Listed Articles

Perbankan Harus Waspadai Risiko Kredit Konsumen

Perbankan Harus Waspadai Risiko Kredit Konsumen

Tahun 2011 diwarnai dengan kelabilan dan perubahan ekonomi yang berdampak pada stabilitas perbankan. Karena itu, setiap perusahaan seharusnya memiliki infrastruktur yang memungkinkan mereka memahami model-model risiko pasar untuk mengeksekusi strategi-strategi manajemen yang efektif, khususnya terkait kredit konsumen.

Pernyataan tersebut diungkapkan Dan McConaghy, President FICO Asia Pasifik, penyedia teknologi analitik dan manajemen keputusan. “Bank harus memanfaatkan pemodelan risiko ekonomi untuk mengetahui bagaimana ketegangan dalam perekonomian mempengaruhi kemampuan konsumen membayar utang-utang mereka dan memungkinkan pelaku perbankan untuk memperoleh modal dari portofolio yang tertekan,” ujar Dan McConaghy.

Saat ini dinilai merupakan waktu yang paling tepat untuk menegaskan pentingnya manajemen risiko mengingat adanya fluktuasi pasar dan sistem perbankan global yang tidak saling terinterkoneksi. Regulasi keuangan sendiri hanya satu langkah menuju upaya mengembalikan perekonomian ke jalurnya. “Selain itu, para pemain industri perlu memperkuat sistem yang memungkinkan mereka melacak perubahan-perubahan makroekonomi dan bereaksi terhadap perubahan-perubahan tersebut dengan cepat,” kata Dr. Andrew Jennings, Chief Analytics Officer FICO.

Analisa perilaku pelanggan secara historis tidak cukup untuk menentukan bahwa pelanggan tersebut layak mendapat kredit. Selain itu, prediksi perilaku pelanggan dalam berbagai tekanan ekonomi yang berbeda akan sangat berharga dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya menuju peminjaman dan stabilitas ekonomi.

Meskipun Asia Timur siap untuk tumbuh di 2012, ketidakpastian pasar menyelimuti tingkat pertumbuhan untuk kawasan ini. Asia Development Bank memperkirakan bahwa Asia Timur yang sedang tumbuh siap berekspansi sebesar 7.2% pada 2012, tapi ramalan ini lebih rendah dari ramalan sebelumnya sebesar 7.5%–kecepatan pertumbuhan yang diperkirakan pada 2011.

Asia Development Bank juga memeriksa 3 skenario dengan ramalan yang terkait. Pertama, Eurozone akan jatuh ke dalam resesi. Kedua, Eurozone dan ekonomi AS akan mengalami kontraksi ketika, akan terjadi krisis global baru, dengan output Eurozone dan AS jatuh je tingkat pada 2009. Dalam skenerio ketiga, yang merupakan scenario terburuk, Asia Timur yang sedang tumbuh hanya akan mengalami pertumbuhan GDP sebesar 0.6 hingga 3.7%.

“Variasi seperti itu menghasilkan variasi yang jauh lebih besar dalam kinerja kredit konsumer dan sebagai akibatnya, mempengaruhi tingkat keuntungan bank ritel,” kata Dr. Jennings. “Bank-bank perlu memperbaiki pemahaman mereka mengenai saling keterkaitan antara resiko dan perekonomian, untuk mengeindentifikasi beberapa hal yang tidak diketahui dan mengubahnya menjadi resiko yang dapt dikelola.”

Untuk 2012, Asia Development Bank memperkirakan pertumbuhan sebesar 6.5% untuk Indonesia, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 6.8%. Meski adanya sedikit revisi, Asia Development Bank tetap yakin bahwa Indonesia akan tetap tumbuh moderat bahkan di tengah krisis hutang yang kini berlangsung di Eropa dan AS.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved