BosTempeh, Cara Mudah Cari Tempe di Amerika
Dua pasangan profesional muda Indonesia dari kota Boston, Massachusetts mendirikan BosTempeh. Walau latar belakang mereka bukan dalam bidang kuliner, mereka mempunyai peran yang saling melengkapi.
Daniel Kurnianto adalah seorang Insinyur Desain Otomasi Lab. Daniel menemukan cara untuk membuat tempe tanpa pengawet. Meylia Tio asal kota Kudus, adalah lulusan S2 Boston University dan bekerja dalam bidang pendidikan tinggi. Meylia mempunyai peran untuk manajemen BosTempeh.
Sementara, Aristiya Dwiyanti mempunyai latar belakang di bidang desain grafis dan bekerja sebagai fotografer. Tia bertugas membantu untuk mendesain produk, termasuk pengemasannya. Dan Octavianus Asoka, adalah satu-satunya yang mempunyai latar belakang dalam manufaktur makanan. Octa bertanggung jawab pada proses pembuatan tempe.
Daniel Kurnianto, salah satu pemilik BosTempeh menjelaskan asal nama BosTempeh. Ia berkata, “Awalnya itu karena kita mulai dari kota Boston, Massachusetts. Jadi Bos seperti Boston dan sekalian juga Bos as Boss, pemimpin. Jadi itu asalnya kedua kata tersebut (BosTempeh).”
Meylia Tio, istri Daniel dan salah satu pemilik BosTempeh menceritakan awal mula dari bisnis BosTempeh. “Semuanya bermula dari cinta. Jadi karena saking cintanya sama istri, pak Daniel akhirnya coba-coba cari-cari informasi riset mengenai gimana cara bikin tempe, terus sampe beli buku panduan makalah tempe, terus coba-coba sendiri dan akhirnya berhasil, enak,” kata Meylia.
Tempe ini dijual dengan harga 3,5 dollar AS atau sekitar 50 Ribu Rupiah dan dapat dikirim ke seluruh penjuru kota di Amerika. Pelanggan BosTempeh bukan hanya diaspora Indonesia, tapi juga warga Amerika. Mereka menyukai produk makanan BosTempeh dan memviralkannya melalui media sosial.
Tatyana Figueiredo, salah satu influencer media sosial, mengungkapkan bagaimana dia sangat menyukai produk BosTempeh.
“Ini sangat lembut. Rasanya enak sekali. Saya belum pernah makan tempe dengan rasa seperti ini. Biasanya saya masak sedikit dulu, tapi ini bahkan enak dimakan mentah,” ungkap Tatyana.
Selain itu, Aristiya Dwiyanti, salah satu pemilik BosTempeh, menjelaskan pentingnya pengemasan produk tempe. Tia berkata, “Karena kita bermimpi besar, otomatis kita harus meningkatkan kualitas dalam desain, dalam marketing, semuanya gitu dan ya tugas saya terutama adalah bagaimana kita mengemas dan menyajikan produk tempe ini agar menarik untuk dipasarkan.”
Octavianus Asoka, salah satu pemilik BosTempeh, mengungkapkan kesulitan membuat tempe di Amerika. “Tantangannya besar buat kami, yang sebenarnya bagus membuat industri rumahan menjadi pabrik berskala besar. Jadi tantangannya berbeda, peralatannya juga enggak bisa pake kompor rumahan kan. Tantangan sangat menarik,” ujar Octa.
BosTempeh memiliki pabrik di kawasan Somersworth, di Strafford County, negara bagian New Hampshire. Dalam satu bulan, jumlah produksi bisa mencapai 1.000 kemasan. Rencana kedepan untuk BosTempeh adalah untuk membuat produk turunan tempe, seperti keripik tempe khas Amerika. [nr-au/zb]
Sumber: VoAIndonesia.com