Smelter Baru ATS Menambah Potensi Nikel Siap Pakai di Indonesia
Pemerintah mempercepat larangan ekspor bijih nikel atau nickel ore jadi mulai 1 Januari 2020, yang semula akan diberlakukan awal 2022. PT Anugrah Tambang Sejahtera (ATS), salah satu pemain di bisnis ini menyambut positif langkah pemerintah dengan membangun smelter di Laroenai, Kabupaten Morowalli, Sulawesi Tengah. Smelter telah diresmikan pada Februari 2020.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI mengatakan bahwa smelter di Indonesia masih dapat menyerap stok nikel dari hasil larangan ekspor dan memberikan nilai tambah nikel.
Ia memberi contoh bijih nikel seharga US$ 34-36 bisa naik nilainya menjadi US$ 100 jika ditingkatkan menjadi feronikel dan metal untuk jadi bahan stainless steel. Hal ini pun bisa memberikan dampak postitif pada pendapatan negara dari sektor ekspor nikel yang sebelumnya US$ 7,5 Miliar, bisa naik hingga USD$ 12 Miliar pada tahun 2020.
Dengan energi yang sama dengan pemerintah untuk menggenjot hilirisasi industri pertambangan, PT Anugrah Tambang Sejahtera (ATS) telah membangun smelter di Laroenai, Kabupaten Morowalli, Sulawesi Tengah.
Dengan terbangunnya smelter milik ATS, Indonesia mempunyai potensi menghasilkan tambahan 144 ribu ton nikel siap pakai. Dengan izin IUP seluar 1.301 hektar, pembangunan ini adalah fase pertamanya dalam rencana hilirisasi bijih nikel. Investasi ini adalah jembatan menuju ke tahap kedua di mana perseroan akan melakukan pembangunan teknologi RKEF.
“Kami menggunakan teknologi blast furnace yang juga didukung dengan pembangkit listrik sebanyak 3 unit dengan kapasitas masing-masing 7,5 MW dengan menyerap investasi sebesar US$ 20-30 juta,” ujar Eddy Pratomo, Chairman Silkroad Nickel Ltd., perusahaan yang mengakuisisi ATS di Singapura.
Editor: Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id