BTN, Terapkan Visi-Misi yang Berujung pada Shareholder Value
Upaya PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BTN) agar investor yang memiliki sahamnya bisa meraih keuntungan tinggi dan jika dihitung berdasarkan metode Wealth Added Index (WAI) masih memberikan angka yang positif adalah dengan menerapkan visi dan misi perusahaan yang berujung pada shareholder value.
Visi BTN saat ini adalah menjadi bank KPR (Kredit Pemilikan Rumah) terbaik di Asia Tenggara. Visi ini akan dicapai melalui lima fokus strategi jangka panjang. Pertama, memperkuat budaya perusahaan. Kedua, menerapkan pertumbuhan yang berkualitas, meningkatkan kualitas aset produktif, dan memperbaiki proses bisnis perkreditan.
Selain menerapkan visi-misi perusahaan, BTN juga menjaga kinerja bisnis dan keuangan sesuai dengan target dan ekspektasi pasar. Lalu, secara maksimal menjaga kepercayaan pemerintah dalam mendukung berbagai program yang telah diinisiasi, seperti penambahan kuota KPR subsidi, penempatan dana dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, dan program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).
Nixon L.P. Napitupulu, Direktur Keuangan BTN, menjelaskan bahwa selaras dengan target perusahaan, pihaknya berupaya secara maksimal untuk mencapai kinerja yang maksimal sesuai dengan target keuangan yang telah dikomunikasikan. “Jika terdapat penyesuaian kinerja bisnis dan keuangan, BTN secara intensif melaksanakan kegiatan komunikasi untuk memastikan diskusi antara korporasi dan komunitas investasi terus berjalan seiring dengan berbagai penyesuaian tersebut,” kata Nixon.
Bank ini juga meningkatkan penerapan risk, compliance, dan tata kelola sesuai dengan regulasi untuk menjaga kepercayaan investor. Lalu, memastikan bahwa ke depan pertumbuhan bisnis BTN masih terjaga, terutama karena bank ini fokus pada bisnis perumahan yang kebutuhannya di Indonesia masih sangat besar, dan cukup tahan dengan berbagai kondisi ekonomi yang menantang, seperti pada saat pandemi Covid-19 ini. “Hal-hal tersebut meningkatkan kepercayaan investor untuk terus berinvestasi pada saham BTN dan secara bersamaan terus meningkatkan value saham BTN,” Nixon menjelaskan.
Mengenai terobosan bisnis atau aksi korporat BTN yang berdampak signifikan terhadap kinerja sahamnya di pasar modal, Nixon mengungkapkan, pada awal 2020 BTN menerapkan standar akuntansi baru, PSAK 71, yang membutuhkan tambahan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) untuk memenuhi ketentuan baru tersebut.
Dengan metode modified retrospective, untuk pemenuhan laba digunakan laba ditahan yang merupakan bagian dari modal. Untuk menutupi kebutuhan modal yang telah digunakan itu, dilakukan penerbitan modal tier II, yaitu pinjaman subordinasi dan junior global bonds. Dengan itu, modal BTN pun kembali cukup untuk terus mendukung ekspansi kredit sejalan dengan target bisnisnya.
Tentang investasi yang dilakukan dalam lima tahun terakhir, Nixon menjelaskan, “Salah satu investasi yang direncanakan BTN adalah dalam rangka mendukung program Tapera. Lalu, BTN berencana mengakuisisi perusahaan manajer investasi untuk dapat mendukung pemupukan dana Tapera.” Saat ini, prosesnya dalam tahap Perjanjian Jual-Beli Saham Bersyarat untuk mengakuisisi 30% saham PNM Investment Management. Dampak akuisisi ini untuk BTN adalah penambahan fee–based income dari potensi bisnis manajemen investasi serta peluang meningkatkan portofolio bisnis.
“BTN juga harus cerdas dalam membidik pasar yang terus berkembang dengan inovasi marketing yang memikat target pasar,” ucap Nixon tandas. Dengan terus fokus di perumahan yang pasarnya masih luas dan terus bertambah, pemegang saham BTN pun dapat memercayai bahwa value dari investasi mereka akan terus meningkat. (*)
Arie Liliyah dan Dede Suryadi