Global TV Ganti Baju

Global TV Ganti Baju

Millions of entertainment. Begitulah harapan dan tekad Global TV sejak perubahan dicanangkan. Mengusung konsep baru sebagai a one stop television, program Global TV dapat dikategorikan menjadi beberapa genre, di antaranya: sinetron, musik klip, reality show, teen animation, infotainment, newstainment, news, sport, telenovela, komedi, dan film. “Global TV kini siap bersaing dengan TV swasta yang ada di Tanah Air,”? ungkap Presdir Global TV Stephen K. Sulistyo.

Namun, perubahan tersebut tidak mengubah sasaran bidik Global TV, yakni anak muda. Hanya saja, bukan muda dalam pengertian usia, melainkan lebih pada jiwa-jiwa muda. Alhasil, tak ada batasan usia yang dipatok. “Kami lebih menitikberatkan pada pasar pemirsa young at heart,”? ungkap Stephen.

Peringkat acara musik yang tidak beranjak naik, malah cenderung turun, menjadi pemicu perubahan tersebut. Dari hasil survei yang dilakukan pihaknya, ternyata pemirsa jenuh kalau disodori tontonan musik melulu. “Melihat videoklip-videoklip saja ternyata kurang menarik,”? kata Stephen. Rating jeblok tentu saja berimbas pada perolehan iklan. Selama 2,5 tahun menggandeng MTV, disebutkan Stephen, rating dan “jualan”? kurang menggembirakan. Padahal, ia menilai pertumbuhan iklan di Indonesia cukup signifikan dan menjanjikan. “Setiap tahun, pertumbuhan pasar untuk belanja advertising 15%-20%,”? katanya.

Memang, news release Nielsen Media Research yang dipublikasi akhir Januari lalu memaparkan bahwa belanja iklan di 12 negara Asia Pasifik sebagian besar menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Belanja iklan di Indonesia dan Cina tumbuh paling tinggi dibanding negara-negara lainnya selama periode 12 bulan (Oktober 2003-September 2004) masing-masing 49%. Dan, media TV mendominasi hingga mencapai 70%. Disusul surat kabar (25%) dan majalah (5%). Tahun ini, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia memprediksi belanja iklan akan mencapai Rp 25 triliun. Jumlah ini meningkat sekitar 20% atau setara Rp 4 triliun dari tahun lalu yang mencapai Rp 21 triliun. Media TV akan tetap mendominasi perolehan dengan kisaran 62% atau Rp 15,5 triliun.

Reposisi Global TV memang bertujuan agar lebih leluasa menggarap iklan karena program acaranya lebih variatif. Toh, sampai Februari 2007 tayangan MTV tetap akan hadir di Global TV selama 12 jam. Sisa yang 12 jam itu akan diisi program tayangan yang dibuat oleh Global TV, seperti D&D Show, WongPitoe Show, Komeng Show, Morning Call, Global Pagi (berita), Kanal 78 (berita kriminal), 1001 Cara Menggaet Cowok (sinetron), dan program unggulan L.A. Menthol Fashion TVModelAwards 2005.

“Perubahan ini memerlukan persiapan yang tidak mudah,”? ujar Stephen. Ia mengaku pihaknya melakukan semuanya dari nol. Pada 15 Oktober 2004, ketika dicapai kesepakatan dengan MTV untuk membagi jam siaran menjadi 12:12, Global TV hanya memiliki 41 karyawan. Jangkauan siaran pun hanya di 6 kota besar. Dengan kerja maraton, sampai akhir Januari lalu jumlah karyawan stasiun TV milik Grup Bimantara di bawah payung PT Media Nusantara Citra ini telah membengkak menjadi 320 orang. Penambahan transmisi membuat Global TV mampu menjangkau 18 kota besar yang meng-cover 142 kota kecil dengan kurang-lebih 110 juta penduduk Indonesia.

Menurut Stephen, persiapannya terbilang sangat cepat. Mulai dari persiapan infrastruktur, transmisi, kapasitas studio, peralatan studio yang seluruhnya baru, dan persiapan konten yang diakui Stephen paling sulit. Hanya saja, karena didukung tim yang solid, pada saat siaran perdana 15 Januari 2005, Global TV sudah siap dengan konten yang dibuat sendiri. Didukung SDM yang berpengalaman di bidang broadcasting, Stephen optimistis, di akhir tahun 2005 Global TV yang untuk perubahan ini telah membenamkan investasi sampai ratusan miliar rupiah, akan bertengger di posisi ke-6 stasiun TV nasional. “Kami sangat optimistis Global TV bisa mencapainya,”? ia menandaskan.

Optimisme tersebut dilandasi rasa percaya diri atas keberhasilan program-program tayangannya. “Global TV akan kuat di content. Kalau kami produksi sendiri berarti content-nya ada pada kami,”? kata Stephen. Ia juga melihat rating Global TV secara umum, dua minggu setelah launching, naik dari 2,2 menjadi 3,6. “Ini awal yang menggembirakan,”? ucapnya. Sementara untuk mengomunikasikan perubahan konsep Global TV, pihaknya menyisipkan kampanye pada acara road show pemilihan model LA Menthol Fashion TV Model Awards 2005 ke berbagai kota besar, seperti Semarang, Yogyakarta, Medan, Denpasar, Palembang, Bandung dan Makassar.

Reposisi yang dilakukan Global TV, dinilai pengamat media Veven S.P. Wardhana, sebagai langkah bagus. Dulu ketika Global TV diluncurkan dengan mengandalkan program-program MTV, Veven sudah sangat pesimistis . “Dengan konsep tersebut, Global TV akan habis seperti ketika ANTV mengandalkan konsep yang sama. Dulu saya pikir Global TV mengulang kesalahan yang sama dengan ANTV,”? katanya. Waktu itu, ia pesimistis dengan acara musik yang disegmenkan untuk remaja ini akan meraup pendapatan dari iklan. Menurutnya, pemasang iklan berpikir bahwa melalui program Global TV itu tidak bakal banyak mendatangkan pembeli potensial.

Meski reposisi Global TV dinilai terlambat, Veven menilai perubahan itu sebagai langkah yang baik sehingga bisa bersaing dengan TV swasta lain. “Persoalannya, sejauh mana teknologinya mendukung siarannya, baik jangkauan siaran maupun kualitas gambarnya, analog ataukah digital,”? paparnya. Sementara di sisi acara, Global TV akan tetap survive jika tidak mengekor acara lain. “Global TV harus bisa bertahan dengan ciri khasnya. Dengan demikian, kemungkinan besar penonton akan mengingat ciri khas itu sebagai milik Global TV. Jadi bisa memancing fanatisme publik terhadap image stasiun,”? Veven menyarankan.

Sementara dalam pandangan Arswendo Atmowiloto, perubahan tersebut membuat Global TV memberikan pilihan yang lebih banyak kepada pemirsa. “Tapi, porsinya hanya begitu-begitu saja,”? katanya menilai.

Terlepas dari penilaian itu, Global TV memang baru mengayun sebuah langkah awal. Hasil akhirnya masih perlu kita tunggu.

# Tag