Mohamad Feriadi, Presdir JNE: Terbitkan Regulasi Khusus
Sebelum wabah Covid-19 merebak dan masuk ke Indonesia, bisnis pengiriman kami didominasi barang-barang fashion seperti sepatu, baju, aksesori, dan gadget. Namun, begitu corona datang, produk healthcare seperti masker dan hand sanitizer menjadi barang yang banyak sekali diperjualbelikan secara online.
Lalu, apa dampaknya terhadap hitungan bisnis?
Corona memang memberikan potensi bisnis, memberikan volume pengiriman bagi perusahaan logistik seperti kami. Namun, jumlahnya belum sebanding dengan barang-barang fashion tersebut.Di sisi lain, banyak perusahaan atau bisnis yang mulai mengurangi atau menutup produksinya sehingga distribusi produk-produk mereka mulai menurun, dan memberikan dampakkepada perusahaan logistik.
Namun secara keseluruhan, kami melihat dampak dari wabah Covid-19 untuk saat ini masih belum terlalu signifikan bagi kami.Dalam kondisi normal, JNE bisa mencatatkan 1 juta kiriman per hari. Sekarangada penurunan tetapi tidak drastis, sekitar 10% saja.
Sebagai bentuk pencegahan penyebaran Covid-19, perusahaan mengubah pola kerja agar karyawan tetap pada posisi yang aman dan tidak menjadi perantara penularan.Kami menjalankan sejumlah prosedur, misalnya penyemprotan disinfektan pada area kerja, mengukur suhu tubuh karyawan sebelum masuk ruang kerja, dan menyediakan hand sanitizer. Karena operasional masih harus terus berjalan, kami membekali tim di lapangan (kurir, rider, driver) dengan peralatan seperti masker, sarung tangan, dan hand sanitizer. Kami mengampanyekan ini ke masyarakat supaya mereka juga memahami bahwa petugas kami sudah dipersiapkan sedisiplin mungkin.
Kami mengatur ini semua dengan menerbitkan regulasi melalui Surat Pemberitahuan Nomor 006/MRD-JNE/03/2020 mengenai Informasi Kiriman dan Tata Laksana Pencegahan Penyebaran Virus Covid-19 oleh JNE kepada seluruh kantor cabang dan operasional. Jadi, protokol ini kami jalankan secara nasional.
Terkait imbauan work from home (WFH) dari pemerintah, kami sangat mendukung dan menjalankan. Kami memprioritaskan kepada karyawan yang sifat pekerjaannya bisa dilakukan di rumah. Misalnya, bagian sales, bisa dibilang bagian ini sudah tidak ada lagi pertemuan tatap muka dengan pelanggan, sehingga bisa dilakukan di rumah menggunakan telepon. Selain itu, WFH juga kami berlakukan kepada karyawan yang sedang hamil.
Kami mendukung dan menjalankan program ini sambil memantau terus perkembangan ke depannya nanti seperti apa. Kami juga tentu harus mengukur agar pekerjaan ini efisien dan efektif, dihitung antara sifat pekerjaan dan jumlah sumber daya yang disiapkan. Artinya, kalau ada pekerjaan yang mulai berkurang, orang-orangnya kami pindahkan ke bagian lain yang memang masih memerlukan tenaga yang banyak.
Jika situasi darurat ini ternyata berlangsung lebih lama, kami telah memikirkan skenario terburuk sekalipun. Sudah ada rencana dan perhitungannya dalam banyak hal terkait kesiapan SDM, operasional, cash flow, dll. (*)