Pembangunan Infrastruktur Pacu Penjualan Properti di Koridor Timur Jakarta
Pesatnya pengembangan infrastruktur Koridor Timur Jakarta menjadi daya tarik PT Adhi Commuter Properti, anak usaha BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk. membangun hunian berbasis transportasi massal atau menerapkan pendekatan transit oriented development (TOD), yaitu Green Avenue.
Dengan konsep hunian TOD, LRT City hadir untuk memberikan kenyamanan hunian dan kepastian waktu tempuh dengan menggunakan sarana transportasi massal LRT yang saat ini pembangunannya sedang berlangsung dan diperkirakan beroperasi pada tahun 2021.
Menurut Direktur Proyek LRT City Bekasi – Green Avenue, Indra Riyanto, LRT City Bekasi – Green Avenue dibangun di atas lahan seluas 1,9 hektar, dan terdiri dari 3 tower apartemen. Keunggulannya, lokasinya strategis yang hanya berjarak 30 meter dari transportasi LRT, Green Avenue juga berdiri tepat di seberang Exit Tol Bekasi Timur, dan disediakan titik pool Bus Transjakarta untuk menunjang konsep TOD.
Diakui Anton Sitorus, Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, sektor properti Indonesia masih sangat berpotensi untuk terus berkembang, khususnya di wilayah dengan pengembangan infastruktur yang massif. Riset Savills Indonesia memaparkan bahwa sekirannya perkembangan infrastruktur akan menaikkan nilai properti mencapai 30 persen dan akan terus naik seiring progresnya.
Dia menambahkan, fundamental ekonomi di Indonesia cukup kuat untuk sektor properti bisa kembali running, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen yang seharusnya dapat membuat sektor properti segera bangkit.
Pengamat Properti dan CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda, mengakui perkembangan wilayah koridor timur berhasil menarik perhatian. Situasi ini difaktorkan oleh masifnya pengembangan proyek infrastruktur yang didukung dengan basis ekonomi yang kuat karena wilayahnya beroperasi aktif sebagai kawasan industri. Sebagai contoh, yakni berbagai industri besar seperti MM 2100, Jababeka, Delta Silicon, dan Delta Mas.
Hal ini diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik bahwa area Cikarang menyumbang 34,45 persen penanaman modal asing secara nasional dengan volume ekspor dari kawasan tersebut mencapai 45 persen.
“Dengan infrastruktur yang terus dibenahi, basis ekonomi kuat dengan kawasan industri terbesar bahkan se-ASEAN, di sisi lain harga tanah di wilayah ini range-nya relatif lebih rendah berkisar Rp 5 juta-Rp 12 juta/m2, bandingkan dengan di koridor barat yang sudah mencapai Rp 9 juta-Rp 17 juta/m2. Melihat fakta-fakta ini koridor timur menjadi area yang sangat potensial untuk menjadi pendorong sektor properti secara nasional,”ujar Ali.
Beberapa pengembang yang fokus menggarap dan membentuk konsorsium Koridor Timur Jakarta seperti PT Jababeka Tbk, Summarecon Bekasi, Lippo Cikarang, PT Sirius Surya Sentosa, PT Pollux Properti Tbk. dan PT PP Properti Tbk.