Sylvia A. Rizal, VP Pemasaran Health Care PT Soho Global Health (SGH).

Pelaku bisnis farmasi PT Soho Global Health (Grup Soho) tampaknya termasuk perusahaan yang lebih siap mengantisipasi berbagai kemunggkinan dampak pandemi Covid-19 terhadap bisnis. Pemain farmasi yang memiliki portofolio produk over the counter (OTC) dan ethical ini juga tak luput dari dampak wabah ini. Namun, tampaknya dampak yang dialami tak separah pemain nonfarmasi.

Secara umum, Covid-19 tidak “mengganggu” kinerja perusahaan. “Ada sejumlah produk kami yang mengalami peningkatan demand, namun juga ada yang mengalami penurunan demand,” ungkap Sylvia A. Rizal, VP Pemasaran Health Care PT Soho Global Health (SGH).

Sejumlah produk OTC dan herbal yang dipasarkan SGH justru mengalami peningkatan demand. Misalnya, produk multivitamin dan suplemen daya tahan tubuh, seperti Imboost dan Curcuma FCT. Paramedis dan masyarakat umum tampaknya membutuhkan produk-produk tersebut untuk meningkatkan daya tahan tubuh dalam upaya mencegah infeksi Covid-19.

Meskipun demikian, memang ada juga produk SGH yang terdampak negatif dari sisi kinerja penjualan, terutama produk ethical yang menggunakan resep dokter. Pasalnya, kini banyak dokter di rumah sakit yang tak buka praktik, dan secara umum jumlah pasien juga mengalami penurunan (kecuali pasien Covid-19).

Menghadapi kenyataan ini, manajemen SGH berusaha menerapkan sejumlah jurus. Contohnya, meningkatkan kapasitas produksi untuk produk-produk yang permintaannya meningkat, guna menjamin masyarakat dapat memperoleh produk dengan harga normal (terjangkau).

“Kami juga menangani kendala bahan baku yang sebagian harus diimpor dari luar negeri dengan harga dolar yang meningkat tinggi, kendala transportasi karena PSBB dan lockdown yang terjadi di negara-negara pembuat bahan baku tersebut, kendala kapasitas mesin produksi, dll. Tantangan ini kami atasi dengan berbagai langkah inovasi,” kata Sylvia.

Ia menambahkan, pihaknya kini berusaha fokus menyesuaikan operasional perusahaan dengan perubahan, dengan cara mengevaluasi kembali asumsi-asumsi bisnis, menyesuaikan hal-hal yang dianggap perlu, dan memitigasi risiko bisnis. “Kami harus agile terhadap perubahan-perusahaan besar ini,” ujarnya. Selain itu, juga terus berinovasi melalui riset dan produksi produk-produk berbasis natural/herbal yang dibutuhkan konsumen, baik saat pandemi Covid-19 ini maupun setelahnya.

Pihaknya pun sudah menyiapkan sejumlah strategi bisnis yang disesuaikan dengan keadaan yang baru dalam situasi “new normal”, dan mempersiapkan para leader di tiap divisi untuk menghadapi perubahan tren perilaku dan kebutuhan masyarakat di situasi new normal. Dari sisi pemasaran, misalnya, memperkuat pemasaran digital/online.

Yuliana Tjhai, EVP Senior HR, Legal, Compliance & Internal Audit SGH, menjelaskan, perusahaan juga mendorong karyawan melakukan adaptasi dan transisi menuju aktivitas online digital dengan tetap menjaga produktivitas dan inovasi, termasuk dengan banyak melalukan meeting digital. Bekerja dari rumah (WFH) juga difasilitasi, termasuk di bagian produksi yang juga menerapkan standar kesehatan yang baik. Yuliana meyakini, Covid-19 banyak membawa perubahan cara kerja yang positif dan pihaknya harus bisa beradaptasi.

Dari sisi kompensasi, meski sedang terjadi krisis karena Covid-19, SGH tidak melakukan pemotongan gaji dan tunjangan karyawan. “Bahkan, tetap memberikan bonus atas kinerja tahun lalu. Kami telah memberikan THR sesuai dengan peraturan pemerintah, tanpa pengurangan apa pun. Seluruh pembayaran gaji, tunjangan, bonus, dan THR selalu dibayarkan tepat waktu, dan memberikan tambahan upah lembur, tambahan tunjangan incidental bagi yang menerapkan WFO,” Yuliana memaparkan. Yang jelas, SGH tidak melakukan PHK dalam masa pandemi Covid-19 ini. (*)

Sudarmadi & Vina Anggita