kami. Tujuannya, menurunkan biaya konsumsi energi,” kata Dimas Wikan menegaskan. Menurutnya, peningkatan efisiensi ini dari tahun ke tahun kurvanya upward trending. Di tahun 2016, efisiensi yang dicapai 133,26%, atau Rp 48,69 miliar dari target sebesar Rp 36,44 miliar, kemudian pada 2017 dan 2018 juga terus meningkat.
Penguatan platform bisnis juga dilakukan dengan memproduksi mineral-mineral baru dari cadangan. Contohnya, seperti kata Dimas Wikan, Antam sudah memproduksi alumina, yaitu downstream bauksit, setelah membangun smelter-grade alumina. Dan, ini akan terus dikembangkan, sehingga bisa mencapai produksi 2 juta ton alumina per tahun. Kemudian, perusahaan pelat mereh ini juga membangun pabrik nickel pig iron (NPI), kapasitas produksinya 8 (delapan) line, atau setara 380 ribu ton NPI. “Kami bagi dalam dua tahap. Dua lini pertama ditargetkan operasinya di 2021 dan sisanya di 2023,” ujarnya.
Berikutnya, dari sisi penjualan emas. Antam secara konvensional memiliki butik yang tersebar di seluruh Indonesia. Dua butik di Sumatera (di Medan dan Palembang), lima di Jawa, dua di Kalimantan, dan masing-masing satu di Bali dan Sulawesi (Makassar). Namun, untuk pelanggan ritel, Antam juga memiliki layanan jual-beli emas berbasis web atau e-commerce dengan nama Brankas.
Penguatan platform bisnis Antam lainnya adalah optimalisasi teknologi informasi. Pada 2007, perusahaan pelat merah ini mengimplementasikan Ellipse. Namun, di tahun 2017 Antam melakukan migrasi dari Ellipse ke SAP karena Ellipse tidak sesuai lagi dengan proses bisnisnya yang sudah mengarah ke hilirisasi. Dimas Wikan menjelaskan, modul yang digunakan adalah SAP S/4 HANA. Semula modul Ellipse digunakan untuk finance, material management, operation & maintenance, dan human resources. Maka, ketika bermigrasi ke modul SAP, penggunaannya sudah mencakup untuk finance & controlling, material management, plant maintainance & project system, human resources, production planning, quality management, dan sales &distribution. “Jadi, SAP S4/HANA ini sudah seperti one stop solution,” katanya tandas.
Selanjutnya, untuk karyawan, Antam memiliki Human Capital Information System (HCIS), yang digunakan untuk mengintegrasikan proses bisnis HC management, sehingga dapat meningkatkan kinerja bisnis sesuai dengan corporate goals serta visi-misi perusahaan. “SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas) juga sudah by system,” ujar Dimas Wikan.
Selain itu, Antam juga punya aplikasi untuk urusan kerjasama dengan pihak luar, yakni e-Procurement, untuk menjaga transparansi, fairness, dan independensi. “Semua tender kami sudah elektronik. Tidak ada lagi peluang ‘curang’. Jadi, benar-benar yang kami dapatkan adalah mereka yang menawarkan the best price,” ia mengklaim.
Menurutnya, semua yang sudah dilakukan Antam tersebut diberi “pagar” bernama Good Corporate Governance. “Pada dasarnya implementasi GCG di Antam merupakan praktik pengelolaan perusahaan yang mengacu pada standar praktik terbaik (best practices) yang pelaksanaannya melampaui ketentuan yang ada pada peraturan perundang-undangan,” Dimas Wikan menegaskan. (*)