Personal Finance Capital Market & Investment

Dewi Lestari Kesengsem Investasi SBN Ritel

(kanan) Dewi Lestari dan Deni Ridwan, Dirjen Surat Utang Negara Kemenkeu (atas) pada peluncuran virtual SBR 010 di Jakarta, Senin , 21 Juni 2021. (Tangkapan layar : Vicky Rachman/SWA)

Dewi Lestari adalah investor yang karakternya moderat. Ia memilih instrumen investasi yang tingkat risikonya rendah hingga sangat rendah. Salah satu instrumen investasi pilihannya adalah Surat Berharga Negara (SBN) ritel. Penulis novel best seller ini berinvestasi di SBN untuk berinvestasi sekalgus membantu negara karena berkontribusi terhadap pembangunan dan pembiayaan negara. “Saya tergolong terlambat berinvestasi, sekitar lima tahun yang lalu saya dan perencana keuangan berdiskusi mengenai manajemen keuangan dan investasi. Sejak saat itu saya melek reksadana dan ORI (obligasi ritel Indonesia),” ujar Dewi di sela-sela peluncuran virtual saving bond ritel (SBR) 010 di Jakarta, Senin (21/6/2021)

Penulis novel Supernova ini mengawali investasinya dengan meyisihkan penghasilannya di deposito dan tabungan. Ia menyadari laju inflasi menggerus nilai asetnya di kedua instrumen tersebut. Perlahan-lahan Dewi melakukan diverisfikasi aset dengan membeli reksadan dan SBN ritel. ORI merupakan salah satu SBN ritel yang dibelinya. Dewi mempertimbangkan untuk menyisihkan penghasilannya dengan membeli SBR 010 yang dirilis pemerintah pada Senin pekan ini.

Selain paper asset, penulis dan musisi yang dikenal Dee Lestari ini menyebutkan royalti dari penjualan novelnya merupakan wahana investasi yang bisa dipetik hasilnya dalam jangka pendek hingga jangka panjang. “Ternyata royalti penulis adalah investasi dan royalti dibayarkan dalam jangka panjang untuk investasi anak-cucu di masa depan,” ucap Dewi yang juga berkarier di industri musik.

Pada kesempatan ini, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membuka masa penawaran SBR seri 010 atau SBR 010 dengan tingkat kupon 5,10% dengan tenor dua tahun. Penawaran sudah dibuka mulai Senin ini hingga hingga 15 Juli 2021. Investor dapat membeli instrumen tersebut melalui mitra distribusi (midi) yang ditetapkan pemerintah.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Luky Alfirman, menyampaikan pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman yang cukup besar dengan lonjakan kasus yang terus meningkat di Indonesia saat ini. Upaya percepatan pemulihan terus dilakukan sebagai bagian dari Kebijakan recovery dan reform yang dilaksanakan oleh pemerintah yang berfokus pada penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi. “Penerbitan SBN Ritel pada tahun 2021 dapat menjadi alternatif investasi yang aman dan menguntungkan bagi mayarakat di tengah kondisi pandemi ini. SBR010 sebagai bagian dari SBN Ritel diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan berharga untuk masyarakat dalam berinvestasi, yang manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh individu itu sendiri namun juga untuk masyarakat luas karena dananya akan langsung digunakan sebagai sumber pembiayaan APBN,” tutur Lucky.

SBR010 merupakan Surat Utang Negara (SUN) ritel kedua yang ditawarkan kepada masyarakat di tahun 2021 dari total tiga seri SUN ritel yang direncanakan untuk diterbitkan sepanjang tahun ini. Deni Ridwan, Direktur Surat Utang Negara Kemenkeu, mengatakan kegiatan publik di masa pandemi tetap produktif dan Kementerian Keuangan menerbitkan SBN di masa pandemi sejak tahun lalu hingga pertengahan tahun ini senilai Rp 1.000 triliun, lebih tinggi sebelum masa pandemi sekitar Rp 300 triliun. “Hampir tiga kali lipat karena belanja negara meningkat untuk penyediaan vaksin gratis, insentif fiskal dunia usaha, membantu masyarakat yang paling rentan dengan program keluarga harapan, membantu UMKM dan lainnya,” tutur Deni

Deni mengatakan potensi cuan atau imbal hasil dari SBR 010 bisa dipertimbangkan investor untuk diversifikasi portofolio investasi. “Kami selama ini menerbitkan SBN Ritel yang tradable misalnya ORI 017, ORI 108 dan Januari 2021 menerbitkan ORI 019. Kupon ORI ini sifatnya fixed dan bisa diperjualbelikan jika investor membutuhkan dana. SBR 010 ini tidak diperdagangkan tetapi punya floating with floor jika suku bunga acuan naik maka imbal hasil berpotensi naik. SBR merupakan antitesis kripto karena pembayaran pokok dan kupon dijamin pemerintah,” tutur Deni.

SBR untuk investor berpengalaman sangat menarik untuk diversifikasi aset dan hedging di saham dan obligasi.”Pembelian SBR 010 ini terjangkau dab dipesan di 26 mitra distribusi dengan platform digital, pemerintah sejak 2018 menyediakan platform e-SBN untuk membeli dan menjual SBN sambil menonton drama korea dan membaca novelnya Dewi, membeli SBR ini mudah di gawai masing-masing,” jelas Deni.

Deni mengatakan untuk memperluas basis investor ritel dengan mencoba pengembangan produk SBN yang bisa dijangkau investor ritel, misalnya bisa dijangkau oleh ASN dan pensiunan ASN di seluruh pelosok Indonesia. Rata-rata SBN ritel diterbitkan setiap dua bulan sekali sehingga investor perlu mempertimbangkan tata kelola keuangan untuk membeli SBN.

Lucki menjelaskan target pembiayaan untuk SBR 010 salah satu strategi pemerintah untuk pendalaman pasar keuangan dan perluasan basis investor domestik. SBR 010 merupakan salah satu jenis alternatif investasi yang aman dan menawarkan imbal hasil yang menarik. Tingkat imbal hasil atau kupon mengambang floating with floor sebesar 5,10% untuk periode 3 bulan pertama.Tingkat imbal hasil tersebut dapat kembali meningkat jika suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) meningkat. Guna memperluas basis investor domestik, khususnya generasi milenial dan generasi Z, pemerintah menurunkan nilai investasi menjadi Rp 1 juta dari semula Rp 5 juta. Adapun, maksimal pemesanan SBR 010 ini sebesar Rp 3 miliar.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved