Presiden Jokowi Sebut Indonesia di Ambang Resesi
Presiden Joko Widodo menyatakan Indonesia berada di jurang resesi, bila perekonomian periode Juli-September 2020 kembali mengalami kontraksi. Pertumbuhan ekonomi Tanah Air sendiri pada triwulan II tercatat minus 5,32 persen. Dalam ilmu ekonomi, negara bisa disebut resesi jika ekonominya minus dalam kurun waktu dua kuartal berturut-turut.
“Kita tahu kuartal pertama 2020 kita masih tumbuh 2,97 persen, negara lain sudah minus. Tetapi di kuartal kedua kita sudah pada posisi minus 5,3 persen. Untuk itu kuartal ketiga kita ini masih punya waktu satu bulan Juli, Agustus, September, kita masih punya kesempatan di bulan September. Ini kalau kita masih berada pada posisi minus artinya kita masuk ke resesi,” ungkap Jokowi dalam Rapat Terbatas di Istana Kepresidenan, Bogor, Selasa (1/9).
Untuk mencegahnya, Jokowi instruksikan kepada seluruh Gubernur untuk mempercepat realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), terutama yang berkaitan dengan belanja modal dan belanja bantuan sosial (bansos). Berdasarkan data yang diperolehnya, serapan APBD provinsi masih berada pada level 44,7 persen, sedangkan serapan belanja pada tingkat kota dan kabupaten baru mencapai 48,8 persen.
“Realisasi APBD seperti ini setiap hari saya ikuti semua provinsi semua kabupaten/kota kelihatan semua angka-angkanya. Tolong betul-betul angka-angka ini diperhatikan sehingga realisasi untuk pengadaan barang dan jasa, untuk belanja modal dan belanja bansos itu benar-benar segera terealisasi,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Jokowi juga memaparkan dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, hanya ada dua provinsi yang pertumbuhan ekonominya positif, yaitu Papua 4,52 persen dan Papua Barat 0,53 persen. Selain itu, tiga provinsi lainnya yang perekonomiannya terkoreksi paling dalam adalah Bali minus 10,98 persen, karena sektor pariwisata yang dipastikan anjlok akibat pandemi, DKI Jakarta minus 8,22 persen dan Yogyakarta minus 6,74 persen.
Indonesia Sudah Pasti Akan Resesi
Kepada VOA pengamat ekonomi Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati memastikan Indonesia akan menambah daftar negara-negara yang mengalami resesi akibat Covid-19. Pasalnya, waktu satu bulan tidak akan cukup untuk menyelamatkan Indonesia dari jurang resesi, meskipun berbagai stimulus sudah digelontorkan oleh pemerintah.
“Persoalan resesi teknikal itu memang agak sulit untuk dicegah, karena sampai dengan Agustus memang, leading indicator-nya masih minus, terutama untuk penjualan retail dan juga investasi karena kalau kita lihat sampai dengan Agustus itu tingkat utilisasi dari sektor riil kita memang masih minus. Artinya kalau untuk ngejar supaya triwulan-III ini tidak minus agak susah,” ujar Enny.
Apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah? Enny memaparkan pemerintah harus bisa menjaga agar perekonomian pada triwulan-III nanti tidak lebih buruk dari triwulan-II. Dengan begitu, maka perbaikan perekonomian Indonesia akan berbanding lurus dengan negara-negara lain, sehingga para investor tidak akan kabur ke negara lain untuk menanamkan modalnya.
“Kalau misalnya Indonesia berlawanan arah dalam artian kalau triwulan kontraksi di Indonesia itu lebih dalam dari triwulan-II artinya Indonesia kan sendirian yang relatif berlawanan arah dengan pemulihan ekonomi dunia. Tentu ini secara psikologis maupun tekanan akan jauh lebih berat. Itu yang harus benar-benar dijaga agar kontraksi di triwulan-III harus di bawah lima persen supaya ada sinyal juga Indonesia juga mulai membaik, artinya posisi terdalam Indonesia sama dengan negara-negara lain yaitu berada di triwulan-II 2020,” jelasnya.
Enny menyarankan kepada pemerintah untuk terus menggelontorkan berbagai stimulus, terutama kepada kelompok yang benar-benar membutuhkan seperti kelompok orang yang tergolong rentan miskin. Menurutnya, skema bansos yang selama ini diberikan tidak cukup efektif untuk mendongkrak daya beli masyarakat, sehingga perekonomian pun tetap terkontraksi di triwulan ke-II.
“Cash transfer itulah yang akan memacu daya beli masyarakat dan akan mempengaruhi sisi demand, kalau bukan skema itu tinggal pilih yang lain misalnya skema subsidi listrik yang memang itu mampu untuk menambah daya beli masyarakat. Jadi ketika itu ada masyarakat terkurangi beban pengeluarannya, otomatis ada tambahan pengeluaran untuk konsumsi. Intinya mendorong, menstimulus agar konsumsi rumah tangga ini kembali terpompa, jadi gak drop,” tuturnya.
Perekonomian Indonesia Masih Lebih Baik dari Negara Lain
Pemerintah dan masyarakat, kata Enny tidak usah panik dengan keadaan resesi ini, karena hampir semua negara sudah pasti terimbas pandemi. Jika dibandingkan dengan negara tetangga misalnya, perekonomian Indonesia masih jauh lebih baik.
“Secara perbandingan dengan banyak negara Indonesia masih jauh lebih baik dari negara-negara lain, artinya tingkat kontraksinya tidak sampai dobel digit. Bahkan Malaysia, Filipina ini kan dobel digit semua kontraksinya. Tetapi Indonesia tidak, jadi lebih baik. Jadi tidak perlu panik sampai mengejar agar triwulan-III nya tidak negatif, gak mungkin, karena semua negara negatif, tapi yang paling utama jangan sampai negatif lebih besar dari triwulan- II,” paparnya.
Pimpinan Daerah Harus Bisa Menurunkan Kasus Covid-19
Dalam kesempatan ini, Jokowi juga menginstruksikan pimpinan-pimpinan daerah untuk secara masif menekan laju penyebaran Covid-19. Hal ini dilakukan untuk menciptakan rasa aman kepada masyarakat, sehingga tercipta kegiatan ekonomi yang produktif namun aman dari virus corona.
Presiden @jokowi mengingatkan agar para Gubernur melihat data dan angka-angka pergerakan kasus #COVID19 di wilayah masing-masing karena saat ini di berbagai negara kembali terjadi tren peningkatan kasus positif, baik kawasan Eropa maupun Asia.https://t.co/Z6MliJx8Sz— Sekretariat Kabinet (@setkabgoid) September 1, 2020
“Kita semuanya harus tahu yang akan membuat masyarakat kembali diliputi rasa tidak aman. ini yang betul-betul harus kita jaga jangan sampai membuat masyarakat diliputi rasa tidak aman dan akan menyebabkan dunia usaha tidak mau bergerak, tidak bisa bergerak, mereka selalu menyampaikan wait and see. saya kira ini yang harus kita hindari, akibatnya ekonomi negara kita tidak akan bisa cepat pulih,” ujar Jokowi.
Meski begitu, Jokowi menyebut beberapa indikator perekonomian mulai membaik seperti purchasing manager indeks Indonesia sudah kembali masuk ke sekitar angka 50-an. Kemudian penerimaan negara dari sisi pajak sudah mengalami kenaikan, dan angka ekspor juga sudah mulai tumbuh ke arah yang positif.
“Sekali lagi saya ingin para gubernur yang berkaitan dengan jaga jarak, cuci tangan tidak berkerumun, tidak berdesakan ini harus diulang-ulang terus terutama yang berkaitan dengan pemakaian masker. Ini harus disampaikan terus-menerus. ini kunci sebelum vaksinasi itu dilakukan adalah pemakaian masker. Ini yang paling penting. tentu saja akan lebih baik lagi kalau pengawasan lapangan itu betul-betul dilakukan pemberian sanksi yang tidak patuh itu betul-betul juga dilakukan sehingga kedisiplinan nasional kita dalam mengikuti protokol kesehatan betul-betul dikerjakan oleh seluruh masyarakat kita,” tutur Jokowi. [gi/ab]
Sumber: VoAIndonesia.com