Technology

Terobosan Aplikasi Medis dari 3 Dokter Muda

 Terobosan Aplikasi Medis dari 3 Dokter Muda

Jika dokter identik bekerja hanya di rumah sakit, tidak begitu dengan tiga dokter muda ini. Mendy Candella, Jaka Pradipta, dan Pascal Christian adalah dokter muda yang selalu siap siaga, kapan pun dan dimana pun. Cukup mengklik, dokter pribadi akan segera membantu anda. Bagaimana caranya?

spotdokter/marketandroid.com

Caranya hanya dengan mengunduh aplikasi bernama Spotdokter di ponsel pintar Anda. Spotdokter adalah aplikasi medis yang memberikan informasi seputar kesehatan, tips, layanan dokter, rumah sakit, hingga lokasi institusi kesehatan. “Dengan aplikasi ini, serasa ada dokter di kantong kita,” ujar Mendy, Chief Executive Officer SpotMed Group.

Enam bulan lalu, tiga mahasiswa jurusan kedokteran dari Universitas Padjajaran Bandung ini mampu meyakinkan Project Eden untuk menciptakan aplikasi medis pertama di Indonesia. Aplikasi ini lahir sebagai penyempurnaan layanan kesehatan masyarakat, misalnya sulitnya mencari informasi tentang pelayanan kesehatan, lokasi, informasi yang kurang memadai, jadwal dokter yang padat, dan publikasi rumah sakit yang belum optimal.

Di Spotdokter, Mendy dipercaya sebagai CEO, Jaka sebagai Direktur Pemasaran, dan Pascal menggawangi teknologi. Sayang, ketiga dokter muda ini enggan menyebut berapa dana yang digelontorkan untuk membangun Spotdokter. “Ada deh, yang pasti mendapat coaching dari Project Eden saja sudah lebih dari cukup” ujarnya.

Spotdokter memiliki beberapa fitur, antara lain directory, profile, artikel, map, search, dan emergency call. Fitur dari aplikasi ini adalah untuk mencari fasilitas kesehatan terdekat berdasarkan jarak dan waktu dan menyediakan direktori lengkap dari setiap fasilitas. Fitur-fitur tersebut diklaim membantu pengguna ketika mengalami gangguan kesehatan, kesulitan mencari data dan lokasi rumah sakit, hingga tips menjaga kesehatan.

Setelah enam bulan beroperasi, Spotdokter sudah berhasil menggaet 1500 RS, 1400 dokter, 8000 apotek dan 150 laboratorium. Mayoritas mitra mereka berada di Pulau Jawa dan Bali. Pendapatan berasal dari pemasangan iklan berupa gambar atau tulisan. Spotdokter mematok tarif sebesar Rp 30 juta per paket. “Dari pada RS melalukan publikasi yang konvensional, lebih baik melalui Spotdokter saja. Karena kami akan report setiap artikel atau fitur yang dibuka oleh pengunjung ke mereka,” terang Jaka. Saat ini Jaka tidak menargetkan jumlah klien yang mesti bergabung di aplikasinya.

Sementara itu, Calvin Kizana, mentor Spotdokter mengungkapkan, kepuasannya melihat kreatifitas dan inovasi yang diciptakan dokter muda tersebut. Ia percaya, Spotdokter bisa menjadi aplikasi favorit karena belum ada aplikasi sejenis di Indonesia. “Ini akan menjadi aplikasi yang cukup disegani oleh masyarakat kita. Semestinya, sebelum 2 tahun mereka sudah bisa balik modal,” ujar Calvin.

Calvin yang juga tergabung dalam Project Eden menuturkan, semakin tingginya pengguna ponsel di Indonesia akan membawa angin segar bagi para pengembang aplikasi mobile, termasuk Spotdokter. “Kami hanya sebatas pendanaan dan bimbingan soal pengembangan bisnis dan teknologinya. Jika mereka sudah settle, bukan tidak mungkin akan banyak investor yang menghampiri mereka untuk membesarkan bisnis” harapnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved