Upaya YDBA Dorong Anak Muda Berani Bertani
Indonesia yang dikaruniai Tuhan dengan sinar matahari dan hujan yang cukup, mestinya juga surga bagi dunia pertanian. Tapi nyatanya menjadi petani tidak menjadi pilihan utama karir generasi muda Indonesia. Untuk itu Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) yang berpengalaman membina petani modern dan menjadi lebih maju, menggandeng Sayurbox dalam acara webinar pertanian modern yang digelar hari ini. Diharapkan “virus-virus” petani modern bisa lebih luas tersebar di kalangan anak muda.
“Generasi muda kita masih banyak yang belum tertarik menjadi petani dan serusi bisnis di sektor pertanian. Karena profesi ini memang tantangannya berat, tapi tidak terlalu terlihat keren atau kurang menarik karena dianggap kurang menghasilkan,” kata Ketua Pengurus YDBA Sigit P. Kumala.
Webinar pertanian modern kali ini merupakan yang kedua kalinya pada tahun ini. Sebelumnya webinar petanian modern diselenggarakan YDBA pada 6 April 2021. Menariknya, ini bukan sekadar webinar biasa tapi juga kombinasi dengan kegiatan Jelajah Virtual UMKM YDBA Bersama Sayurbox dengan tema “Saatnya Anak Muda Berani Bertani”.
Dalam kegiatan ini YDBA menghadirkan 2 narasumber, yaitu CEO & Co-Founder Sayurbox, Amanda Susanti dan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kayuh Baimbai yang juga merupakan petani binaan YDBA di Tapin, Kalimantan Selatan.
Dalam Jelajah Virtual yang dihadiri dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, UMKM maupun karyawan swasta ini, Amanda Susanti berbagi pengalaman bagaimana ia mendirikan Sayurbox pada tahun 2017 hingga berhasil memberdayakan 800an petani yang memasok produknya ke Sayurbox.
Amanda juga berbagi cerita mengenai perkembangan bisnis Sayurbox di masa pandemi, dimana dengan adanya kebiasaan masyarakat untuk berbelanja secara online, berdampak pada meningkatnya order di Sayurbox. Untuk mendukung generasi muda terlibat dalam bisnisnya, Amanda juga menyampaikan mengenai program local heroes yang dapat dioptimalkan oleh generasi muda yang ingin mengembangkan sektor pertanian di Indonesia.
Sedangkan, Misrani dalam Jelajah Virtual kali ini bercerita bagaimana Misrani menjalankan perannya selama 12 tahun menjadi seorang petani hingga Misrani dipercaya menjadi Ketua Gapoktan Kayuh Baimbai di Tapin, Kalimantan Selatan yang memiliki lebih dari 130 anggota. Misrani juga bercerita mengenai keterllibatan generasi muda dalam pengembangan sektor pertanian di Kayuh Baimbai, setidaknya ada 80% dari anggotanya merupakan generasi muda yang berusia 17 – 35 tahun. Gapoktan Kayuh Bambai sendiri memiliki Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) yang dapat dioptimalkan generasi muda dalam belajar bertani.
Dalam kesempatan ini juga, Misrani memperlihatkan secara virtual kondisi pertanian yang dibudidayakan Misrani serta generasi muda yang terlibat. Adapun komoditas pertanian yang dibudidayakan, seperti cabai merah besar, cabai rawit, kubis, tomat, terong, kacang panjang, jagung manis dan lainnya. Untuk menarik pengunjung yang hadir ke lahan pertanian untuk belajar maupun membeli hasil budidayanya, Misrani juga memperlihatkan tanaman bunga Silusia yang dapat dijadikan pengunjung sebagai spot foto di lahan pertaniannya.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id