Book Review zkumparan

Sudhamek Bagikan Pengalaman Penerapan Berbisnis dengan Hati di Garudafood dalam Bukunya

Dr. (H.C.) Sudhamek AWS, S.E., S.H., Chairman PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk dalam peluncuran bukunya Minfulness-Based Business: Berbisnis dengan Hati (Foto: Ino)

Praktik Mindfulness-Based Business (MBB) atau berbisnis dengan kebersadaran agung sudah diterapkan Sudhamek AWS selama 19 tahun dalam mengelola bisnis. Chairman PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk ini memandang bahwa bukan hanya dalam berbisnis, dalam menjalani pekerjaan atau profesi apa pun, bukanlah sekadar menggapai profit atau keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya. Menurut Sudhamek, sejatinya yang kita kerjakan adalah demi menumbuhkan benih-benih kebaikan bagi kepertingan bersama.

Pria yang juga Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) periode 2017–2022 melalui bukunya yang berjudul “Mindfulness-Based Business: Berbisnis dengan Hati” yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama itu mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan sisi spiritualitas dalam pengelolaan bisnis atau organisasi.

Mungkin banyak orang tidak percaya bahwa bisnis dan spiritualitas bisa berjalan beriringan, saling menyeimbangkan, menjadikan tujuan manusia menjalani bisnis dan pekerjaannya dengan hati untuk kepentingan lebih luas. Andy F. Noya yang hadir dalam peluncuran buku tersebut hari ini mengungkapkan pemikiran yang sama bahwa bisnis dan spiritualitas merupakan hal yang terpisah.

“Sejatinya dalam bisnis atau pekerjaan apa pun berdimensi vertikal karena apa yang diupayakan, pada saatnya, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Yang Mahakuasa. Itulah mengapa saya memberi imbuhan ‘agung’ dalam istilah mindfulness, karena ada dimensi kebersadaran transendental pada Sang Mahaagung,” ungkap Sudhamek.

Bisnis dan spiritual menurutnya, mungkin bisa dipilah tapi tidak terpisahkan. Ia meyakini, profesi apa pun bisa menerapkan MBB ini. MBB adalah tentang cara kita menjadi semakin sempurna dan utuh dalam berlaku di dunia, jangan dipisah-pisahkan. “Kita tidak bisa menabrak hukum, norma, lalu berbuat baik dengan menebar aksi sosial, tidak bisa begitu. Karena bekerja atau berbisnis sejatinya merupakan jalan menuju manusia lebih baik. Hidup bukan sekadar mengejar kesuksesan duniawi, kesuksesan duniawi harusnya bisa menjadi better person,” terang Sudhamek. Dan apa yang kita jalani berkaitan atau berhubungan dengan orang lain (stakeholder), sehingga jika kita menjalankan bisnis semata karena profit, tidak ada bisnis yang berkelanjutan.

Dalam peluncuran buku yang dipandu oleh Coach Yudi Candra, CEO PT Duta Sukses Dunia dipaparkan bagaimana gagasan mindfulness-based business dipetakan Sudhamek menjadi delapan bab dalam bukunya. Mulai dari proses tercetusnya pemikiran spiritualitas dalam bisnis, hingga langkah-langkah implementasi yang telah ia terapkan. Setiap bagian disertai dengan studi kasus yang dapat memperlihatkan mindfulness practices kepada pembaca sehingga lebih mudah untuk dipahami.

Perjalanan Sudhamek yang memiliki latar belakang unik sebagai aktivis, pengusaha dan pejabat negara, semakin memperkaya isi buku ini. Ia memperlihatkan bahwa mindfulness bisa diterapkan di empat dunia yang berbeda: komunitas bisnis, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi keagamaan dan lintas iman, serta pejabat tinggi negara.

Tren saat ini, semakin banyak perusahaan terutama di lingkup global, yang memperkenalkan praktik mindfulness namun masih terbatas teori dan praktik dalam program workshop dan sesi online kelas-kelas meditasi. Praktik ini diyakini mampu meningkatkan komunikasi, kolaborasi dan energi kolektif karyawan dalam organisasi. Namun, melalui buku MBB ini menyadarkan kita bahwa sesungguhnya bisnis dan spiritualitas ternyata sangat bisa berjalan beriringan.

“Buku ini hadir tepat waktu. Di tengah persaingan bisnis yang semakin sengit, buku ini menunjukkan kepada kita bahwa praktik mindfulness seperti yang dilakukan oleh Pak Sudhamek selama berkiprah di berbagai organisasi yang dinaunginya, bukan hanya optimistis, tapi realistis. Ini tentu dapat menjadi referensi bagi komunitas dunia usaha dan profesi lainnya,” ujar Suwandi S. Brata, Direktur Kelompok Penerbitan Kompas Gramedia.

Dalam testimoninya Ahmad Syafii Maarif atau dikenal dengan Buya Syafii mengungkapkan penulis buku ini bukan hanya pelaku bisnis yang sukses, tetapi lebih dari itu, punya kepedulian sosial kemanusiaan yang tinggi. “Buku ini adalah anyaman apik antara teori bisnis dan cita-cita luhur yang menjadi pesan utamanya,” kata Buya.

Andy, wartawan senior yang mengenal baik Sudhamek, mengakui selama ini ia sangat percaya bisnis dan spiritualitas tidak bisa disatukan. “Namun setelah memahami MBB yang disampaikan Sudhamek dalam buku ini, keyakinan saya berubah total. Keduanya dapat beriringan. Ini merupakan terobosan pemikiran yang penting bagi kita semua, terutama pelaku dunia usaha,” ujarnya.

T.P. Rachmat Pendiri Triputra Group menuturkan bahwa memadukan bisnis, prinsip etika dan kemanusiaan, ibarat memadukan api dengan air. “Tak banyak entrepreneur mampu memainkan dua hal paradoksikal itu dengan baik dan berimbang. Sudhamek bisa,” tandasnya. Menurutnya, cara berbisnis Sudhamek adalah cerminan jiwa yang mindful: yang tak henti mencari cara agar bisnis yang dijalani memberikan semakin banyak manfaat bagi makin banyak pihak. “Semoga buku ini menginspirasi banyak orang, agar menjadi pribadi dan entrepreneur yang mindful,” tuturnya.

William Tanuwijaya, Pendiri & CEO Tokopedia berpendapat melalui buku ini kita diajak melakukan perjalanan spiritual dan berefleksi: apakah sisa hidup akan dipakai membangun bisnis yang semata-mata mengejar profit, atau justru fokus utamanya adalah seberapa besar manfaat dan kebaikan yang dapat diciptakan dan dibagikan ke banyak orang. “Lewat buku ini semoga kian banyak bisnis yang mengadopsi filosofi MBB sehingga dapat mewariskan dunia yang lebih baik,” katanya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved