6 Tips Agar Bisnis Bertahan di Tengah Pandemi
Pandemi Covid-19 yang telah melanda dunia sejak awal 2020 telah memberikan dampak yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia, salah satunya bagi pelaku waralaba.
Adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pusat perbelanjaan hingga perkantoran yang tutup, menjadikan pelaku bisnis waralaba mengalami penurunan omzet yang tajam hingga lebih dari 50%. Mereka pun harus ekstra memutar otak agar bisnisnya tetap bisa bertahan di tengah pandemi.
Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia, Tri Raharjo menyampaikan, dampak pandemi ini sangat dirasakan oleh semua sektor bisnis di mana situasi outlet menjadi sepi, pengunjung dan pembeli relatif berkurang, bahkan beberapa pelaku bisnis menutup usahanya seperti di bisnis spa, salon, barbershop, dan makanan.
“Pemain waralaba di makanan sekitar 40% dan sudah pasti terkena dampaknya. Ada yang mengatakan penjualannya drop 20% bahkan ada yang 50%. Itulah realita bisnis saat ini,” ujar dalam diskusi virtual.
Untuk itu kata Tri, pelaku waralaba perlu menyikapi secara bijak pergerakan-pergerakan yang terjadi. Keputusan pun harus dilakukan dengan cepat, pelaku usaha harus cepat-cepat melakukan adaptasi jika produknya tidak diterima lagi oleh pasar.
“Saat ini kita sebagai pelaku usaha dipaksa untuk cepat beradaptasi. Kita dipaksa untuk masuk ke digital dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama. Itulah yang saat ini terjadi di negara kita. Jadi kita sebagai pengusaha harus optimis untuk menghadapi ini dan mencari solusi-solusi apa yang tepat untuk kita lakukan di bisnis kita masing-masing. Kalkulasinya harus benar-benar tepat,” jelasnya.
Untuk bisa bertahan di tengah pandemi, Tri menyarankan ada enam langkah yang bisa dilakukan para pelaku usaha. Pertama, cash is king. Lakukan pemeriksaan mendalam terhadap kondisi keuangan. “Kita membutuhkan cash, jika ada itu kita aman. Bagaimana caranya? cutting cost dan cutting loss, jika cost nya terlalu besar segera dicek betul-betul agar bisa ditekan,” terangnya.
Kedua, online marketing. Ini menjadi suatu celah yang wajib dilakukan oleh para pelaku bisnis baik itu di sosial media atau pun marketplace. Pelaku usaha mau tidak mau harus migrasi ke digital untuk bisa bertahan.
“Franchisor bisa cepat adaptasi, bagi fanchisee harus buat suatu program khusus dan sampaikan pada mereka (franchisor). Ini menjadi PR, menghidupkan jaringan agar tetap berjalan secara optimal,” kata dia.
Ketiga, result orientation. Meskipun bekerja dari rumah, target tetap harus tercapai apapun caranya. Keempat, marketing orientation. Pelaku usaha harus adapatif dengan pergerakan pasar.
Misalnya, ketika meluncurkan suatu produk dan market tidak terima maka pelaku bisnis harus cepat-cepat melakukan perubahan. Begitu pun ketika ingin masuk ke marketplace, pelaku usaha disarankan untuk melakukan survei terlebih dahulu agar strategi berjalan dengan tepat.
“Sekarang banyak pelaku bisnis kuliner yang sudah mulai membuat inovasi dengan ready to eat atau pun ready to cook yang bisa dipasarkan melalui media sosial atau pun marketplace. Begitu juga dengan beberapa pemain bakso yang sudah mulai memasarkan bakso dalam kemasan frozen melalui online,” ungkapnya.
Kelima, navigation. Pelaku usaha harus mengerti arah bisnisnya dan memastikan betul navigasi bisnis. Keenam, action dan speed. “Ini menjadi kunci agar bisnis tetap bertahan di tengah pandemi ini,” tutur Tri.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id