Marketing Trends zkumparan

Bisnis Co-living Semakin Eksis di Tengah Pandemi

Saat bisnis jasa lainnya melemah di tengah wabah ini, bisnis platform hunian bersama alias co-living justru semakin eksis khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Salah satunya platform co-living Flokq. Anand Janardhanan, CEO Flokq dalam siaran pers-nya mengatakan, Jakarta merupakan pasar potensial untuk hunian co-living.

“Ada sekitar 5 juta pekerja profesional dari kalangan milenial membutuhkan tempat tinggal, sebagian dari mereka sebelumnya tinggal di kos-kosan,” ujarnya. Namun, menurut Anand, belakangan para pekerja profesional yang nota bene adalah perantau dan berstatus single ini lebih memilih tinggal dalam hunian co-living dibanding menyewa kamar kos. Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan konsep co-living, di antaranya tetap ada interaksi antara penghuni layaknya di rumah sendiri sehingga mengurangi rasa sepi dan stres terutama dalam kondisi PSBB saat ini. Kedua, adanya layanan kebersihan yang disedikan Flokq dan bisa diorder melalui aplikasinya. Ketiga, saat Ramadhan, penghuni co-living yang menjalankan ibdaha puasa menjadi lebih mudah karena bisa memasak sendiri menu untuk berbuka dan sahur, tentu ini jauh lebih efisien dan higeinis dibanding harus membeli makanan di luar.

Hafiz Rulih, pegawai swasta berusia 24 tahun mengaku sudah biasa melakukan kegiatan khas Ramadan sendirian sejak masih tinggal di kost.

“Bedanya dulu di kos, saya harus masak dari malam sebelumnya dan buka dengan membeli makanan dari luar. Sejak tinggal dengan Flokq, saya bisa menyiapkan makanan berbuka sendiri. Nyaman saja karena sudah terbiasa, enaknya, Flokq menyediakan supplies, kebersihan, maintenance dan internet yang cepat untuk unit saya,” akunya.

Puncak ibadah puasa di bulan Ramadan adalah Idul Fitri atau Lebaran. Bagi muslim, momen tersebut dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga besar yang biasanya dilakukan di kampung halaman.

Namun pandemi virus Corona mengubah tradisi itu. Pemerintah sudah menetapkan pelarangan mudik demi memutus dan mengurangi penyebaran virus. Masyarakat pun diminta untuk mematuhinya. Hal tersebut, bagi ekspatriat yang sudah lama tinggal di Indonesia seperti Sifat Hasan, seorang karyawan HR asal Dhaka, Bangladesh, yang tinggal di apartemen yang dikelola oleh operator co-living Flokq di kawasan Senopati, jelas tak jadi masalah. Namun Tamanna, yang sudah menjadwalkan pulang ke negaranya untuk bertemu keluarga tahun ini, terpaksa membatalkannya. “Keluarga saya mengerti dalam situasi seperti ini tidak mungkin untuk saya melakukan perjalanan ke sana. Mereka mengerti sekali risikonya,” jelasnya.

Zahra, karyawan swasta asal Kota Malang, juga terpaksa membatalkan rencananya mudik untuk bertemu dengan orangtuanya. Begitu juga Hafiz. Orangtua mereka sedih karena tak bisa bertemu bersilaturahmi bersama keluarga besar. Tapi mereka sudah mengerti dengan kondisinya,” ujar Zahra dan Hafiz. Beruntungnya mereka, karena tinggal dalam hunian bersama, dipastikan nantinya mereka bisa merayakan lebaran bersama. Kelebihan-kelebihan inilah yang diyakini Anand membuat hunian co-living akan semakin digemari pekerja singel dan perantau di kota besar.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved