Indonesia Best CFO

Eben Eser Nainggolan, CFO PT BNI Life Insurance: Amankan Sisi Finansial dan Investasi

Eben Eser Nainggolan, CFO PT BNI Life Insurance.
Eben Eser Nainggolan, CFO PT BNI Life Insurance.

Menjadi CFO di perusahaan asuransi jiwa jelas punya tantangan berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Di perusahaan asuransi jiwa, CFO juga punya tugas penting terkait manajemen investasi agar premi yang dikumpulkan dari nasabah bisa dikelola dengan baik dan menghasilkan return memadai, selain mengontrol aspek keuangan dan aknutansi pada umumnya. Hal itu juga dialami Eben Eser Nainggolan, CFO PT BNI Life Insurance, salah satu finalis Best CFO 2020 yang juga masuk dalam Best Ten CFO tahun ini.

Dari sisi keuangan, Eben mencoba memperbaiki dari empat sisi. “Yakni akuntansi audit, akuntansi perpajakan, akuntansi manajemen, dan sistem informasi akuntansi,” kata Direktur Keuangan PT BNI Life Insurance sejak Oktober 2018 ini.

Pada bidang akuntansi manajemen, misalnya, ada beberapa poin yang menjadi fokus pembenahannya. Antara lain, memonitor biaya dengan mengevaluasi semua sistem proses bisnis di perusahaan, mengotomasi anggaran, serta mempertajam perhitungan profitabilitas dari setiap kanal penjualan (bisnis).

Eben memberi contoh dalam menganalisis profitabilitas tiap kanal penjualan. Pihaknya mengoptimalkan tiap kanal dengan mempertimbangkan produktivitas dan biaya agar mendapatkan profitabilitas yang bagus. Contoh, sebelum 2018, pihaknya membayarkan fee ke mitra telesales langsung untuk jangka 12 bulan. Padahal, rata-rata orang yang closing melalui telemarketing itu hanya bisa tahan 3-4 bulan. “Makanya, kami ubah, kami membayarkan fee per bulan atau per tiga bulan untuk membuat efisien. Ini sangat membantu,” katanya.

Pada sistem informasi akuntansi, di tahun 2019 pihaknya memutuskan mengembangkan sistem informasi baru di bidang core system untuk memudahkan dalam memonitor evaluasi suatu proses bisnis secara lebih cepat dan akurat. Core system merupakan tulang punggung sistem informasi bisnis yang menjadi fondasi pengembangan bisnis. Perannya akan sangat critical, tak ubahnya jantung informasi bagi perusahaan. Di dalam bisnis asuransi, core system itu mencakup bisnis segmen individu dan grup.

Di bidang investasi, Eben memimpin timnya untuk berinvestasi dengan cermat di kondisi pandemi ini. Sejak Februari 2020 pihaknya sudah melihat tanda-tanda akan krisis, sehingga BNI Life tidak berinvestasi pada saham secara langsung maupun reksa dana. “Kami menghindari berinvestasi pada saham yang diperkirakan akan terkena dampak negatif. Kami banyak berinvestasi di government bond,” katanya.

Dalam berinvestasi, timnya sangat selektif untuk new asset, terutama pada obligasi korporasi. “Portofolio investasi kami lebih pada perusahaan dengan rating A,” lanjut Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Udayana dan Magister dari Institut Pertanian Bogor ini.

Portofolio investasi dilakukan dengan me-rebalance aset-aset berisiko tinggi pada aset yang lebih rendah risikonya. “Kami juga menjaga likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban (pada kondisi stres) dengan cara menaikkan TD dan Money Market menjadi 12,34% (Rp 1,4 triliun) dan 8,21% (Rp 862 miliar) dibandingkan awal tahun ini,” Eben menjelaskan.

Yang pasti, untuk investasi, pihaknya juga bekerjasama (joint venture) dengan Sumitomo sehingga kebijakan dan strategi investasi memang dilakukan secara konservatif. Sejauh ini, dalam kondisi ekonomi yang kurang kondusif, hingga September pihaknya berhasil mencapai investment income non-unitlink sebesar Rp 444 miliar atau 96% dari target full year.

Pria kelahiran 1969 ini juga mendorong perbaikan sistem di perusahaannya, terlebih di saat penerapan work from home (WFH) ini. Pihaknya banyak melakukan efisiensi biaya, misalnya dengan memindahkan acara pelatihan ke pola webinar. Dalam setahun, efisiensi dari sisi ini bisa menghemat lebih dari Rp 8 miliar.

Yang juga penting, memperkuat penjualan secara single untuk memperkuat penetrasi pasar massal. Saat ini, 70% pasar BNI Life masih terkait dengan nasabah Bank BNI dan 30% sudah dari new market. “Sekarang dan ke depan kami akan fokus di produk reguler dan produk-produk unitlink,” ujar mantan Kepala Region Jawa Tengah dan DIY Bank BNI ini.

Tahun 2019, untuk produk nonlink, BNI Life menghasilkan kinerja yang baik dan melampaui target income. Pendapatan premi bruto (gross written premium/GWP) BNI Life hingga September 2020 mencapai Rp 3,4 triliun. Tahun 2019, mampu menyentuh Rp 4,7 triliun. “Laba bersih per September 2020 Rp 48 miliar,” kata Eben. Hingga September 2020, aset BNI Life naik 10,6% YoY, tetapi dari sisi penjualan gross premi memang turun 5% YoY karena kondisi market dan pandemi. Saat ini total aset BNI Life sebesar Rp 19 triliun.

Ada sejumlah strategi yang dilakukan Eben dan timnya. Misalnya, mengurangi porsi investasi ke saham di non-unitlink. “Kalau di unitlink memang pilihannya tergantung pada customer. Nah, dari sisi non-unitlink saat itu kami sudah mulai selektif, khususnya obligasi-obligasi corporate,” katanya. Saat ini rasio klaim meningkat, perusahaan harus lebih berhati-hati dalam mengatur penempatan dan memonitor investasi.

Di luar itu, Eben juga memacu timnya untuk melakukan digitalisasi di berbagai lini bisnis. Contohnya, untuk menangani klaim dari nasabah, kini sedang mengembangkan sistem untuk digi-claim. Untuk penjualan produk, dikembangkan digimikro. “Untuk produk-produk yang simpel, misalnya untuk proteksi kematian, kecelakaan, dsb. Sejak akhir tahun lalu, kami sudah membenahi data dan menempatkan orang untuk profiling data,” katanya. Beberapa digitalisasi sudah jalan. Dulu notifikasi pelanggan dikirim via ekspedisi, sekarang dengan SMS.

Yang jelas, pada situasi pandemi ini Eben juga memperbarui cara kerja tim di BNI Life dengan pola WFH. Hingga kini 50% pekerjaan sudah bisa dipermanenkan dengan pola WFH. Terlebih, kini sudah dikembangkan digi-claim, yang memungkinkan nasabah dapat mengajukan klaim dengan mengirimkan hasil pemindaian (scan) polis dan berkas-berkas sesuai dengan myarat klaim, pengirimankan polis dan surat ke nasabah secara online, serta menjual produk melalui website, LinkAJA, Futuready, dan partner perusahaan lainnya.

“Dengan sistem-sistem baru tadi, biaya yang dikeluarkan perusahaan berkurang, selain juga meningkatkan tingkat kepuasan nasabah,” ungkap Eben. (*)

Sudarmadi & Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved