Core Cipete Ajak Milenial Cerdas Berinvestasi Saat Pandemi
Sebagai kota metropolitan terbesar di Asia Tenggara tentu saja memiliki banyak kompleksitas sehari-hari, termasuk jumlah komuter yang mencapai 3,5 juta orang per-hari, dengan peningkatan jumlah komuter per tahun 20\%, berimbas pada kemacetan. Menurut data Badan Pengelolaan Transportasi Jabodetabek, Jakarta diprediksi akan macet total di tahun 2029.
Kegiatan commuting Jabodetabek menghabiskan waktu hingga 3-4 jam di jalan per hari untuk mencapai tempat tujuan. Sedangkan untuk wilayah DKI Jakarta sendiri rata-rata waktu yang dihabiskan adalah 1-2 jam di jalan. Rata-rata waktu ini ternyata 2,3 kali lipat lebih tinggi dari waktu yang ideal untuk seseorang menghabiskan waktu di jalan untuk commuting setiap harinya.
Idealnya, sebuah hasil studi University of California, San Fransisco yang melibatkan 1.000 pekerja sebagai responden menyebutkan bahwa waktu ideal untuk commuting adalah 16 menit per hari, agar tercipta work life balance. Oleh sebab itu, melihat potensi masalah dari aspek ini, pemerintah baik pusat dan provinsi sudah mulai membangun infrastruktur yang diharapkan akan menjadi solusi dari masalah kemacetan di ibu kota.
“Macet merupakan masalah yang serius untuk Jakarta hari ini, bahkan hingga tahun-tahun ke depan. Sehingga pemerintah mengambil langkah untuk melakukan pembangunan untuk infrastruktur transportasi public yang terintegrasi, seperti MRT yang saat ini sudah mulai pembangunan FaseII, LRT dan kereta commuterline dengan estimasi investasi hingga Rp 350 triliun dalam 10 tahun ke depan untuk Jabodetabek”, ujar Sofian Sibarani, Pendiri dan Direktur Urban+, perusahaan pemenang dari sayembara desain ibu kota RI dalam webinar “Cerdas Berinvestasi Hadapi Masa Depan Kota Jakarta, Ramah Lingkungan, Terintegrasi, Serba Cepat” yang digelar Core Cipete, creative office and residence milik PT Jaya Real Property Tbk. atau JRP (15/10/2020).
Ke depan, lanjut Sofian, Jakarta akan menjadi kota modern yang serba terintegrasi dan mengandalkan konsep Transit Oriented Development (TOD). TOD merupakan konsep pengembangan kawasan yang mengintegrasikan simpul transit sebagai pusat pengembangan dengan kawasan campuran di sekitarnya dalam cakupan radius 400 meter sampai 800 meter. “Melihat problematika Kota Jakarta hari ini, seperti polusi, kemacetan, ini kemudian hari akan membuat penggunaan transportasi publik irresistible dengan dibangunnya infrastruktur yang nyaman yang menghubungkan intra dan antar kota, masyarakat akan dengan dengan sendirinya menjadi beralih ke transportasi umum untuk waktu tempuh yang lebih efisien, penghematan, juga kenyamanan.
Kota Jakarta nantinya akan menjadi kota yang lebih ramah lingkungan, terintegrasi, dan serba cepat.”Karena macet, di kemudian hari, penggunaan transportasi publik akan menjadi pilihan utama, bukan lagi karena terpaksa. Karena, jika tidak, kita harus rela menghabiskan waktu berkali lipat lebih lama dari hari ini untuk mencapai suatu tujuan”, ujar Arum Prasasti, General Manager Bintaro Jaya High Rise.
Arum mengungkapkan, masyarakat harus mulai membuka mata akan transformasi kota Jakarta yang ancang-ancang pembangunannya sudah dimulai, seperti Fase II pembangunan MRT yang nantinya akan mencapai 230 km. Artinya, MRT sendiri akan menjadi poros transportasi intra dan antarkota, karena kecepatannya, dan kenyamanannya. Selain itu, konsep pengembangan Kawasan TOD sendiri juga sudah menjadi fokus pengembangan JRP yang berpengalaman 40 tahun membangun kawasan perkotaan, sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagai produk terbaru dari Bintaro Jaya High Rise, Core Cipete sendiri adalah h inovasi dari JRP yang dibangun dengan menyesuaikan kebutuhan generasi milenial dan perkembangan zaman. Dengan mengusung konsep CORE atau Creative Office and Residence, apartemen ini berusaha menjawab kebutuhan akan one stop living yang dinamis yang nantinya akan menjadi bagian dari kawasan TOD MRT Cipete Raya.
Gading Marten, aktor, presenter dan entrepreneur mengamini pendapat Sofian dan Arum. “Menurut saya, permasalahan macet di Jakarta ini terlihat sepele. Padahal ini memberikan banyak dampak keseharian, seperti produktivitas kita. Terkadang, karena waktu habis di jalan, kita jadi kehabisan waktu atau energi untuk melakukan hal-hal positif setelah pulang bekerja, seperti berkumpul dengan keluarga, atau berolahraga”, ujar Gading yang juga pengguna MRT.
Arum menambahkan, kini Core Cipete sudah melewati beberapa milestone pengembangan, dan telah memasuki tahap penjualan resmi. “Benar apa yang dikatakan Gading, properti yang dipilih dengan cermat sejatinya akan terus meningkat nilainya, dan dengan memiliki unit di Core Cipete yang terhubung 0 meter dari stasiun MRT Cipete, pastinya akan berpengaruh pada pengeluaran untuk kendaraan pribadi, seperti cicilan mobil, bensin, pajak”, tambahnya.
Apartemen CoreCipete akan dibangun di lahan seluas 2.600 meterpersegi di Jalan RS Fatmawati Raya, Jakarta Selatan. Memiliki 17 lantai, hunian vertical ini akan hadir dengan 199 unit yang terdiri atas studio, workshop dan quarter dengan luas unit mulai dari 30 – 90 meterpersegi.
www.swa.co.id